Derita Perempuan Palestina di Tahanan Israel: Alami Pelecehan Seksual dan Pemukulan

Senin, 26 Februari 2024 - 05:15 WIB
loading...
Derita Perempuan Palestina di Tahanan Israel: Alami Pelecehan Seksual dan Pemukulan
Truk yang penuh dengan tahanan Palestina bertelanjang dada di Jalur Gaza, 8 Desember 2023 (Reuters/MEE)
A A A
Seorang wanita yang diculik oleh pasukan Israel dari sebuah sekolah di Gaza mengenang pengalaman mengerikan yang dia alami selama ditahan

Di dalam tahanan diwarnai pelecehan seksual , pemukulan, teriakan, perampasan makanan, kurangnya perawatan medis dan siksaan psikologis.

Ini adalah kehidupan dalam tahanan Israel bagi Amena Hussain (bukan nama sebenarnya).

Ibu tiga anak Palestina ini diculik oleh pasukan Israel dari tempat perlindungannya di Jalur Gaza yang dilanda perang pada akhir Desember.

Selama lebih dari 40 hari, dia ditahan dalam kondisi yang tidak terbayangkan.



Dia adalah satu dari ratusan perempuan, anak perempuan, laki-laki dan orang tua Palestina yang ditahan secara sewenang-wenang oleh pasukan Israel.

Mereka ditahan tanpa komunikasi, dan tentara Israel membawa mereka ke lokasi yang tidak diketahui dan tidak memberikan informasi tentang keberadaan mereka.

Amena adalah salah satu dari sedikit orang beruntung yang berhasil lolos. Kisah berikut ini didasarkan pada wawancara yang dia berikan kepada Middle East Eye, di mana dia mengenang pengalaman mengerikannya dalam penahanan Israel.

Serangan Malam

Amena tinggal di Kota Gaza bersama dua putrinya, berusia 13 dan 12 tahun, serta putranya, berusia enam tahun.

Empat hari setelah perang dimulai pada tanggal 7 Oktober, saudara perempuannya berpindah tinggal ke rumah mereka setelah rumahnya dibom.

Selama hampir sebulan, mereka hidup di bawah suara-suara mengerikan dari serangan udara jarak dekat yang tiada henti.



Kota ini, yang merupakan rumah bagi hampir satu juta orang sebelum perang, menjadi sasaran kampanye pengeboman.

Putus asa akan rasa aman, Amena berangkat bersama ketiga anaknya untuk berlindung di sebuah sekolah di Gaza.

Tapi itu tidak cukup.

“Tentara terus-menerus menelepon ponsel saya dan meminta semua orang meninggalkan sekolah,” kata Amena Hussain kepada MEE.

“Saya mengumpulkan anak-anak dan mencari perlindungan di sebuah sekolah di Jalur Gaza tengah di daerah Nuseirat, namun sekolah itu sangat ramai sehingga kami tidak dapat menemukan tempat untuk berdiri, apalagi, duduk atau tidur. Berkeliling sekolah mencari tempat yang aman untuk anak-anak saya sampai kami menemukan sekolah untuk tinggal di kamp pengungsi al-Bureij,” katanya.

“Saya tinggal di sana selama delapan hari berikutnya. Pada hari kesembilan, sekolah tersebut dibom oleh tentara Israel, meskipun mereka tahu bahwa sekolah tersebut menampung para pengungsi perempuan, anak-anak dan seluruh keluarga. Syukurlah saya dan anak-anak saya selamat dari pemboman tersebut. Selanjutnya, saya mencari perlindungan di sekolah lain."
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3883 seconds (0.1#10.140)