Kasus Covid-19 di Jatim Tembus 1.000, Patuhi Protokol Kesehatan!

Sabtu, 02 Mei 2020 - 10:49 WIB
loading...
Kasus Covid-19 di Jatim Tembus 1.000, Patuhi Protokol Kesehatan!
ilustrasi
A A A
SURABAYA - Wabah virus corona di Jawa Timur sudah melewati angka 1.000 kasus, tepatnya 1.031 yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Situasi ini semakin mengkhawatirkan jika tidak diikuti kewaspadaan, kedisiplinan dan kepatuhan secara komprehensif, apalagi beberapa klaster baru penularan Covid-19 mulai bermunculan.

Terakhir adalah klaster baru sebuah perusahaan di Surabaya yang berujung pada penghentian kegiatan produksi setelah dua orang karyawannya positif terjangkit Covid-19 dan meninggal dunia.

Hingga Jum'at (1/5/2020) jumlah pasien positif Covid-19 di Jawa Timur berjumlah 1.031 kasus. Sementara jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 3.131 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah sebanyak 19.585 orang.

Adapun jumlah pasien sembuh mencapai 165 orang atau sebanyak 16 persen. Sementara korban meninggal mencapai 107 orang atau sebanyak 10,38 persen.

"Dari 38 kabupaten/kota, 37 di antaranya telah berstatus zona merah, termasuk Ngawi yang baru hari Kamis (30/4) menjadi zona merah. Hanya tersisa satu kabupaten yang berstatus zona hijau yakni Sampang," ungkap Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Jum'at malam (1/5/2020).

"Kota Surabaya menjadi episentrum penularan Covid-19 di Jatim dengan jumlah pasien positif terbanyak, yaitu 496 dari 1031 kasus positif atau setara dengan 48,1 persen," tambah dia.

Menurut Khofifah, terus meningkatnya kasus Covid-19 di Jatim akibat transmisi lokal atau antar warga, meskipun tanpa ada riwayat perjalanan ke luar daerah.

Namun, perlu diketahui juga pengumuman hasil kasus positif hari ini adalah merupakan hasil dari pemeriksaan sampel 3-5 hari yang lalu, artinya kasus positif hari ini lebih tepat untuk menggambarkan 3-5 hari yang lalu.

Oleh karena itu, penambahan kasus ODP dan PDP dapat dipertimbangkan sebagai indikator pelaksanaan dalam PSBB, hal ini karena datanya bersifat real-time tanpa harus menunggu hasil laboratorium.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3855 seconds (0.1#10.140)