Pengungsi Korban Gempa Ambon Dapat Layanan Kesehatan dan Dapur Umum ACT

Senin, 07 Oktober 2019 - 21:22 WIB
Pengungsi Korban Gempa Ambon Dapat Layanan Kesehatan dan Dapur Umum ACT
Pengungsi Korban Gempa Ambon Dapat Layanan Kesehatan dan Dapur Umum ACT
A A A
MALUKU TENGAH - Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus mengerahkan tim untuk memberikan layanan kesehatan dan dapur umum kepada ribuan pengungsi korban gempa bumi di Ambon.

Berdasarkan data terakhir ACT, lebih dari 50.000 warga mengungsi di Kabupaten Maluku Tengah, 42.000 pengungsi di Kabupaten Seram Bagian Barat, dan hampir 3.000 pengungsi di Kota Ambon.

Para pengungsi masih enggan kembali ke rumah akibat trauma. Selama dua pekan pascagempa ini, para pengungsi mulai mengeluhkan sejumlah penyakit. Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus memberikan pelayanan kesehatan dan suplai pangan melalui Program Dapur Umum bagi para penyintas gempa.
Pengungsi Korban Gempa Ambon Dapat Layanan Kesehatan dan Dapur Umum ACT

Relawan Medis ACT dokter Adriana Wiwi Padundung mengatakan, sejumlah penyakit yang muncul lebih banyak dialami anak-anak. Selain sistem kesehatan anak-anak lebih rentan, kondisi pengungsian yang tidak layak, kotor, lembab, dan dingin turut menjadi sumber penyakit. "Kalau malam dingin. Pengungsi hanya tidur di tenda terpal beralaskan tikar," paparnya.

Menurut Wiwi, antisipasi penyakit bisa dilakukan dengan pindah ke tempat yang lebih bersih. "Itu tantangannya. Memang sangat sulit menjaga kebersihan dalam kondisi terbatas seperti di pengungsian," ujar dia.

Sejak hari pertama gempa mengguncang, ACT juga telah membuka posko kemanusiaan, pendistribusian logistik, dan aktivasi lima dapur umum. Lokasi Dapur Umum ACT terdapat di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat.

"Dapur Umum yang kami upayakan diaktivasi di bukit-bukit. Sebab para pengungsi di atas bukit kurang mendapat bantuan karena bantuan yang datang sudah lebih dulu habis di titik pengungsian di tepi jalan di bawah bukit," terang Komandan Disaster Emergency Response (DER)-ACT Bambang Triyono.

Tim ACT masih terus melakukan pendataan terkait keadaan pengungsi maupun kerusakan fasilitas umum. "Saat ini para pengungsi masih membutuhkan sejumlah keperluan mendesak seperti air bersih, makan, tenda, dan alas tenda. Belum lagi, kondisi pengungsi yang tidak tersebar dalam kelompok-kelompok kecil," ungkapnya.

Selain di Maluku Tengah, aktivasi dapur umum juga telah dilakukan di pos pengungsian Rindam XVI/Pattimura, Kairatu, Seram Bagian Barat. Dua ekor sapi disembelih untuk disajikan sebagai menu makan pengungsi gempa di pos Rindam.

Anggota tim DER-ACT Lukman Salahuddin menambahkan bahwa pihaknya masih terus mendukung suplai makanan bagi para penyintas yang masih bertahan di tenda-tenda pengungsian. Banyak para penyintas yang belum kembali ke rumah karena khawatir dengan gempa susulan yang kerap terasa.

"Dua ekor sapi kami sembelih di pos pengungsian Rindam Kairatu. Alhamdulillah, sekitar 6.000 jiwa menikmati santapan dapur umum ACT dengan lauk daging sapi," tambah Lukman. Selain suplai makanan untuk pengungsi, kata Lukman, melalui aktivasi dapur umum juga terjalin kerja sama ACT dengan TNI di Rindam XVI SBB.

ACT mengajak untuk membantu saudara sebangsa terdampak gempa bumi di Kota Ambon, Maluku. Kepedulian dan Kedermawanan Masyarakat Indonesia akan menjadi sumber energi kehidupan saudara terdampak bencana melalui indonesiadermawan.id/PeduliGempaAmbon.

Lukman mengatakan, kebutuhan para pengungsi masih harus dipenuhi. "Kebutuhan para pengungsi antara lain tenda, sembako, air bersih, keperluan kebersihan, perlengkapan bayi dan balita, MCK, dan musala darurat," jelasnya.

Di Kabupaten Seram Bagian Barat, lebih dari 40.000 orang mengungsi. Sebanyak 10 jiwa tercatat meninggal dunia, 29 orang luka ringan, dan 3 orang luka berat. Puluhan jiwa juga terdampak di Kabupaten Maluku Tengah, 50 ribu orang mengungsi, 15 orang meninggal dunia, 72 orang luka berat, dan 18 orang luka ringan. Di Kota Ambon, hampir 3.000 orang mengungsi, dan 13 jiwa tercatat mmeninggal dunia.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2936 seconds (0.1#10.140)