Tugu Durian Luncuk, Saksi Pertempuran Pasukan STD Melawan Belanda

Sabtu, 21 September 2019 - 05:00 WIB
Tugu Durian Luncuk, Saksi Pertempuran Pasukan STD Melawan Belanda
Tugu Durian Luncuk, Saksi Pertempuran Pasukan STD Melawan Belanda
A A A
Durian Luncuk adalah nama sebuah kelurahan di Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Di daerah ini di tahun 1949 terjadi peristiwa penyerangan besar-besaran pada kedudukan pasukan Belanda oleh pasukan STD (Sub Teritorium Djambi) dengan komandan Kolonel Abunjani.

Peristiwa ini diawali pada 29 Desember 1948 saat pasukan STD yang sedang berbenah diri di Bangko ditembaki pesawat Belanda. Pesawat tersebut menembaki beberapa tempat, seperti kantor Pekerjaan Umum (PU), jembatan Merangin (jembatan H. Syamsuddin), dan iring-iringan kendaraan yang sedang menuju Sungai Manau. Walaupun demikian penembakan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.

Penembakan ini menimbulkan kemarahan Komandan STD Kolonel Abunjani dan memerintahkan Kepala Staf Mayor Brori Masyur untuk mengumpulkan semua perwira yang berada di Kota Bangko di kediaman Komandan STD guna membahas serangan balik. Sasarannya pun ditetapkan, yaitu kedudukan Belanda terdekat, di Durian Luncuk.

Persiapan penyerangan mulai dilakukan, terutama persenjataan dan pengangkutannya ke Durian Luncuk. Para perwira pun mulai berangkat ke Sarolangun, Pauh, dan berakhir di Mandiangin. Terakhir sekali yang berangkat adalah komandan dengan mengenakan perahu melalui Sei Merangin menuju ke Mandiangin.

ombongan terakhir ini terdiri dari Kolonel Abunjani sebagai komandan, Mayor Brori Mansyur sebagai kepala staf, Sersan Mayor Cadet R. Suhur sebagai ajudan, Datuk Panglima Putih, Mayor Jepang Suroto, seorang Suku Anak Dalam sebagai penunjak jalan, dan 2 orang tukang kayuh perahu. Sesampainya di Mandiangin rombongan komandan menempati rumah Pasirah H. Arsyad yang letaknya di seberang Dusun Mandiangin.

Setelah beberapa hari beristirahat dan menyiapkan seluruh pasukan, pertengahan Februari 1949 rombongan Komandan STD mulai bergerak menuju Dusun Durian Luncuk dengan berjalan kaki.

Sebelum memasuki Dusun Durian Luncuk, di Bukit Peranginan rombongan memasuki hutan agar dapat keluar menyerang dari belakang Dusun Durian Luncuk. Perjalanan memasuki hutan dengan membawa senjata yang berat sangatlah sulit, tetapi risiko dicurigai musuh berkurang apabila dilakukan melalui jalan raya.

Setelah sekian lama berjalan sampailah rombongan di jalan raya, tetapi jalan tersebut masih jauh dari Dusun Durian Luncuk, tepatnya di Dusun Jelutih. Oleh karena masih banyak waktu serangan tersisa, pasukan diistirahkan agar kondisi mereka pulih kembali.

Setelah beristirahat, dalam suasana malam yang gelap, pasukan per pasukan bergerak maju hati-hati dengan didahului oleh dua orang pengintai, yaitu Mayor Jepang Suroto dan Sersan Mayor Cadet R. Suhur. Sebelum melakukan penyerangan pasukan berkumpul di pendakian bukit, di muka rumah Pasirah Sarbaini.

Komandan STD Kolonel Abunjani didampingi Kepala Staf Mayor Brori Mansyur melalui penghubung (ordenans) mengumpulkan semua komandan pasukan untuk memberi perintah sasaran penyerangan pada tempat kedudukan Belanda di Pasar Durian Luncuk.

Setelah menyocokkan jam, komandan pasukan masing-masing membawa pasukannya dengan hati-hati di tempat yang ditentukan.Tepat pukul 03.30 tanggal 18 Februari 1949 penyerangan dimulai dan dalam penyerangan ini banyak timbul korban di pihak Belanda. Untuk mengenang peristiwa heroik tersebut, didirikanlah sebuah tugu perjuangan yang dikenal sebagai Tugu Juang Durian Luncuk.

Sumber:

wikipedia
museumperjuanganrakyatjambi.blogspot
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6365 seconds (0.1#10.140)