35 Ribu Ton Beras Menumpuk, Dikhawatirkan Padi Petani Tidak Terserap

Kamis, 29 November 2018 - 17:42 WIB
35 Ribu Ton Beras Menumpuk, Dikhawatirkan Padi Petani Tidak Terserap
35 Ribu Ton Beras Menumpuk, Dikhawatirkan Padi Petani Tidak Terserap
A A A
PALEMBANG - Sebanyak 35 ribu ton stok beras terlihat menumpuk di gudang milik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Sumatera Selatan (Sumsel) dan Bangka Belitung (Babel). Banyaknya stok beras yang menumpuk ini disaksikan langsung oleh rombongan anggota DPR Komisi IV yang melakukan kunjungan kerja di Kota Palembang.

Dengan stok yang melimpah, memunculkan kekhawatiran apabila ribuan ton beras tersebut belum tersalurkan, maka produksi padi petani saat panen raya mendatang terancam tidak bisa terserap.

Ketua Tim Panitia Kerja Komisi IV DPR, Oos Sutisna mengatakan, meski saat ini kondisi beras masih dalam kualitas baik, namun ia berharap agar pihak Bulog dapat segera menyalurkannya seperti ke kios-kios pengecer yang ditugaskan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

"Peranan Bulog ini bukan hanya untuk menyalurkan Rastra saja, namun juga kewajiban untuk menyerap gabah petani ketika panen raya, kalau tidak ada penyaluran maka akan dikemanakan beras ini. Sekarang kondisinya stok di gudang ini menumpuk, padahal sebentar lagi akan mulai masuki panen," ucapnya saat bertemu masyarakat penerima manfaat BPNT di Gudang Bulog Sukamaju Palembang, Kamis (28/11/2018).

Oos meminta pihak Bulog untuk segera menyalurkan ribuan ton beras tersebut sebelum kualitas beras mengalami penurunan.

Sementara itu, Kepala Kantor Bulog Divre Sumsel dan Babel, Yusuf Salahuddin, menjelaskan, 35 ribu ton beras yang masih berada di gudang Bulog itu merupakan pasokan untuk mencukupi delapan bulan ke depan.

Beras itu adalah hasil serapan dari petani di tahun 2018. Sampai periode ini, penyerapan sudah 20 persen atau sekitar 15.800 ton beras dari target 80 ribu ton.

"Dengan penyerapan sebesar ini ternyata masih menyisahkan 35 ribu ton, apakah kami memungkinkan untuk melakukan penyerapan lagi nanti, sementara belum ada jaminan pasar dari Pemerintah, ini menjadi PR dan kami juga tak bisa menjualnya secara bebas, harus ada penugasan," ujarnya.

Bulog sendiri sudah melakukan perawatan terukur melalui Spraying ataupun Fumigasi terukur untuk stok beras yang disimpan. Namun, rasa khawatir terhadap penurunan kualitas beras yang disimpan di gudang apabila terlalu lama tetap ada.

"Maksimal ketahanan beras itu delapan bulan, setelahnya pasti akan ada penurunan kualitas," jelasnya. Yusuf mengungkapkan, selama tahun 2018 penyaluran melalui BPNT yang dilakukan Bulog masih relatif kecil, yakni 350 ton satu tahun.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1163 seconds (0.1#10.140)