Persekusi di Garut Bentuk Ekspresi Keagamaan Berlebihan

Kamis, 13 Maret 2025 - 15:02 WIB
loading...
Persekusi di Garut Bentuk...
Budayawan dan Akademisi dari UNUSIA, Ngatawi Al-Zastrouw mengungkapkan keprihatinannya atas tindakan persekusi di sebuah warung kopi di Garut, Jawa Barat. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Bulan Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, ampunan, dan kebaikan. Karena itu, umat Islam harus bisa melawan segala bentuk hawa nafsu, lapar, dan dahaga, untuk bisa meraih keutamaan bulan Ramadan. Salah satunya dengan menjauhkan diri dari segala macam bentuk kekerasan seperti persekusi dan lain sebagainya.

Ironisnya, masih ada saja kasus-kasus persekusi yang dilakukan umat Islam, khususnya di Bulan Ramadan ini. Seperti yang terjadi di Garut beberapa waktu lalu.



Menanggapi hal ini, budayawan dan akademisi dari Universitas Nadhlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Ngatawi Al-Zastrouw mengungkapkan keprihatinannya atas tindakan persekusi yang dilakukan sekelompok orang pada bulan Ramadan di sebuah warung kopi di Garut, Jawa Barat.

Ngatawi mengatakan arogansi yang ditunjukkan oleh sekelompok orang tersebut tidaklah mencerminkan akhlak umat Islam, melainkan menunjukkan ketidakdewasaan seseorang dalam bergama yang dapat mendegradasi nilai nilai keislaman itu sendiri.



“Itu tidak mencerminkan akhlak dan ajaran Islam. Itu lebih mencerminkan pada sikap emosi sikap berlebihan dalam mengekspresikan keagamaan,” ucap Ngatawi Al-Zastrouw di Jakarta dikutip, Rabu (12/3/2025).

Menurut Ngatawi Islam merupakan agama yang penuh dengan kasih sayang. Dalam menyerukan dakwah atau menasehati orang lain, ada etika dan tingkatannya, tidak serta langsung melakukan persekusi atau menista.



“Pertama diingatkan secara lisan, baik baik secara beradab, secara sopan, tidak langsung serta merta arogan,” kata Ngatawi.

Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia ini mengatakan akhlakul karimah, akhlak yang terpuji adalah esensi dari Islam. Akhlak menjadi yang hal utama dalam mengekspresikan agama. Ngatawi berpendapat bersyariat pun harus berlandaskan dengan ahklak, kalau tidak itu akan menjadi kontra produktif.

“Kalau tidak mau ya sudah, toh dosa dan neraka mereka tanggung sendiri. Tugas kita adalah mengingatkan dan menyampaikan,” tambahnya.

Ngatawi menambahkan, tidak ada paksaan untuk masuk ke dalam Islam atau mengamalkan apa yang sudah digariskan dalam Islam. Seperti penggalan ayat dalam Surat Al Baqarah ayat 256, La ikraha fiddin, qad tabayyanarrusydu minal gay yang artinya tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).

Semua ibadah dilakukan secara ikhlas, sukarela, dan semampunya, mengingat kondisi seseorang tidaklah sama. Ada yang memiliki kekurangan, maupun ada yang mendapatkan keringanan (rukhsah) karena suatu kondisi, misalnya orang dalam perjalanan, ibu hamil atau orang yang sedang sakit.

“Kalau salat tidak bisa berdiri, bisa dengan duduk. Kalau tidak bisa duduk, bisa terlentang. Puasa juga begitu, bisa dilakukan (diganti) dilain hari jika memang tidak memungkinkan,” ujarnya.

Doktor sosiologi lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan fenomena ini muncul di akhir tahun 90-an, di mana muncul pergerakan Islam simbolik, Islam yang mengedepankan simbol simbol teks formal dengan mengabaikan akhlak dan moral.

Hal inilah yang harus diantisipasi, karena sikap ini bisa memunculkan benih benih radikalisme yang berpotensi untuk melakukan aksi terorisme.

“Akar radikalisme, sikap seperti arogan, sombong, intoleran ini, merasa paling benar, paling soleh dan merasa memiliki otoritas untuk menegakkan kebenaran sesuai versi mereka, ini yang harus diwaspadai,” tegas Ngatawi.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
PN Tangerang Kabulkan...
PN Tangerang Kabulkan Praperadilan Korban Kriminalisasi, Pengacara FR Apresiasi Hakim
Penanganan Kasus Dinilai...
Penanganan Kasus Dinilai Berat Sebelah, Kakek di Cengkareng Surati Kajati Jakarta
PosIND Pastikan Penyaluran...
PosIND Pastikan Penyaluran Bansos PKH dan Sembako di Garut Tepat Sasaran
Dapat Bantuan Mesin...
Dapat Bantuan Mesin Modern, Opak Garut Bakal Semakin Dikenal
Warga Semarang Tewas...
Warga Semarang Tewas Diduga Dianiaya Oknum Polisi, Keluarga Mengadu ke Polda Jateng
Inilah Bripda AA, Polisi...
Inilah Bripda AA, Polisi Penganiaya Prischa Laura yang Akhirnya Ditahan
Viral! Gadis Cantik...
Viral! Gadis Cantik Prischa Laura Ngaku Dianiaya Oknum Polisi
Pria Pemukul Dokter...
Pria Pemukul Dokter Koas di Palembang Ditetapkan sebagai Tersangka
Tingkatkan Kesejahteraan...
Tingkatkan Kesejahteraan Petani, IFAD Kunjungi Program Upland di Garut
Rekomendasi
Anggaran TPG Madrasah...
Anggaran TPG Madrasah Rp2 Triliun Cair sebelum Lebaran, Ini yang Harus Dilakukan Guru
Pasokan BBM dan LPG...
Pasokan BBM dan LPG Dipastikan Aman Penuhi Kebutuhan Lebaran 2025
MNC Sekuritas dan Sucor...
MNC Sekuritas dan Sucor AM Edukasi Pasar Modal Syariah di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Berita Terkini
PN Tangerang Kabulkan...
PN Tangerang Kabulkan Praperadilan Korban Kriminalisasi, Pengacara FR Apresiasi Hakim
12 menit yang lalu
Abrasi Sungai Mengancam...
Abrasi Sungai Mengancam Jalan di Aceh Barat, Bupati Tarmizi Tindak Cepat dengan Normalisasi!
26 menit yang lalu
Bank Jatim Salurkan...
Bank Jatim Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Bandang Situbondo
33 menit yang lalu
Sadis! Suami Tega Bakar...
Sadis! Suami Tega Bakar Istri Siri karena Cemburu
34 menit yang lalu
Fraksi DPRD Minta Raperda...
Fraksi DPRD Minta Raperda Perubahan Pajak dan Retribusi Daerah Harus Berorientasi Kesejahteraan Rakyat
45 menit yang lalu
Jusuf Muda Dalam: Satu-Satunya...
Jusuf Muda Dalam: Satu-Satunya Menteri yang Dihukum Mati karena Korupsi di Indonesia
1 jam yang lalu
Infografis
Saat Kecelakaan Maut...
Saat Kecelakaan Maut di Paris, Putri Diana Hamil 10 Minggu
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved