Survei Indomatrik: IPA dan Ovi Saling Kejar di Pilkada Ogan Ilir
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di 270 wilayah Indonesia akan berlangsung sekitar 4 bulan lagi, tepatnya 9 Desember 2020 mendatang, tak terkecuali di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel).
Direktur Eksekutif Indomatrik Sumsel, Wahyudi Abdullah mengatakan, meskipun baru akan dihelat Desember 2020 mendatang, namun ketatnya persaingan Pilkada Ogan Ilir tersebut sudah terlihat pada sosok incumbent Ilyas Panji Alam (IPA) dan penantangnya yang masih muda yakni Ahmad Wazir Noviadi Mawardi atau akrab disapa Ovi. (Baca: Kepala Daerah Dipilih DPRD, Tahapan Pilkada Sumsel Terganggu)
"Berdasarkan survei, ketatnya persaingan antara kedua Bakal Calon Bupati Ogan Ilir pada Pilkada hanya terpaut sekitar 5-6 persen, dimana tingkat elektabilitas IPA 42,50 persen sementara perolehan Ovi dikisaran 37,25 persen," ujar Wahyudi kepada SINDOnews, Minggu (23/08/2020).
Dijelaskannya, hasil tersebut setidaknya terungkap dari segmen atau karakteristik pemilih milenial yang mendominasi populasi pemilih di Kabupaten Ogan Ilir dengan kisaran 35 persen dari keseluruhan pemilih.
Wahyudi juga mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Survei Indomatrik pada 11-15 Agustus lalu dengan total 440 responden secara proporsional tersebar di seluruh 16 Kecamatan, dimana secara random di Kelurahan/Desa dengan perbandingan karakteristik demografis dan geografis yang proposional.
Metode wawancara dilakukan pada responden dengan cara bertatap muka, menggunakan Multi Stage Random Sampling dipilih dengan metode survei, dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 4,8 persen.
"New normal new leader. Era baru pemimpin baru. Ungkapan ini mengiang sekaligus mendominasi pembicaraan pemilih segmen milenial. Sekalipun sudah empat tahun sosok IPA dalam memimpin Bumi Caram Seguguk dan masyarakat sudah merasakan hasilnya, seperti dalam penanganan masalah pendidikan, kesehatan, hingga penyediaan listrik. Namun, perilaku dan loyalitas generasi milenial tergolong rendah. Saat ada figur yang mewakilinya, generasi milenial dengan mudah akan berpaling," katanya.
Dua nama di atas, lanjut Wahyudi, diprediksi akan bersaing ketat. Terbukti tingginya tingkat popularitas para balon Bupati OI akan berpengaruh pada tingkat kesukaan (liketability). Hal tersebut terlihat dari hasil survei Indomatrik, dimana dari 6 nama yang berkembang, hanya dua nama yang bersaing memiliki kesukaan yang signifikan.
"Hasilnya, IPA dan Ovi sosok yang saling kejar mengejar, setidaknya sampai bulan Agustus 2020 menjelang pendaftaran ke KPU OI dibanding kandidat lainnya. Tingkat popularitas IPA sebesar 94,50 persen, sementara AW Noviandi Mawardi mengejar di urutan berikutnya 89,45 persen sampai awal agustus ini," jelasnya.
Sementara itu, bakal calon lainnya terlihat tidak mengalami kenaikan bahkan stag, terbukti di lapangan mereka yang berminat maju namun tidak terlihat gerakan yang masif di tengah masyarakat.
"Kepopuleran dua kandidat bersaing ketat tersebut setidaknya tergambar berbagai alasan yang terungkap di mata masyarakat Ogan Ilir. Alasan ingin Bupati baru, calonnya masih muda, melihat kiprah orang tuanya pernah membangun OI, mencari yang lebih baik lagi, menginginkan perubahan dan pembaharuan, coba pemimpin baru setidaknya melekat pada sosok balon AW Noviandi Mawardi," tambahnya.
Menurutnya, masyarakat yang menginginkan kembalinya petahana melanjutkan kepemimpinanya karena dianggap berpengalaman, merakyat, kerja nyata, tinggal melanjutkan program, tidak ada pilihan lain. (Baca: Jika Dipaksakan, Partisipasi Pilkada Sumsel Berpotensi Turun)
"Masih tingginya pemilih yang mengambang atau belum menentukan (swing voters), sertai masih ada kemungkinan untuk merubah pilihan calon Bupati hingga saat pemilihan Bupati 9 Desember nanti," terangnya.
Hal tersebut dikarenakan belum tahunya masyarakat terhadal program dari Balon Bupati 34,70 persen, menunggu massa kampanye/sosialisasi 21,80 persen. Masih mempertimbangkan mana yang terbaik 13,70 persen dan menunggu penetapan calon oleh KPU sebesar 9,70 persen.
"Masyarakat yang beranggapan masa Pilkada dianggap masih lama yakni sebesar 7,30 persen, menunggu calon lain yang lebih baik 6,40 persen, belum tahu tentang calonnya 4,00 persen dan belum dengan calon yang ada sekarang 2,40 persen," tutupnya.
Direktur Eksekutif Indomatrik Sumsel, Wahyudi Abdullah mengatakan, meskipun baru akan dihelat Desember 2020 mendatang, namun ketatnya persaingan Pilkada Ogan Ilir tersebut sudah terlihat pada sosok incumbent Ilyas Panji Alam (IPA) dan penantangnya yang masih muda yakni Ahmad Wazir Noviadi Mawardi atau akrab disapa Ovi. (Baca: Kepala Daerah Dipilih DPRD, Tahapan Pilkada Sumsel Terganggu)
"Berdasarkan survei, ketatnya persaingan antara kedua Bakal Calon Bupati Ogan Ilir pada Pilkada hanya terpaut sekitar 5-6 persen, dimana tingkat elektabilitas IPA 42,50 persen sementara perolehan Ovi dikisaran 37,25 persen," ujar Wahyudi kepada SINDOnews, Minggu (23/08/2020).
Dijelaskannya, hasil tersebut setidaknya terungkap dari segmen atau karakteristik pemilih milenial yang mendominasi populasi pemilih di Kabupaten Ogan Ilir dengan kisaran 35 persen dari keseluruhan pemilih.
Wahyudi juga mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Survei Indomatrik pada 11-15 Agustus lalu dengan total 440 responden secara proporsional tersebar di seluruh 16 Kecamatan, dimana secara random di Kelurahan/Desa dengan perbandingan karakteristik demografis dan geografis yang proposional.
Metode wawancara dilakukan pada responden dengan cara bertatap muka, menggunakan Multi Stage Random Sampling dipilih dengan metode survei, dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 4,8 persen.
"New normal new leader. Era baru pemimpin baru. Ungkapan ini mengiang sekaligus mendominasi pembicaraan pemilih segmen milenial. Sekalipun sudah empat tahun sosok IPA dalam memimpin Bumi Caram Seguguk dan masyarakat sudah merasakan hasilnya, seperti dalam penanganan masalah pendidikan, kesehatan, hingga penyediaan listrik. Namun, perilaku dan loyalitas generasi milenial tergolong rendah. Saat ada figur yang mewakilinya, generasi milenial dengan mudah akan berpaling," katanya.
Dua nama di atas, lanjut Wahyudi, diprediksi akan bersaing ketat. Terbukti tingginya tingkat popularitas para balon Bupati OI akan berpengaruh pada tingkat kesukaan (liketability). Hal tersebut terlihat dari hasil survei Indomatrik, dimana dari 6 nama yang berkembang, hanya dua nama yang bersaing memiliki kesukaan yang signifikan.
"Hasilnya, IPA dan Ovi sosok yang saling kejar mengejar, setidaknya sampai bulan Agustus 2020 menjelang pendaftaran ke KPU OI dibanding kandidat lainnya. Tingkat popularitas IPA sebesar 94,50 persen, sementara AW Noviandi Mawardi mengejar di urutan berikutnya 89,45 persen sampai awal agustus ini," jelasnya.
Sementara itu, bakal calon lainnya terlihat tidak mengalami kenaikan bahkan stag, terbukti di lapangan mereka yang berminat maju namun tidak terlihat gerakan yang masif di tengah masyarakat.
"Kepopuleran dua kandidat bersaing ketat tersebut setidaknya tergambar berbagai alasan yang terungkap di mata masyarakat Ogan Ilir. Alasan ingin Bupati baru, calonnya masih muda, melihat kiprah orang tuanya pernah membangun OI, mencari yang lebih baik lagi, menginginkan perubahan dan pembaharuan, coba pemimpin baru setidaknya melekat pada sosok balon AW Noviandi Mawardi," tambahnya.
Menurutnya, masyarakat yang menginginkan kembalinya petahana melanjutkan kepemimpinanya karena dianggap berpengalaman, merakyat, kerja nyata, tinggal melanjutkan program, tidak ada pilihan lain. (Baca: Jika Dipaksakan, Partisipasi Pilkada Sumsel Berpotensi Turun)
"Masih tingginya pemilih yang mengambang atau belum menentukan (swing voters), sertai masih ada kemungkinan untuk merubah pilihan calon Bupati hingga saat pemilihan Bupati 9 Desember nanti," terangnya.
Hal tersebut dikarenakan belum tahunya masyarakat terhadal program dari Balon Bupati 34,70 persen, menunggu massa kampanye/sosialisasi 21,80 persen. Masih mempertimbangkan mana yang terbaik 13,70 persen dan menunggu penetapan calon oleh KPU sebesar 9,70 persen.
"Masyarakat yang beranggapan masa Pilkada dianggap masih lama yakni sebesar 7,30 persen, menunggu calon lain yang lebih baik 6,40 persen, belum tahu tentang calonnya 4,00 persen dan belum dengan calon yang ada sekarang 2,40 persen," tutupnya.
(don)