Tak Tahan Sakit Menahun, Warga Batang Ajukan Suntik Mati

Jum'at, 14 September 2018 - 12:03 WIB
Tak Tahan Sakit Menahun, Warga Batang Ajukan Suntik Mati
Tak Tahan Sakit Menahun, Warga Batang Ajukan Suntik Mati
A A A
BATANG - Afandi, warga RT 5/RW 2 Desa Timbang, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah mengajukan permohonan eutanasia atau suntik mati ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Batang. Lelaki berusia 48 tahun tersebut mengaku putus asa karena biaya pengobatan mahal dan penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh.

Kondisi Afandi sudah tidak berdaya sejak 14 tahun lalu. Suami Salehati itu setiap hari hanya bisa terbaring di dalam kamarnya. Makan, minum, mandi, hingga buang air, Afandi harus dilayani sang istri dan dua anaknya.

Keluarga sudah berkali-kali memeriksakan Afandi, baik ke dokter maupun pengobatan alternatif. Namun keluarga tidak mengetahui persis penyakit apa yang diderita Afandi. Keterangan dokter atau petugas kesehatan hanya menyatakan bahwa Afandi mengidap penyakit lambung dan mag. Anehnya, pengobatan yang selama ini dilakukan tidak kunjung memberikan hasil. Afandi tetap tergolek di kamarnya.

Beban Afandi semakin berat lantaran harta bendanya telah habis dijual untuk biaya pengobatannya. Harta tersisa hanya rumah yang ditinggali bersama istri dan dua anaknya.

Fasilitas BPJS Kesehatan dari pemerintah juga pernah dimanfaatkan Afandi. Namun sekarang tidak bisa lagi karena telah melebih plafon anggaran yang ditetapkan. Perbedaan pelayanan yang diterima juga menjadi alasan Afandi enggan lagi berurusan dengan rumah sakit menggunakan BPJS.

“Saya sudah putus asa dengan penyakit yang dideritanya sejak tahun 2004. Saya memutuskan untuk mengakukan suntik mati (euthanasia),” kata Afandi, Jumat (14/9/2018).

Menurutnya, hingga kini belum ada perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang. Padahal bupati yang baru saat ini sedang menggalakkan program Kartu Batang Sehat (KBS). Mantan perajin tempe ini mengaku tidak tahu-menahu mengenai informasi program tersebut, apalagi didaftarkan menjadi peserta KBS.

Sementara itu, Salehati, istri Afandi mengaku dirinya tak bisa berbuat banyak. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia hanya mengandalkan bantuan dan belas kasihan saudara serta tetangga. “Saya berharap pemerintah bisa membantu biaya pengobatan dan meringankan beban hidup yang semakin berat. Apalagi masih ada tanggungan dua orang anak yang masih duduk di bangko sekolah,” tutur Salehati.

Menurutnya, permintaan suntik mati telah diajukan ke Kejari Batang dan Kejati Jawa Tengah pada 2017. Namun hingga kini belum ada jawaban.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7495 seconds (0.1#10.140)