Helikopter Gagal Padamkan Api, BPBD Jateng Kerahkan Pawang Hujan
A
A
A
WONOSOBO - Helikopter water bombing milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) gagal memadam api yang melahap hutan di kawasan Gunung Sumbing dan Sindoro yang berada di Kabupaten Temanggung, Magelang, dan Wonosobo, Jawa Tengah. Kemudian untuk menjinakkan api petugas akan mengerahkan pawang hujan.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Jateng, Sarwa Pramana, mengatakan medan yang sangat sulit dan angin kencang menjadi hambatan helikopter melakukan water bombing. Selain itu, cuaca juga kerap berubah sehingga helikopter dinyatakan tidak mampu terbang dengan ketinggian 8.500 feet.
“Jalan terakhir untuk memadamkan api adalah dengan kearifan lokal atau jasa pawang hujan, seperti yang sudah dilakukan di Wonosobo dan Magelang. Terbukti di dua daerah itu telah terjadi gerimis,” kata Sarwa, Sabtu (15/9/2018).
Meski demikian, pihaknya berharap pawang hujan yang dilibatkan dalam pemadaman kebakaran hutan tidak menimbulkan hujan yang terlalu deras. Sebab, saat ini petani tembakau sedang memasuki masa panen. Curah hujan yang tinggi dikhawatirkan merusak tanaman tembakau.
“Mudah-mudahan Temanggung juga melakukan kearifan lokal itu (memakai jasa pawang hujan). Tapi semoga tidak terlalu deras, pada saat kita mendatangkan pawang hujan, kasihan petani tembakau arena sekarang memasuki masa panen,” tukasnya.
Sebelumnya, dikerahkan helikopter jenis BO-105 milik BNPB, untuk menjinakkan api di Gunung Sindoro dan Sumbing, pada Jumat 14 September. Helikopter itu mengambil air di Embung Kledung Temanggung dan Telaga Menjer di Kabupaten Wonosobo.
Namun setelah dilakukan survei titik api di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro, operasi water bombing gagal karena faktor alam. Helikopter harus berhadapan dengan angin kencang dan perubahan cuaca yang berlangsung sangat cepat.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Jateng, Sarwa Pramana, mengatakan medan yang sangat sulit dan angin kencang menjadi hambatan helikopter melakukan water bombing. Selain itu, cuaca juga kerap berubah sehingga helikopter dinyatakan tidak mampu terbang dengan ketinggian 8.500 feet.
“Jalan terakhir untuk memadamkan api adalah dengan kearifan lokal atau jasa pawang hujan, seperti yang sudah dilakukan di Wonosobo dan Magelang. Terbukti di dua daerah itu telah terjadi gerimis,” kata Sarwa, Sabtu (15/9/2018).
Meski demikian, pihaknya berharap pawang hujan yang dilibatkan dalam pemadaman kebakaran hutan tidak menimbulkan hujan yang terlalu deras. Sebab, saat ini petani tembakau sedang memasuki masa panen. Curah hujan yang tinggi dikhawatirkan merusak tanaman tembakau.
“Mudah-mudahan Temanggung juga melakukan kearifan lokal itu (memakai jasa pawang hujan). Tapi semoga tidak terlalu deras, pada saat kita mendatangkan pawang hujan, kasihan petani tembakau arena sekarang memasuki masa panen,” tukasnya.
Sebelumnya, dikerahkan helikopter jenis BO-105 milik BNPB, untuk menjinakkan api di Gunung Sindoro dan Sumbing, pada Jumat 14 September. Helikopter itu mengambil air di Embung Kledung Temanggung dan Telaga Menjer di Kabupaten Wonosobo.
Namun setelah dilakukan survei titik api di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro, operasi water bombing gagal karena faktor alam. Helikopter harus berhadapan dengan angin kencang dan perubahan cuaca yang berlangsung sangat cepat.
(wib)