Sirup-sirup Lokal yang Legendaris dan Laris Manis

Minggu, 12 Mei 2019 - 05:00 WIB
Sirup-sirup Lokal yang Legendaris dan Laris Manis
Sirup-sirup Lokal yang Legendaris dan Laris Manis
A A A
Ada anekdot beredar di masyarakat, kalau iklan sirup sudah banyak bersliweran di media kaca, tandanya bulan Ramadhan sudah dekat. Tak berlebihan, sirup sudah biasa disajikan sebagai hidangan untuk berbuka setelah berpuasa karena rasanya yang manis dan segar.

Apalagi di tanah air setiap daerah memiliki beberapa merek sirup lokal yang khas dan melegenda. Meskipun beberapa masih diproduksi secara tradisional, namun sampai saat ini masih tetap bertahan dan disukai masyarakat.

Salah satunya, adalah Sirup Campolay atau Tjampolay yang sudah terkenal sejak 1930-an. Sirup asli daerah Cirebon ini pamornya sudah tersohor dan punya kisah unik. Konon resep sirup ini lahir lewat mimpi penciptanya, Tan Tjek Tjiu pada 11 Juli 1936.

Saat ini sirup Tjampolay memiliki sembilan varian rasa dari sebelumnya hanya tiga rasa pada 1993. Varian yang sudah lebih dulu adalah rasa rossen, asam jeruk dan nanas, sekarang sudah tersedia sirup Tjampolay rasa pisang susu, melon, leci, mangga gedong, jeruk nipis, dan kopi moka.

Kelebihan Tjampolay dibanding sirup lain yang beredar di pasar, sirup ini menggunakan gula murni. Jadi sirup Tjampolay tidak memiliki efek samping bagi kesehatan. Jadi jangan heran sirup Tjampolay yang sudah dibuka kemasannya, hanya dalam hitungan bulan langsung mengkristal.

Usaha Sirup Tjampolay telah dilanjutkan oleh generasi ketiga keluarga Tan Tjek Tjiu. Kali ini pabriknya berada di daerah Lawang Gada, Cirebon. Sirup Tjampolay pun dikenal sebagai salah satu sirup kenamaan di Cirebon.
Sirup-sirup Lokal yang Legendaris dan Laris Manis

Dari ujung pulau Sumatera, masyarakat juga mengenal sirup Kurnia yang melegenda. Siapa sangka sirup yang diproduksi secara tradional dan industri rumahan oleh seorang warga Tionghoa, Elias Hudaya, pada 1969, menjadi terkenal. Sirup ini mempunyai keunikan beraroma raspberry dengan rasa limun dan warna merah mawar.

Sirup legendaris ini menjadi kebanggaan warga Kampung Mulia, Banda Aceh, sehingga lebih dikenal dengan sebutan sirup Aceh. Ada juga yang mengenalnya dengan nama sirup Cap Patung karena pada label merek di botolnya ada gambar patung Liberty, ditambah tulisan: Specie-Limonade Siroop.

Sirup Kurnia pun memiliki keunikan dengan mempertahankan kemasan menggunakan botol model lama seperti botol kecap. Bahkan untuk bahan utama tetap menggunakan gula murni tanpa campuran pemanis buatan.

Meskipun pada 1990 pabrik sirup Kurnia di Kampung Mulia tutup dan pindah ke Medan, Sumatera Utara, namun sirup ini tetap dikenal dengan nama sirup Aceh. Bahkan penggemarnya pun semakin luas di penjuru pulau Sumatera karena sirup ini menjadi sajian wajib saat Ramadhan atau hari raya Idul Fitri.

Selain dua sirup itu, masih banyak sirup-sirup lokal yang melegenda dan bertahan sampai saat ini. Di antaranya, sirup Kawista dari Rembang, Jawa Tengah; Siropen Telasih, Surabaya, Jawa Timur; dan sirup DHT atau sirup Pisang Ambong, Makassar (Gowa), Sulawesi Selatan. Kelebihan sirup-sirup lokal ini adalah mempertahankan rasa dan kemasan yang unik, diproduksi secara home made, dan tetap menggunakan gula murni.

Diolah dari berbagai sumber.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.6785 seconds (0.1#10.140)