Cerita Dibalik Keberadaan Makam Panjang di Manyer Gresik

Minggu, 09 Desember 2018 - 05:00 WIB
Cerita Dibalik Keberadaan Makam Panjang di Manyer Gresik
Cerita Dibalik Keberadaan Makam Panjang di Manyer Gresik
A A A
Tak lazim, ukuran makamnya. Hampir memanjang sekitar 7 meter. Dan, lokasinya di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik.

Sekitar 6 kilometer Gresik kota arah menunju Kecamatan Sidayu. Di jalur Pantai Utara (Pantura). Dari Jalan Raya Deandles atau Jalan Raya Manyar, masuk ke kiri sekitar 500 meter.

Ya, itulah Makam Panjang di Komplek Makam Siti Fatimah Binti Maimun. Ada delapan makam yang maisan atau tempat makam yang memanjang.

"Kuburan memanjang ini bukan jenazahnya panjang. Konon dibuat memanjang untuk mengenang jasa-jasanya," ujar HM Hamdan, Ketua Yayasan Makam Panjang Siti Faitimah Binti Maimun.

Makam utamanya, Siti Fatimah Binti Maimun berada di tengah. Petunjuknya, adalah bangunan kuncup. Sisi Timur, terdapat beberapa makam dengan ukuran memanjang. Pertama ada tiga, tersebutlah dalam makam. Beliau, Makam Sayyid Kharim, Sayyid Ja’far dan Sayyid Syarif.

Diceritakan, bila ketiganya adalah saudara Sultan Mahmud, ayahanda dari Siti Fatimah Binti Maimun. Beliau Siti Fatimah meninggal 1081 Masehi atau 474 Hijriyah.

Agak ke Timur lagi, tiga makam dengan ukuran memanjang juga. Dalam tulisan batu nisan, beliau Makam Sayyid Jalal, Sayyid Jamal dan Sayyid Jamaluddin.

Ketiganya adalah perajurit Sultan Mahmud yang diberi amanah khusus. Yaitu, mengurus, merawat dan menjaga barang-barang pusaka yang terbaik di zaman itu.

“Di makam ketiganya inilah diyakini ada barang pusaka terbaik di dunia. Barang itu ghaib. Dan mengambilnya harus tirakat, mendekatkan diri kepada Allah SWT,” kata Hamdan yang juga.

Hanya saja, lanjut Ketua BPD Desa Leran Manyar itu, sampai saat ini tidak ada yang mampu mengambil barang-barang pusaka terbaik di Nusantara tersebut. Karena, selalu gagal dalam lelakon.

"Dulu, katanya, ada yang lelakon untuk mengambil Merah Delima. Namun, gagal karena tidak berhasil melalui godaan nafsu dunia. Harus benar-benar orang alim yang mampu menganbilnya," ungkap Hamdan.

Selain itu, masih ada dua makam memanjang lagi di kompleks yang menjadi situs sejarah tersebut. Di antaranya, Makam Raden Ahmad dan Raden Said.

Keduanya diceritakan bertugas sebagai penjaga dan penerima tamu Sultan Mahmud. Keduanya adalah abdi dalem Sultan Mahmud yang hidup menyebarkan Islam di Jawa saat kekayaan Kerajaan Brawijaya.

Meski hidup di era sebelum Wali Songo, namun karena kesolehan dari Sultan Mahmud membuat Makam Panjang dan Makam Siti Fatimah Binti Maimun tidak pernah sepi peziarah.

Para peziarah dari berbagai daerah di Jawa maupun luar Jawa itu datang untuk bertabarukan. Para peziarah itu datang bersamaan dengan wisata paket Wali Songo.

“Dan, alhamdulillah sampai saat ini kehadiran para peziarah membawa berkah tersendiri bagi desa maupun warga sekitar,” ujar Makmun Zain, tokoh masyarakat Leran.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3558 seconds (0.1#10.140)