Kisah Jumatan di Masjid Al-Aqsa di Tengah Derita Warga Jalur Gaza

Sabtu, 23 Maret 2024 - 14:23 WIB
loading...
Kisah Jumatan di Masjid Al-Aqsa di Tengah Derita Warga Jalur Gaza
Hanya para manula yang boleh memasuki lingkungan Masjid al-Aqsa. Foto/Ilustrasi: Daily Sabah
A A A
Jumat kemarin, jamaah Muslim berbondong-bondong ke kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem. Mereka melaksanakan salat Jumat di bawah kehadiran banyak polisi Israel . Di sisi lain, warga Gaza hidup serba menderita di pengungsian.

Mustafa Al-Sheikh mengaku merasa beruntung berada di Al-Aqsa sementara ratusan ribu orang kehilangan akses ke sana.

Lelaki 62 tahun ini bersama istrinya melakukan perjalanan dari Anata, sebuah kota dekat Yerusalem di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Mereka termasuk di antara sekitar ratusan ribu orang yang melaksanakan salat Jumat di kompleks masjid.

Badan keagamaan yang mengelola situs sensitif bersejarah di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel melaporkan salat Jumat kedua bulan Ramadan itu dihadiri 180.000 orang.



Kompleks Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga bagi umat Islam dan situs paling suci bagi Yudaisme, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount.

Hal ini juga sering menjadi sumber ketegangan dalam konflik Israel-Palestina yang meningkat tahun ini ketika perang berkecamuk di Jalur Gaza.

Dalam beberapa tahun terakhir, kekerasan berkobar di sekitar Al-Aqsa selama Ramadan. Israel semakin membatasi akses warga Palestina ke situs tersebut.

Ribuan petugas polisi dikerahkan ke daerah sekitar kompleks tersebut pada hari Jumat, beberapa di antaranya bersenjata lengkap, sebagian untuk menegakkan pembatasan usia yang diberlakukan pada warga Palestina di Tepi Barat.

Israel mengatakan hanya pria berusia 55 tahun ke atas dan wanita berusia di atas 50 tahun yang diizinkan masuk dari wilayah tersebut.

Namun bagi banyak orang, mencapai Yerusalem dari wilayah lain di Tepi Barat, yang dipenuhi dengan pos pemeriksaan Israel, bisa menjadi sebuah tantangan.



Zainab Ramadan Freij, seorang warga berusia 70 tahun yang tinggal di kamp pengungsi Tulkarem di Tepi Barat utara, mengatakan dia harus naik bus pada pukul 06.30 untuk sampai ke Yerusalem – yang jaraknya hanya sekitar 60 kilometer– di waktunya salat zuhur.

Sesampainya di dalam kompleks, jamaah bergembira dan berfoto di tangga batu ikonik Al-Aqsa.

“Teman saya Lina sudah berada di Amerika selama 20 tahun. Saya ingin mengiriminya foto-foto ini karena dia mencintai Al-Aqsa dan merindukannya,” kata Rabab Hadiya, seorang guru berusia 49 tahun dari Yerusalem.

Dua minggu yang lalu, salat berjamaah di kompleks tersebut berakhir dengan bentrokan antara warga Palestina dan pasukan Israel, namun sejauh ini Ramadan telah berlalu tanpa ada insiden besar.

Kobi Michael, peneliti senior di lembaga pemikir Israel, Institute for National Security Studies, mengaitkan ketenangan tersebut dengan beberapa kebijakan.

Petugas telah diberitahu untuk sangat berhati-hati dan polisi memantau media sosial untuk mencari hasutan, kata Michael kepada AFP.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1808 seconds (0.1#10.140)