
Kesetiaan dan kepatuhan pada ajaran menyebabkan sekitar 60 pengikutnya rela eksodus ke Malang dan menjual aset yang dimiliki.
Saat berkumpul digelar pengajian dan ceramah pengikut juga diajarkan cara berdzikir dan kesiapan untuk menghadapi kiamat.
Prinsip ajarannya yaitu mulyo sugih ampuh asal sendiko dawuh artinya menjadi terhormat kaya hebat jika patuh pada perintah. Diduga karena faham inilah para pengikutnya patuh atas semua ajaran yang disampaikan pimpinan.
Baca Juga:
Saat ada perintah eksodus ke Malang karena mencari ilmu menjelang kiamat dilakukan dengan memasang foto pimpinan untuk tahan gempa juga dilakukan oleh pengikutnya. Bahkan menjual rumah ternak dan harta benda untuk biaya juga dilakukan oleh pengikutnya.

“Kepatuhan para pengikut ini terjadi karena pemahaman agama yang sepotong potong. Sehingga apapun perintah guru atau pimpinan dilakukan meski tidak rasional,” kata Wakil Rektor Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo Asfin Abdurrahman, Jumat (15/3/2019).Menurut dia, pemahaman masyarakat yang awam sekali tentang agama. Sehingga pemahamannya tidak utuh, ketika muncul sesuatu ini menjadi problem.
“Contohnya tentang kiamat. Ini kan hal ghaib dan harus diyakini. Kiamat itu berakhirnya dunia ini. Lha eksodus kok ke Malang, harusnya ke antero mana begitu. Nah ini berarti pemahamannya tidak benar,” timpalnya.
Atas kenyataan ini, kata dia, disarankan jika belajar agama hendaknya mencari sosok yang mumpuni dilihat profilnya sanat atau garis keIslamannya.
Sebelumnya ajaran kiamat sudah dekat yang menyebabkan warga di Ponorogo, Jawa Timur mengungsi ke Malang adalah salah satu ajaran yang disampaikan Katimun warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo. Hingga saat ini Pemkab Ponorogo, Polisi, MUI dan Ormas Islam di Ponorogo masih melakukan investigasi atas aliran ini.
(sms)