Dedi Mulyadi: Tidak Ada Sukses dengan Mengeluh, Hidup Harus Berjuang Tanpa Putus Asa
loading...
A
A
A
BANDUNG - Calon Gubernur (Cagub) Jawa Barat Nomor Urut 4 Dedi Mulyadi hadir sebagai keynote speaker dalam acara diskusi Kongres Muda Edisi Jawa Barat Istimewa di Armor Genuine Forest Caffe, Jalan Leuwipanjang, Kota Bandung, Senin (18/11/2024). Kegiatan yang digelar Partai Perindo bersama Menata Indonesia dan PoliticsReborn itu berlangsung seru.
Acara itu dihadiri ratusan anak muda Kota Bandung dan Jawa Barat, dari kalangan mahasiswa, pegiat komunitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), hingga pelajar SMA. Kepada anak muda yang hadir, Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi berpesan agar berjuang mewujudkan cita-cita, pantang menyerah, dan kuat menghadapi tekanan.
Dalam kesempatan itu, Kang Dedi menceritakan latar belakang keluarganya. Kang Dedi lahir dari keluarga sangat sederhana. Ayah pensiunan TNI berpangkat Prajurit Kepala (Praka) dan ibu hanya mengurus rumah tangga yang memiliki sembilan anak.
"Saya membeli domba dari menjual cincin yang diperoleh saat dikhitan umur 5 tahun. Waktu itu, ibu saya bertahan membeli cincin daripada menuruti kemauan saya membeli sepeda. Kalau ibu saya mengalah, tentu saya tidak akan menjadi seperti saat ini," kata Kang Dedi.
Dari cincin itu, akhirnya membeli domba. Karena memelihara domba, setiap hari Dedi pergi ke sawah mencari belalang. Kemudian mencari rumput dan kayu bakar untuk memasak di rumah.
Saat sekolah dasar (SD), Kang Dedi tidak pakai sepatu dan seragam. Baju SD yang dikenakan pun belel. Kalau kancingnya terlepas, Kang Dedi menggantinya dengan kancing yang didapat dari mana saja. Sehingga, kancing baju seragam Kang Dedi warna warni.
"Sambil sekolah, saya jualan es yang diambil dari tetangga. Hasilnya dikumpulkan untuk biaya sekolah," ujarnya.
Masuk SMP, jarak dari rumah 10 kilometer (km), Kang Dedi membeli sepeda untuk ke sekolah dengan menjual domba. "Jadi strugle. Apakah saya minder? Tidak. Mereka pinter matematika, saya pinter ngomong. Temen saya pinter bahasa Inggris, saya pinter bahasa Sunda. Kalau ulangan bahasa Sunda saya bisa, mereka enggak bisa," tutur Kang Dedi.
Namun kondisi sederhana tidak membuat Kang Dedi rendah diri. Kesederhanaan membuat Kang Dedi lebih menggali potensi yang dimiliki, salah satunya pidato.
"Dari semua murid, yang bisa naik mimbar di sekolah ya saya. Maka saya jadi idola di sekolah. Kemampuan berbicara. Tidak pernah rendah diri," ucapnya.
Saat SMA, Kang Dedi bersekolah di SMA Purwadadi, bukan sekolah favorit. Jarak SMA dari rumah 20 km. Maka, ibu menyuruh Kang Dedi tinggal di tempat kos. Namun Kang Dedi terpikir biaya untuk menyewa tempat kos setiap bulan.
Di tempat kos, Kang Dedi bangun dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Kang Dedi membantu pemilik tempat kos mengisi bak mandi dengan air, menyapu halaman, mengepel, dan menyiram bunga.
Akhirnya, pemilik kos menggratiskan sewa kamar kos karena Kang Dedi meringankan bebannya tidak perlu lagi mengisi bak mandi, menyiram bunga, menyapu halaman, dan mengepel. Bahkan ibu kos memberi makanan untuk sarapan Kang Dedi.
Kang Dedi sukses menjadi politisi tidak secara tiba-tiba. Kang Dedi merintis dari bawah, menjadi aktivis. Saat mahasiswa, Kang Dedi menjadi Ketua PC HMI Persiapan Purwakarta. Beberapa kali menggelar acara dibubarkan aparat karena dinilai ekstrem, melawan pemerintah Orde Baru (Orba).
Dari pengalaman ini, Kang Dedi memiliki bekal cukup dengan menguasai kemampuan menulis pidato bagi anggota DPRD Purwakarta. Untuk makan, sedapatnya diberi oleh anggota dewan. "Makanya, politisi muda zaman dulu badannya kurus, matanya celong, dan bajunya lusuh," kata Kang Dedi.
Berbeda dengan politisi muda zaman sekarang. Rambutnya dijambul dan jasnya keren. "Belum tentu kapilih (terpilih), tapi penampilan diheulakeun (didahulukan)," ujarnya.
Kata Kang Dedi, anak muda sekarang hebat-hebat otak dan penampilannya, tapi jiwanya lemah, tidak mau kerja keras. Mudah ditekan dan putus asa. "Bangun pagi saja susah, harus digedor-gedor," tutur Kang Dedi.
Saat menjadi anggota DPRD Purwakarta, Kang Dedi bangun lebih pagi dan berada di ruangan komisi pukul 05.00 WIB. Kang Dedi membuat konsep pandangan-pandangan anggota. Dari sini, kemampuannya dilirik oleh partai.
Setelah itu, karier politik Kang Dedi semakin cemerlang. Dedi terpilih menjadi Wakil Bupati Purwakarta. Selanjutnya, Kang Dedi mengemban jabatan sebagai Bupati Purwakarta dua periode.
"Di setiap kesulitan itu, ada kemudahan. Saya sampaikan kepada semua anak muda di Jawa Barat, kalau Anda mendapatkan kesulitan, bersyukurlah. Kalau ada tekanan, bersyukurlah. Kalau mendapat hinaan dan beban berat, bersyukurlah," tuturnya.
Sebab, kata Kang Dedi, orang-orang hebat akan lahir dari beban hidup yang berat. "Dari caci maki, bagaimana kita belajar agar tetap sabar dan bisa menahan diri," ujar Kang Dedi.
Diketahui, kegiatan tersebut dihadiri oleh Waketum DPP Partai Perindo Ferry Kurnia Rizkiansyah, Sekretaris DPW Partai Perindo Jabar Wawan Setiawan mewakili Ketua DPW Partai Perindo Jabar Umar Sanusi, Co-Founder PoliticsReborn Juang Akbar M, dan Inisiator Menata Indonesia Gardian Muhammad.
Waketum DPP Partai Perindo Ferry Kurnia Rizkiansyah mengatakan, cagub Dedi Mulyadi merupakan sosok luar biasa. Banyak inspirasi pola kepemimpinan luar biasa yang bisa ditularkan ke generasi muda.
Dalam orasinya, Kang Dedi mengajak anak muda harus menjadi pejuang tangguh. Kang Dedi dilahirkan bukan karena faktor kemanjaan dan diberi fasilitas, tapi melalui perjuangan panjang.
Kang Dedi mencapai posisi saat ini melalui upaya sendiri tanpa difasilitasi. Ini memberi inspirasi dan contoh bagi anak-anak muda. "Anak muda harus cerdas dan memiliki mental kuat, tidak manja. Ini dicontohkan oleh Kang Dedi yang bakal memimpin Jawa Barat," kata Ferry.
Acara itu dihadiri ratusan anak muda Kota Bandung dan Jawa Barat, dari kalangan mahasiswa, pegiat komunitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), hingga pelajar SMA. Kepada anak muda yang hadir, Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi berpesan agar berjuang mewujudkan cita-cita, pantang menyerah, dan kuat menghadapi tekanan.
Dalam kesempatan itu, Kang Dedi menceritakan latar belakang keluarganya. Kang Dedi lahir dari keluarga sangat sederhana. Ayah pensiunan TNI berpangkat Prajurit Kepala (Praka) dan ibu hanya mengurus rumah tangga yang memiliki sembilan anak.
"Saya membeli domba dari menjual cincin yang diperoleh saat dikhitan umur 5 tahun. Waktu itu, ibu saya bertahan membeli cincin daripada menuruti kemauan saya membeli sepeda. Kalau ibu saya mengalah, tentu saya tidak akan menjadi seperti saat ini," kata Kang Dedi.
Dari cincin itu, akhirnya membeli domba. Karena memelihara domba, setiap hari Dedi pergi ke sawah mencari belalang. Kemudian mencari rumput dan kayu bakar untuk memasak di rumah.
Saat sekolah dasar (SD), Kang Dedi tidak pakai sepatu dan seragam. Baju SD yang dikenakan pun belel. Kalau kancingnya terlepas, Kang Dedi menggantinya dengan kancing yang didapat dari mana saja. Sehingga, kancing baju seragam Kang Dedi warna warni.
"Sambil sekolah, saya jualan es yang diambil dari tetangga. Hasilnya dikumpulkan untuk biaya sekolah," ujarnya.
Masuk SMP, jarak dari rumah 10 kilometer (km), Kang Dedi membeli sepeda untuk ke sekolah dengan menjual domba. "Jadi strugle. Apakah saya minder? Tidak. Mereka pinter matematika, saya pinter ngomong. Temen saya pinter bahasa Inggris, saya pinter bahasa Sunda. Kalau ulangan bahasa Sunda saya bisa, mereka enggak bisa," tutur Kang Dedi.
Namun kondisi sederhana tidak membuat Kang Dedi rendah diri. Kesederhanaan membuat Kang Dedi lebih menggali potensi yang dimiliki, salah satunya pidato.
"Dari semua murid, yang bisa naik mimbar di sekolah ya saya. Maka saya jadi idola di sekolah. Kemampuan berbicara. Tidak pernah rendah diri," ucapnya.
Saat SMA, Kang Dedi bersekolah di SMA Purwadadi, bukan sekolah favorit. Jarak SMA dari rumah 20 km. Maka, ibu menyuruh Kang Dedi tinggal di tempat kos. Namun Kang Dedi terpikir biaya untuk menyewa tempat kos setiap bulan.
Di tempat kos, Kang Dedi bangun dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Kang Dedi membantu pemilik tempat kos mengisi bak mandi dengan air, menyapu halaman, mengepel, dan menyiram bunga.
Akhirnya, pemilik kos menggratiskan sewa kamar kos karena Kang Dedi meringankan bebannya tidak perlu lagi mengisi bak mandi, menyiram bunga, menyapu halaman, dan mengepel. Bahkan ibu kos memberi makanan untuk sarapan Kang Dedi.
Kang Dedi sukses menjadi politisi tidak secara tiba-tiba. Kang Dedi merintis dari bawah, menjadi aktivis. Saat mahasiswa, Kang Dedi menjadi Ketua PC HMI Persiapan Purwakarta. Beberapa kali menggelar acara dibubarkan aparat karena dinilai ekstrem, melawan pemerintah Orde Baru (Orba).
Dari pengalaman ini, Kang Dedi memiliki bekal cukup dengan menguasai kemampuan menulis pidato bagi anggota DPRD Purwakarta. Untuk makan, sedapatnya diberi oleh anggota dewan. "Makanya, politisi muda zaman dulu badannya kurus, matanya celong, dan bajunya lusuh," kata Kang Dedi.
Berbeda dengan politisi muda zaman sekarang. Rambutnya dijambul dan jasnya keren. "Belum tentu kapilih (terpilih), tapi penampilan diheulakeun (didahulukan)," ujarnya.
Kata Kang Dedi, anak muda sekarang hebat-hebat otak dan penampilannya, tapi jiwanya lemah, tidak mau kerja keras. Mudah ditekan dan putus asa. "Bangun pagi saja susah, harus digedor-gedor," tutur Kang Dedi.
Saat menjadi anggota DPRD Purwakarta, Kang Dedi bangun lebih pagi dan berada di ruangan komisi pukul 05.00 WIB. Kang Dedi membuat konsep pandangan-pandangan anggota. Dari sini, kemampuannya dilirik oleh partai.
Setelah itu, karier politik Kang Dedi semakin cemerlang. Dedi terpilih menjadi Wakil Bupati Purwakarta. Selanjutnya, Kang Dedi mengemban jabatan sebagai Bupati Purwakarta dua periode.
"Di setiap kesulitan itu, ada kemudahan. Saya sampaikan kepada semua anak muda di Jawa Barat, kalau Anda mendapatkan kesulitan, bersyukurlah. Kalau ada tekanan, bersyukurlah. Kalau mendapat hinaan dan beban berat, bersyukurlah," tuturnya.
Sebab, kata Kang Dedi, orang-orang hebat akan lahir dari beban hidup yang berat. "Dari caci maki, bagaimana kita belajar agar tetap sabar dan bisa menahan diri," ujar Kang Dedi.
Diketahui, kegiatan tersebut dihadiri oleh Waketum DPP Partai Perindo Ferry Kurnia Rizkiansyah, Sekretaris DPW Partai Perindo Jabar Wawan Setiawan mewakili Ketua DPW Partai Perindo Jabar Umar Sanusi, Co-Founder PoliticsReborn Juang Akbar M, dan Inisiator Menata Indonesia Gardian Muhammad.
Waketum DPP Partai Perindo Ferry Kurnia Rizkiansyah mengatakan, cagub Dedi Mulyadi merupakan sosok luar biasa. Banyak inspirasi pola kepemimpinan luar biasa yang bisa ditularkan ke generasi muda.
Dalam orasinya, Kang Dedi mengajak anak muda harus menjadi pejuang tangguh. Kang Dedi dilahirkan bukan karena faktor kemanjaan dan diberi fasilitas, tapi melalui perjuangan panjang.
Kang Dedi mencapai posisi saat ini melalui upaya sendiri tanpa difasilitasi. Ini memberi inspirasi dan contoh bagi anak-anak muda. "Anak muda harus cerdas dan memiliki mental kuat, tidak manja. Ini dicontohkan oleh Kang Dedi yang bakal memimpin Jawa Barat," kata Ferry.
(rca)