1.149 Gempa Susulan Terjadi di Maluku, 122 Gempa Getarannya Dirasakan Warga

Senin, 07 Oktober 2019 - 07:54 WIB
1.149 Gempa Susulan Terjadi di Maluku, 122 Gempa Getarannya Dirasakan Warga
1.149 Gempa Susulan Terjadi di Maluku, 122 Gempa Getarannya Dirasakan Warga
A A A
JAKARTA - Gempa susulan masih terus dirasakan warga Maluku pascagempa 6,5 magnitudo pada 26 September 2019. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sampai Senin (7/10/2019) pukul 03.00 WIT, lebih dari 1.000 gempa susulan terjadi.

BMKG mengidentifikasi 1.149 kali gempa susulan dan 122 di antaranya dirasakan oleh warga. Bahkan pada pukul 02.15 WIB, gempa 3,4 magnitudo dengan kedalaman 10 km masih terjadi dan dirasakan warga.

“Pusat gempa tersebut berada di laut sekitar 24 km timur laut Ambon. Namun, dilihat dari rangkaian gempa susulan, frekuensi cenderung turun,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.

Data BPBD Provinsi Maluku per 6 Oktober 2019, pukul 18.00 WIT mencatat total penyintas berjumlah 134.600 jiwa, dengan rincian Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) 90.833 jiwa, Seram Bagian Barat (SBB) 37.787 dan Kota Ambon 5.980. Untuk korban meninggal dunia berjumlah 37 jiwa.

Sementara itu, jumlah kerusakan rumah mencapai 6.344 unit dengan tingkat kerusakan berbeda. Wilayah Kabupaten Malteng, rumah rusak berat (RB) 724 unit, SBB 298 unit, dan Ambon 251 unit. Rumah rusak sedang (RS) di wilayah Kabupaten Malteng mencapai 1.104 unit, SBB 469 unit, dan Ambon 253 unit. Sedangkan rusak ringan (RR) di wilayah Malteng 2.238 unit, Ambon 654 unit, dan SBB 353 unit.

Agus menambahkan, Pos Komando (Posko) Penanganan Darurat Bencana Gempa di setiap wilayah terdampak masih melakukan upaya penanganan darurat di lapangan. Sebaran titik penyintas tidak terfokus pada kelompok-kelompok besar sehingga menyulitkan tenaga personel kesehatan dalam memberikan pelayanan medis. Di sisi lain, kebutuhan personel kesehatan masih sangat dibutuhkan, seperti dokter umum, bidan dan perawat, apoteker dan tenaga psikososial.

“Penanganan darurat di sektor kesehatan tidak hanya memberikan pelayanan medis tetapi juga memastikan gizi terpenuhi pada kelompok rentan, kesehatan reproduksi, distribusi obat dan pencegahan serta pengendalian penyakit,” katanya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0457 seconds (0.1#10.140)