Akhiri Kirab Satu Negeri, GP Ansor Serukan Perdamaian Dunia

Jum'at, 26 Oktober 2018 - 16:21 WIB
Akhiri  Kirab Satu Negeri, GP Ansor Serukan Perdamaian Dunia
Akhiri Kirab Satu Negeri, GP Ansor Serukan Perdamaian Dunia
A A A
YOGYAKARTA - Gerakan Pemuda (GP) Ansor menggelar Global Unity Forum (GUF) atau Forum Persaudaraan Global di Hotel JW Marriot Yogyakarta Jalan Pajajaran, Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (26/10/2018). Selain itu, mengakhiri rangkaian Kirab Satu Negeri (KSN) 2018, GUF juga untuk memberikan inspirasi, terutama pengalaman Indonesia yang berhasil menjalani kehidupan majemuk, tapi tetap hidup guyup, rukun, damai, dan toleran.

"Inilah yang menjadi latar belakang GUF ini digelar," kata Sekjen GP Ansor Abdul Rochman.

Beberapa negara dan pembicara partisipan diundang dalam acara GUF. Selain untuk mendiskusikan persoalan dan menyerukan perdamaian dunia, acara ini juga menyampaikan Seruan Nusantara, yaitu mengajak dalam satu gerakan menolak dijadikannya Islam sebagai senjata politik, baik kalangan muslim maupun nonmuslim.

"Ansor juga mengajak membangun peradaban yang didasari atas hak asasi dan martabat manusia setiap bangsa," katanya.

Abdul Rohman menjelaskan pengukuhan Seruan Nusantara bukan tanpa alasan. Sebab ada sebagian kecil kelompok yang ingin mengubah konsenses negara Indonesia yaitu Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945. "Ansor juga mengajak masyarakat menyerukan konsensus kebangsaan Indonesia," paparnya.

Ditegaskan, Ansor ingin Islam sebagai agama rahmat, agama yang menyebarkan cinta dan kasih sayang universial. Bukan Islam yang marah, kasar, dan menyakiti orang lain, suka menyesatkan serta menyalahkan, baik sesama muslim maupun kelompok lain yang mulai marak di masyarakat, khususnya di media sosial.

"Karena itu Ansor mengajak masyarakat Indonesia untuk berani bersuara tentang konsensus kebangsaan dan Islam yang ramah, yaitu yang rahmatin alamin," ucap Abdul Rohman.

Dalam kesempatan tersebut, Abdul Rochman membacakan Seruan Nusantara yang dibuat dalam empat bahasa, yaitu Indonesia, Jawa, Arab, dan Ingggris.

Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid menambahkan GUF ini digelar Anshor sebagai perwujudan pengamalan warisan pemikiran kiai-kiai Nahdlathul Ulama (NU) di masa lampau dalam menegakkan Islam. Sebab saat ini masih saja ada kelompok di Indonesia yang hanya berusaha menegakkan Islam dengan melupakan tiga ukhuwah, yakni ukhuwah islamiyah (persudaraan sesama muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama bangsa), dan ukhuwah basyariah (persudaraan sesama manusia). Padahal ketiga ukhuwah itu harus dilaksanakan bersama-sama.

"Hal ini seperti yang disampaikan pimpinan NU tahun 80-an, KH Ahmad Shiddiq. Yang secara khusus dan tegas menyampaikan, muslim Indonesia yang ingin menegakkan Islam rahmatan lil alamin harus menegakkan tiga ukhuwah dengan bersamaan tidak bisa dipilih salah satu saja," paparnya.

Executive Director American Islamic Congress, Zainab Al Suwaij asal Irak mengungkapkan pengalaman menyedihkan bagaimana peradaban negerinya dihancurkan karena Islam digunakan sebagai senjata politik. Menurut dia, masuknya gerakan yang menyebar kebencian atas nama agama untuk meraih kekuasaan membuat peradaban di Iraq hancur.

"Saya bersyukur di Indonesia warganya menerima perbedaan, saya berharap ini terus disuarakan untuk kedamaian dunia. Jangan sampai lagi orang datang atas nama agama dan menghancurkan semuanya," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3585 seconds (0.1#10.140)