Mojokerto Dulu Bernama Japan, Tempat yang Disinggahi Hayam Wuruk

Sabtu, 18 Januari 2020 - 05:05 WIB
Mojokerto Dulu Bernama Japan, Tempat yang Disinggahi Hayam Wuruk
Mojokerto Dulu Bernama Japan, Tempat yang Disinggahi Hayam Wuruk
A A A
JAKARTA - Pada zaman dahulu kala, wilayah Mojokerto disebut dengan nama Japan. Wilayah ini merupakan pintu masuk delta Brantas sebelah barat yang sangat subur dan berada pada posisi strategis.

Saat itu, Sungai Brantas merupakan urat nadi lalu lintas perekonomian antar daerah. Akibatnya Japan jadi lahan perebutan pihak dengan perbedaan kepentingan.

Salah satu upaya menjembatani perbedaan kepentingan adalah melalui pembagian daerah dalam perjanjian Giyanti tahun 1755 yang menyebutkan wilayah Mataram dibagi menjadi dua. Yakni, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Atas dasar pembagian tersebut, wilayah Japan (Mojokerto) dan Wirosobo yang masuk dalam wilayah Mataram pun terbagi peruntukannya. Wilayah Japan (Mojokerto) untuk Kasultanan Yogyakarta dan Wirosobo (Mojoagung) untuk Kasunanan Surakarta.

Perjanjian lainnya antara Hamengku Buwana III dan Gubernemen Inggris (Raffles) menyatakan Sultan menyerahkan Japan dan beberapa lainnya ke Inggris.

Pada masa pemerintahan Raffles (Inggris), Sunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta bersekutu untuk melawan Inggris. Namun Surakarta dan Yogyakarta mengalami kekalahan.

Sebagai hukumannya Sunan Surakarta dipaksa untuk menyerahkan daerah Wirosobo, Kedu, Pacitan dan Blora kepada Inggris.

Setelah pemerintah Inggris meninggalkan Indonesia tahun 1816, pemerintahannya beralih ke Belanda. Pada masa ini wilayah Wirosobo dan Japan disatukan kembali dengan Kabupaten Japan beralih nama menjadi Mojokerto dengan Wirosobo di dalamnya.

Ada beberapa pendapat ahli tentang perubahan nama Japan menjadi Mojokerto. Pendapat tersebut di antaranya dilontarkan RAA Kromodjojo Adi Negoro dan JF Niermeyer.

“Nama Mojo berasal dari nama desa Mojojejer dan didasarkan pada keserasian nama sesuai dalam Besluit No. 14/ 1838, tanggal 12 September 1838,” kata RAA Kromodjojo Adi Negoro.

Sedangkan, JF Niermeyer menyebutkan kata “Japan” kurang tepat untuk semangat kerja karena berarti “malas”. “Nama Japan mengalami perubahan menjadi Mojokerto. Hal ini dimaksudkan sebagai penyemangat etos kerja di bidang pertanian, perkebunan dan efisiensi administrasi pemerintahan,” jelas Niermeyer.

Mojokerto dikenal sebagai nama sebuah kabupaten berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 12 September 1838 No 14 tentang perubahan Kabupaten Japan menjadi Mojokerto.

Adanya pergeseran nama Japan menjadi Mojokerto juga berpengaruh pada pergeseran pusat pemerintahan. Japan merupakan sebuah desa yang berada sekitar 3 km sebelah selatan Mojokerto (kini) dan termasuk dalam wilayah Kecamatan Sooko.

Namun berdasarkan data, sejarah nama Japan sudah disebutkan dalam bukunya Raffles tahun 1817 “History of Java”. Selain Raffles, beberapa pakar sejarah seperti Schrieke, de Graaf dan Soekanto mengidentikkan Japan sebagai toponim Mojokerto.

Salah satu sumber sejarah yaitu Kitab Negarakrtagama pupuh XVII/ 10 baris 1 menyebutkan bahwa Japan merupakan tempat pertama yang disinggahi raja Majapahit Hayam Wuruk dalam perjalanannya ke Lamajang.

Hayam Wuruk dikabarkan menyinggahi beberapa tempat di Jawa Timur dan tercatat ditemukannya banyak asrama dan candi.

Japan pernah dijadikan sebagai tempat para pendeta dan menunjukkan kedudukannya sebagai kota lama dan pernah menjadi pusat administrasi Kabupaten Japan.

Dalam sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit oleh Raden Wijaya melalui pembukaan kawasan hutan “Tarik/ Trik”, kemungkinan saat itu Japan sudah menjadi wilayah pedukuhan kecil yang akhirnya berkembang menjadi perkotaan dan sebuah kerajaan besar Majapahit.

Bahkan pada masa sebelum Majapahit diperkirakan telah ada pemukiman seperti yang tertuliskan pada beberapa prasasti. Di prasasti itu menyebutkan adanya pemukiman di sebuah desa tidak jauh di sebelah barat Desa Tarik.

Terlepas dari perubahan nama Japan atau Mojokerto, terbukti bahwa Kota Mojokerto sekarang merupakan bagian dari Japan di masa silam berkembang sebagai pusat administrasi pemerintahan. Demikian peran penting Japan (Mojokerto) sepanjang sejarahnya di masa lampau.

Penemuan manusia purba (prasejarah) di daerah Perning, juga mempunyai nilai penting bagi wilayah Mojokerto sebagai hunian masa lalu.

Pada masa klasik, Mojokerto memegang peranan penting dengan adanya Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Indonesia, yang jejak peninggalan tersebar di daerah Trowulan dan sekitarnya. (Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur)
(nrw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3154 seconds (0.1#10.140)