Diplomasi Selokan Mataram Ala Sri Sultan HB IX Selamatkan Rakyat dari Kerja Paksa Romusha

Rabu, 09 Oktober 2024 - 07:27 WIB
loading...
Diplomasi Selokan Mataram...
Selokan Mataram yang membelah wilayah DIY dari ujung barat ke ujung timur merupakan bukti kepiawaian diplomasi Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB IX. Foto/Ist
A A A
SELOKAN Mataram yang membelah wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari ujung barat ke ujung timur merupakan bukti kepiawaian diplomasi Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX.

Diplomasi Selokan Mataram Ala Sri Sultan HB IX Selamatkan Rakyat dari Kerja Paksa Romusha

Foto/djpb.kemenkeu

Dengan diplomasi Selokan Mataram, Sri Sultan yang pernah menjabat Wakil Presiden RI mampu menyelamatkan rakyat dari kerja paksa atau romusha.



Sehingga menjadi bukti kecintaan, keberpihakan, dan perjuangan Raja Jogja dalam menyelamatkan rakyatnya dari penindasan penjajahan Jepang.

Awalnya Jepang berhasil menaklukan sekutu di Asia Timur dalam Perang Dunia ke-2. Selanjutnya, Jepang menyerbu ke Asia Selatan. Tentara Dai Nipon tiba di Indonesia pada 1942.



Indonesia salah satu daerah potensial yang sumber daya alamnya kalai itu dikapitalisasi Jepang untuk kepentingan perang. Rakyat pun dikerahkan untuk membangun infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan laut pun pelabuhan udara dengan sistem romusha atau kerja paksa.

Romusha merupakan kerja tanpa upah, tanpa makanan, tanpa jaminan kesehatan, tak peduli musim kerja petani untuk menghidupi keluarga mereka.



Akibatnya banyak rakyat tewas saat menjalankan romusha karena sakit, kelaparan dan kecelakaan kerja. Dampaknya, keluarga mereka semakin melarat.

Ketika Jepang ingin menjadikan rakyat Yogyakarta sebagai pekerja paksa dalam romusha di luar daerah, Sri Sultan HB IX melawannya dengan cerdas dan halus melalui diplomasi. Diceritakan kala itu Sri Sultan HBIX menemui pimpinan Jepang.

Raja Jogja menyampaikan bahwa seluruh rakyat ingin berkontribusi membantu memenangkan Jepang dalam perang.

Namun bukan dengan mengangkat senjata atau ikut romusha di tempat lain, melainkan membangun infrastruktut ekonomi untuk menjadikan wilayah Yogyakarta dan sekitarnya menjadi pusat pertanian.

Sri Sultan HB IX menjelaskan rencananya untuk membangun kanal atau selokan dari barat ke timur sepanjang 30 kilometer yang akan menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak.

Dengan adanya kanal atau sekolan itu, maka diharaplan daerah yang kering dan kurang air akan berubah menjadi kawasan pertanian subur.

Lahan kering yang berada di kawasan utara Yogyakarta seluas 15.734 hektare itu nantinya bakal menjadi hamparan sawah yang bisa mendukung perjuangan Jepang melawan pasukan Sekutu.

Diplomasi dan pemaparan Sri Sultan HB IX ternyata sangat disukai hingga akhirnya disetujui Jepang.

Selanjutnya Jepang memberikan bantuan dana untuk membuka proyek irigasi itu. Dengan adanya dukungan itu, Sri Sultan HB IX mengerahkan warganya untuk membuka selokan puluhan kilometer. Selokan Mataram akhirnya selesai dibangun pada 1944.

Kala itu, rakyat Yogyakarta terhindar dari kerja paksa dan Selokan Mataram sangat bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat. Hingga saat ini Selokan Mataram masih berfungsi dengan baik dan menjadi saluran irigasi bagi warga Yogyakarta.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2415 seconds (0.1#10.140)