Bangun Desa Terisolir Lewat TMMD

Sabtu, 03 Agustus 2019 - 18:38 WIB
Bangun Desa Terisolir Lewat TMMD
Bangun Desa Terisolir Lewat TMMD
A A A
MUSI BANYUASIN - Raut ceria terpancar di wajah Fahmi, (9), bocah kelas 4 SD Negeri Bukit Sejahtera, Batahari Leko, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis (2/8/2019) pagi. Fahmi tampak riang berjalan ke sekolahnya.

Menggenakan pakaian pramuka dan membawa tas besar, Fahmi berjalan tegak menyusuri jalan dari rumahnya ke sekolah sejauh 100 meter. “Sekarang di sekolahku ada tentara,” ucap Fahmi yang berlari bersama sejumlah teman temannya.

Di sekolah, Fahmi disambut hangat oleh sejumlah guru dan para tentara. Mereka kemudian berbaris dan melakukan yel yel masuk sebelum masuk kelas.

Rizki, teman Fahmi mengatakan dirinya senang dengan kedatangan TNI di sekolah dan kampungnya. Saat di temui di sekolah, raut wajah Rizki jauh lebih seneng dibandingkan Fahmi.

Sembari memperlihatkan sepatu pemberian pamannya, Rizki mengaku lebih pede dengan memakai sepatu barunya itu. Noda lumpur kini tak lagi mengotori sepatunya saat berangkat dan pulang sekolah. “Kan sekarang jalannya sudah dibagusin sama tentara,” celoteh bocah kelas 5 SD itu.

Dahulu, saat TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) belum dilakukan, kondisi Desa Bukit Sejahtera sangat memprihatinkan. Jalan desa hanya selebar dua meter dengan kondisi berlumpur merah dan rusak parah. Bila hujan datang, aktivitas masyarakat lumpuh lantaran jalanan berlumpur dan tak bisa dilalui kendaraan. Banyak warga yang kemudian memilih diam di rumah menunggu hujan reda dan jalanan kering.

Karena itu, sejumlah anak memilih berangkat sekolah dengan ‘nyeker’ dan menenteng sepatu. Sebab bila hujan datang dengan deras lumpur bisa menenggelamkan kaki mereka. “Makanya sepatu kita plastikin, dari pada kotor dan rusak,” ucap Rizki sembari mengatakan lumpur bisa sebetis dirinya bila hujan datang.

Lumpur yang menempel di kaki sejumlah anak membuat sekolah mereka kotor. Antrian mengular sejumlah anak terlihat di kamar mandi sekolah. Mereka membilas kaki sebelum masuk kelas.

“Makanya kita seneng pas tentara kesini, tidak hanya mengajarkan anak anak disiplin dan bertanggung jawab. Tapi membangun desa ini,” kata Rohayati, wali kelas 4 SD Negeri Bukit Sejahtera.

Keberadaan tentara, lanjut Rohayati, membantu dirinya dalam mengajarkan ilmu pengatuhan. Pengalaman tentara di luar kerap kali di ceritakan ke sejumlah anak. Mereka tampak senang mendengarkan cerita, dan mulai percaya tentang luasnya ilmu pengetahuan.

Tak hanya dalam kehidupan sehari hari, kekompakan dan sikap gotong royong juga diajarkan oleh sejumlah tentara terhadap para murid. Anak anak yang dulu pemalu menjadi berani, mereka yang berani kian percaya diri.

“Contoh terjadi pada muridku, dulu saat ditanya oleh kami (para guru). Anak itu selalu menjawab dengan kepala. Kini ia berani tampil dan mengungkapkan di kelas, inikan suatu kemajuan dalam moral anak,” kata Rohayati.

Bangun Jembatan
Tak jauh dari sekolah kondisi hujan terus menerus membuat sebuah jembatan di kawasan itu rusak parah. Akses menuju ke perkebunan sawit sepanjang empat kilometer terputus.

Kondisi jembatan kian memprihatinkan, bertumpu pada enam batang kayu pohon sawit dengan beralas kayu seadanya membuat jembatan sewaktu waktu dapat roboh. Warga kian sulit lantaran upaya pembangunan tak kunjung membuahkan hasil.

“Lebarnya dulu hanya empat meter. Kendaraan tak bisa lewat, karena kondisi jembatan yang parah. Motorpun harus kami tuntun supaya tak terperosok,” ucap Hendri Manurung, 44, warga sekitar.

Bahkan ketika hujan begitu lebat, arus air begitu deras, jembatan roboh karena sapuan derasnya air. Saat itu juga, warga kemudian kembali membangun jembatan yang sama. Sekali lagi jembatan itu kembali roboh ketika hujan deras datang.

Padahal jembatan itu menjadi satu satunya akses warga. Tiga per empat hutan sawit bisa diakses melalui jembatan itu. Belum lagi beberpa meter melintasi jembatan ada terdapat rumah para transmigran. Akses buruk disertai hujan lebat membuat penghuni aktivitas terputus.

“Bahkan kalau hujan datang dan ketika saya bawa kendaraan. Saya terpaksa meninggalkan kendaraan saya,” ucapnya.

Kini kondisi jembatan sangat lebih baik, lewat TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), tentara dan warga bergotong royong membangun jembatan selebar 5 meter dengan panjang 24 meter. Kendaraan berat kini dapat melintas.

Untuk menguatkan jembatan, sembilan tiang pancang bekas pertamina menjadi pondasi yang kuat, tiang itu di pancang sejauh sembilan meter demi menahan beban kendaraan yang melintas.

Alas jembatan tak lagi menggunakan kayu maupun papan. Sebuah besi kemudian dibangun agar mampu menahan beban ada, termasuk sembilan pipa besi kecil yang nantinya menahan laju roda kendaraan.

“Kita yakin dengan jembatan ini pendapatan kami akan terbantu. Kami tak perlu lagi menggandul hasil sawit, kan nanti kendaraan bisa masuk ke perkebunan belakang,” timpal Hendri.

Gubuk Rumah
Sekitar 200 meter dari jembatan itu, terdapat sebuah rumah milik Maharni, 70, yang tinggal dengan adiknya Haris, 45. Rumah keduanya sudah sangat tak layak. Papan yang menjadi tembok rumah sudah berlubang rusak, atap rumah rusak parah dan bocor karena seng dan daun sawit yang berhamburan.

Tak ada lantai keramik di rumah Maharni. Mereka tidur menggunakan dipan yang tak berkasur, lantai rumah jauh mengenaskan lantaran tak di semen apalagi di keramik. “Jadi kalo misalnya hujan, yah bau tanah aja,” ucap Maharni.

Kondisi ini membuat Maharni hanya pasrah, penghasilanya sebagai buruh karet hanya pas untuk makan sehari hari, apalagi merenovasi rumah.

Sekalipun ada adiknya, namun keberadaanya tak mampu berbuat banyak. Kondisi cacat dari lahir mengharuskan Haris tak mampu bekerja maksimal, sesekali ia membantu kakanya mencari getah karet. Penghasilan Rp250.000 per bulan mereka dapatkan.

Saat sindo menyambangi rumah itu, pembangunan tengah dilakukan oleh tiga anggota TNI dan tiga orang warga. Kondisi rumah telah terbentuk dengan tembok dari humble dan semen. Beberapa orang pekerja tampak membuat pondasi di atap rumah.

Meskipun dalam pembangunan rumah tak memiliki kamar, namun kondisinya jauh lebih baik. Rumah yang kini berukuran 6x4 meter itu kini jauh lebih lebar satu meter dibandingkan sebelumnya dan dilengkapi tiga jendela yang terbagi di dua bagian sisi depan dan satu di samping. Maharni senang. “Terima kasih pak tentara,” ucap Maharni.

Selain membenahi rumah, anggota TNI dibantu kepolisian juga membangun saluran air yang berjarak 20 meter dari rumah Maharni. Gorong ini nantinya membantu akses warga menuju kebun sawit, maupun sebaliknya. Sebab sebelum adanya saluran ini, akses menjadi terganggu.

Bantu Ekonomi dan Pembangunan
Kepala Desa Bukit Sejahtera, Aruji mengakui kegiatan TMMD sangat membantu masyarakat. Tak hanya persoalan membantu infrastruktur seperti membuka jalan, melebarkan jalan, hingga mengeraskan badan jalan. Namun kondisi ini juga membantu akses ekonomi warga.

“Salah satunya di kawasan menuju makam. Tentara membantu membuka jalur dan membantu kami mencapai akses menuju makam,” ucapnya.

Dahulu saat tentara belum membuka jalur. Kondisi jalan sangat memprihatinkan, hanya selebar setengah meter dan bergelombang. Membuat pejalan kaki harus tertatih melintasi kawasan itu, sembari memanggul keranda pejalan kaki harus merelakan tubuhnya miring.

Untuk membuka akses menuju makam, Aruji mengakui dirinya berkoordinasi dengan Narto, kepala dusun 2. Narto kemudian merelakan 13 pohon sawit miliknya dirobohkan agar jalanan sepanjang 100 meter itu terbangun. “Kalo untuk masyarakat tidak apa apa, kebetulan ini kan ada yang mau membangun,” ucapnya.

Baik Aruji dan Narto sependapat, sudah hampir puluhan tahun kawasannya tak tersentuh pembangunan. Bahkan sejak transmigrasi dilakukan era Presiden Soeharto tahun 1996, pembangunan disini tak dilakukan. Jalanan terbentuk seadanya dan tak tersusun rapih.

Karena itu, adanya TMMD dirasa sangat membantu. Mereka yakin setelah TMMD, kehidupan ekonomi mereka kian lebih baik. Sikap sama juga diungkapkan warga lainnya, Sholeh yang mengaku senang keberadaan TNI di lingkungannya. Terlebih setiap harinya 6 anggota TNI bermalam di rumahnya sejak pembukaan TMMD. “Itung itung jadi tambah sodara,” ucap Pria asal Tasikmalaya, Jawa Barat.

Ditempatkan di rumah warga
Dandim 0401 Musi Banyuasi, Letkol Arm Muh. Saifudin Khoiruzzamani mengatakan ada 150 orang anggota yang diturunkan pihaknya dalam TMMD ke 150, mereka terdiri dari TNI, Polisi, hingga Warga sekitar. Ratusan personil itu kemudian ditempat di beberapa rumah warga.

Dandim menuturkan kegiatan sendiri terbagi dua, yakni kegiatan fisik meliputi pembukaan jalan sepanjang 100 meter dengan lebar 5,5 meter, pembentukan badan jalan sepanjang 13 kilometer dengan lebar 8 meter, pembangunan jembatan sepanjang 24 meter dengan lebar 5 meter, pemasangan gorong gorong di empat titik, pembangunan tembok penahan air sepanjang 24 meter, dan pengerasan badan jalan dengan krokos sepanjang 1,5 kilometer dengan lebar 4 meter.

Sedangkan untuk kegiatan non fisik, Dandim mengatakan ada 25 kegiatan mulai dari kesehatan, penyuluhan anti narkoba, penyuluhan gizi, olahraga bersama, serta berbagai kegiatan lainnya. “Semuanya kami lakukan hingga 8 agustus mendatang,” ucapnya.

Selain itu, selain kegiatan keduanya, Dandim mengatakan pihaknya juga melakukan kegiatan lain, seperti merenovasi berat mussolah dan merenovasi rumah milik Maharni.

Meski demikian dalam kegiatan ini, Dandim mengakui TMMD tak berjalan mulus. Kawasan yang terisolir dari dunia luar membuat komunikasi antara dirinya dengan anggota sulit dilakukan.

“Disini susah sinyal telepon. Jadi saya hanya menunggu laporan, karena berulang kali saya telpon tidak ada sinyal. Makanya anggota terpaksa cari tempat dahulu untuk mengirimkan laporan ke saya,” ucapnya.

Selain itu, kondisi lingkungan diketahui sulit akan air. Ia pun terpaksa meminjam dua unit tangki pdam milik Pemkab Musi Banyuasin. Tangki ini kemudian mengambil air dari sumur sumur warga dan mendisitribusikan kepada warga lainnya.

“Tentunya apa yang kita lakukan disini sesuai dengan usulan warga yang disampaikan saat musrembang dulu,” ucapnya.

Bantu Pemerintah
Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex Noerdin mengatakan dengan kondisi yang luas serta antar desa yang berjarak sangat jauh membuat dirinya kesulitan membangun infrastruktur, jalan penghubung desa. Karena itu begitu informasi TMMD datang, pihaknya sangat mendukung kegiatan ini.

"Kesulitan membangun desa karena jalan antar desa penghubung yang jauh, pasti biaya mahal sedangkan kita punya ruas-ruas jalan strategis antar kecamatan yang menjadi salah satu prioritas kita,” ucap Dodi.

Termasuk soal kegiatan non fisik yang dilakukan, kondisi muba yang berdekatan dengan sungai musi dan masih banyaknya hutan membuat kawasan ini terancam dari peredaran narkoba. Karena itu penyuluhan tentang ini sangat diperlukan.

Karena itu pihaknya mendukung penuh kegiatan ini. Anggaran dua kali lipat dibandingkan tahun lalu sebesar Rp2,4 miliar dikucurkan Pemkab MUBA untuk TMMD. Ia melihat dari nilai itu pembangunan yang mencapai 80-90% mulai terlihat.

Meski demikian Dodi mengharapkan kedepanya TMMD lebih menyasar ke daerah jauh lebih terisolir. Terbatasnya hutan lindung membuat pihaknya kesulitan membangun, lantaran terbentur dengan undang undang. “Kan kalo TNI yang masuk akan jauh lebih baik, karena koordinasinya pasti hingga tingkat pemerintah pusat,” tutupnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5371 seconds (0.1#10.140)