Debat Publik Putaran Terakhir Pilgub Jabar Dianggap Tak Menarik

Jum'at, 22 Juni 2018 - 23:21 WIB
Debat Publik Putaran Terakhir Pilgub Jabar Dianggap Tak Menarik
Debat Publik Putaran Terakhir Pilgub Jabar Dianggap Tak Menarik
A A A
BANDUNG - Debat Publik Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar) 2018 putaran terakhir yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) dianggap kurang menarik dan datar jika dibandingkan putaran pertama dan kedua.

Padahal, debat publik terakhir itu seharusnya menjadi media yang efektif bagi keempat pasangan calon (paslon) gubernur-wakil gubernur Jabar yang bertarung di ajang Pilgub Jabar 2018 untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerjanya. Terlebih, acara debat publik itu disiarkan langsung dua televisi swasta nasional.

"Ini kesempatan terakhir bagi para paslon untuk menyampaikan visi misinya," ujar pakar politik dari Universitas Padjadjaran Firman Manan usai acara debat publik di Grand Sudirman Ballroom, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/6/2018) malam.

Menurut Firman, perubahan format debat yang dilakukan KPU membuat jalannya debat publik cenderung datar dan kurang menarik, sehingga dia mengaku kurang menikmati jalannya debat.

"Model semacam debat head to head itu sayangnya dihilangkan, memang lebih nikmat (menyaksikan debat publik) kemarin (debat publik kedua dan pertama)," kata Firman. (Baca Juga: KPU Klaim Debat Publik Pilgub Jabar Putaran Terakhir Penting bagi Pemilih dan Kandidat
Padahal, menurut Firman, jalannya debat kandidat akan semakin hidup dan menarik jika setiap calon diberi kesempatan untuk saling bertanya. Menurutnya, dengan ditanya langsung oleh kandidat lain, kualitas dari setiap kandidat akan semakin terlihat. "Baik kualitas pertanyaannya, maupun kualitas jawabannya," kata dia.
Debat Publik Putaran Terakhir Pilgub Jabar Dianggap Tak Menarik
Meski mengaku kecewa, namun Firman memahami alasan KPU mengubah format debat tersebut. Menurut Firman, KPU khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan pasca-kericuhan yang terjadi pada debat publik kedua, beberapa waktu lalu jika memaksakkan format debat head to head.

"Saya bisa memahami karena mungkin dikhawatirkan dapat memancing konflik," katanya. (Baca Juga: Rawan Kerusuhan, Deddy Mizwar Desak KPU Jamin Keamanan Debat
Firman pun berharap, para pemilih di Jabar dapat membanding-bandingkan sosok-sosok calon pemimpinnya lewat kegiatan tersebut, sehingga lebih yakin sebelum menjatuhkan pilihannya kepada paslon tertentu.

"Bagi pemilih, keuntungannya bisa membandingkan. Kalau kampanye kan hanya satu paslon yang bicara, tapi kalau debat publik keempatnya berbicara dan bisa dibandingkan," jelasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6046 seconds (0.1#10.140)