373 Orang Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Lalu Lintas di DIY

Selasa, 27 November 2018 - 21:15 WIB
373 Orang Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Lalu Lintas di DIY
373 Orang Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Lalu Lintas di DIY
A A A
YOGYAKARTA - Korban meninggal dunia akibat kecelakaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)dalam dua tahun terakhir menurun secara kuantitas. Berdasarkan data Direktoral Lalu Lintas (Dirlantas) Polda DIY, pada 2016 korban laka lantas yang meninggal dunia sebanyak 463 orang, lalu menurun pada 2017 menjadi 442 orang. Sementara hingga November 2018 tercatat ada 373 orang korban meninggal dunia.

Kesadaran masyarakat berlalu lintas yang masih rendah saat berkendaraan menjadi penyebab utama terjadinya laka lantas. Ironisnya, para pelanggar rata-rata anak-anak muda, termasuk anak di bawah umur. Terbukti saat Operasi Zebra Progo 2018 yang dilaksanakan 14 hari, 30 Oktober-12 November 2018, dari tujuh prioritas penindakan, pelanggaran berkendara di bawah umur paling mendominasi. Dari 31.900 bukti pelanggaran (tilang), 9.558 di antaranya pelanggaran karena berkendaraan bermotor di bawah umur.

Direktur Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda DIY Kombes Pol Latif Usman mengatakan dengan masih tingginya korban meninggal dunia akibat laka lantas tersebut, maka berbagai langkah terus dilakukan untuk menekan jumlahnya. Selain dengan memberikan penyuluhan dan pembinaan, baik di masyarakat maupun sekolah dan perguruan tinggi, juga menempatkan petugas di tempat-tempat yang dinilai rawan pelanggaran dan laka-lantas.

"Kami juga menempatkan petugas Polantas di setiap TK dan sekolah pada saat jam berangkat sekolah untuk mengatur lalu lintas di sekitar sekolah," kata Latif Usman saat talkshow Cegah Pelanggaran Lalu-Lintas di Auditorium MM Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (27/11/2018).

Latif Usman menjelaskan secara umum ada tujuh faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut. Satu di antaranya pengendara masih di bawah umur. Penyebab lainnya yakni berkendara dengan kecepatan tinggi, melawan arus, penggunaan telepon genggam, tidak menggunakan helm, posisi mabuk, serta tidak menggunakan sabuk keselamatan.

"Karena itu dalam operasi zebra tujuh hal tersebut yang menjadi prioritas, guna menekan laka lantas," katanya.

Hal yang sama diungkapkan pembicara lain dalam talkshow tersebut, yakni Ketua Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), Suharto. Dia mengatakan perilaku berkendaraan yang tidak menjaga keamanan dan keselamatan saat di jalan raya menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas. Tercatat 78% laka lantas akibat faktor perilaku dan sisanya soal sarana dan prasarana.

"Untuk itu, menyarankan kepada orang tua untuk tidak mudah menyerahkan kendaraan roda dua bagi anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, terutama SD atau SMP," katanya.

Menurutnya, anak-anak di usia tersebut riskan jadi korban kecelakaan karena minimnya wawasan soal keselamatan dan keamanan berlalu lintas. "Memberikan motor pada anak yang masih SMP sama saja menyiapkan kain kafan bagi anaknya," katanya.

Semakin banyaknya anak berkendara ke sekolah juga dipicu tidak adanya fasilitas angkutan umum yang bisa mengantar mereka ke sekolah. "Kenapa anak banyak menggunakan motor karena tidak ada angkutan umum," katanya.

Pemerhati keselamatan berlalu lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik (FT) UGM, Prof Sigit Priyanto mengatakan guna menekan kasus laka lantas tersebut saat ini UGM bersama Gachon University, Korea Selatan (korsel) sedang membuat program kampanye keselamatan anak di DIY. Program ini diprioritaskan pada kelompok anak-anak dan orang tua untuk melalui kunjungan rutin ke sekolah.

"Kita ingin menekan jumlah kecelakaan anak di DIY sebagai studi kasus sehingga nantinya bisa dikembangkan di seluruh Indonesia," kata Sigit dalam kegiatan tersebut.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5003 seconds (0.1#10.140)