Sehari Menjelang Pilgub Jatim, Muncul Lagi Hasil Survei

Selasa, 26 Juni 2018 - 18:38 WIB
Sehari Menjelang Pilgub Jatim, Muncul Lagi Hasil Survei
Sehari Menjelang Pilgub Jatim, Muncul Lagi Hasil Survei
A A A
SURABAYA - Pusat Studi Media Baru dan Perubahan Sosial Universitas Negeri Surabaya merilis hasil survei paslon Piligub Jatim yang diambil pada 8-22 Juni 2018. Apa hasilnya ? Hasilnya, duet pasangan calon (paslon) gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan wakil gubernur Puti Guntur Soekarno berhasil meraih 49,3%, mengungguli Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto yang mendapatkan 43,7%.
”Yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan sebesar 7 persen,” ujar Koordinator Penelitian Pusat Studi Media Baru dan Perubahan Sosial Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Ardhie Raditya, Selasa (26/6/2018)

Akademisi dari kampus negeri itu mengatakan, dari sisi geografis, Gus Ipul-Puti memenangkan tiga kluster wilayah, yaitu Arek (Surabaya dan sekitarnya), Mataraman (kawasan barat Jatim), dan Tapal Kuda (kawasan timur Jatim).

Sedangkan Khofifah-Emil hanya mampu unggul di Mataraman dalam (Lamongan, Tuban, Bojonegoro) dan Madura. “Gus Ipul-Puti unggul seiring menguatnya harapan masyarakat pada figur pemimpin yang memadukan kalangan Nadhliyin (religius) dan nasionalis. Narasi perpaduan itu digenjot sebulan terakhir seiring momentum Juni sebagai Bulan Bung Karno,” imbuhnya.

Hal itu tecermin dari tingkat persetujuan publik yang cukup besar terhadap perpaduan nasionalis-religius di Jatim, yaitu sebesar 69,7%. Kemudian 53,8% publik menilai perpaduan itu ada pada kandidat nomor urut 2. Publik juga lebih menyukai sikap Gus Ipul yang dipersepsikan santun, tidak angkuh, dan rendah hati.

Sedangkan suara Khofifah-Emil tergerus seiring resistensi publik dengan fatwa fardhu ain (wajib memilih bagi setiap umat Islam) yang diterbitkan kubu Khofifah-Emil pada 3 Juni lalu. “Apalagi, dalam fatwa itu ada pernyataan, pihak yang tidak memilih Khofifah-Emil berarti mengkhianati Allah SWT dan Rasulullah,” paparnya.

Dari survei juga menunjukkan, sebanyak 70,1% masyarakat menolak fatwa fardhu ain memilih Khofifah-Emil. Fatwa itu mengagetkan masyarakat, karena berarti jika tidak memilih Khofifah-Emil, maka dia berdosa. Sebesar 65,3% publik menilai, fatwa fardhu ain itu bukan termasuk cara berpolitik yang baik.

”Secara sosiologis, fatwa itu menyentak publik Jatim dan berkorelasi negatif ke persepsi publik terhadap Bu Khofifah dan Pak Emil,” jelas alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

Survei tersebut mengambil responden 1.200 orang di 38 kabupaten/kota pada 8-22 Juni 2018. Ini adalah survei dengan pengambilan waktu termutakhir jelang coblosan 27 Juni. Survei ini memiliki margin of error 2,85% pada tingkat kepercayaan 95%.

“Pilgub ini kurang greget dan tingkat partisipasi pemilih kurang dari 75%. Ini karena berbarengan dengan Idul Fitri, momen Piala Dunia dan masa penerimaan siswa. Sehingga, konsentrasi masyarakat tidak fokus pada pilgub,” kata pengamat politik dari Universitas Wijaya Kusuma (UWK), Abdus Sair.

Dia menyatakan, di Jatim ada dua kekuatan besar yakni kalangan Nahdliyin dan nasionalis. Jika paslon bisa meraih dua kekuatan besar itu, akan menjadi lumbung suara yang signifikan.

Selain itu, kelompok milenial juga memiliki potensi suara yang tidak kecil. Hal ini cukup dipahami oleh paslon. Sehingga, masing-masing paslon berlomba membuat video kreatif guna menarik suara milenial. “Sejauh yang saya amati, video kreatif dari paslon nomor urut lebih menarik. Tapi video kreatif ini bukan representasi dari kenyataan, itu hanya imajinasi untuk menarik pemilih,” katanya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.8394 seconds (0.1#10.140)