Warga Sumut Dinilai Sangat Terbuka Menerima Figur dari Luar Etnis Batak

Senin, 18 Juni 2018 - 10:17 WIB
Warga Sumut Dinilai Sangat Terbuka Menerima Figur dari Luar Etnis Batak
Warga Sumut Dinilai Sangat Terbuka Menerima Figur dari Luar Etnis Batak
A A A
JAKARTA - Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus dinilai lebih komplit. Pasalnya, Djarot yang berdarah Jawa dan seorang muslim berpengalaman menjadi kepala daerah di Blitar dan DKI Jakarta, sedangkan Sihar adalah pengusaha dan tokoh sepak bola nasional berdarah Batak kental kelahiran Jakarta.

Selain itu, BPS mencatat Sumatera Utara dihuni etnis Batak (44,57 persen), Jawa (33,28 persen), Nias (7,03 persen), Melayu (5,95 persen), Tionghoa (2,62 persen), Minangkabau (2,57 persen), dan Aceh (1,02 persen). Sehingga, pasangan calon itu dinilai paling berpeluang menggarap suara dari pemilih beretnis Batak dan Jawa, serta pemeluk Islam dan Kristen.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari berpendapat bahwa, pasangan Djarot-Sihar juga berpeluang besar mendapat limpahan suara dari pendukung JR Saragih-Ance Selian karena alasan sosiologis. Adapun JR Saragih gagal maju sebagai calon gubernur Sumatera Utara dan ditetapkan sebagai tersangka pemalsuan legalisasi ijazah dan tanda tangan kepala dinas.

"Kecenderungannya akan lebih menguntungkan Djarot-Sihar," ujar Qodari di Jakarta, Senin (18/6/2018).

Elektabilitas Djarot-Sihar kini mencapai 37% dan unggul dari Edy-Ijeck yang elektabilitasnya 36,1% berdasarkan hasil survei Indo Barometer yang dirilis awal Juni 2018. Adapun unggulnya elektabilias Djarot-Sihar dinilai berkat program yang ditawarkan lebih terukur dan mudah dimengerti masyarakat, seperti Kartu Pintar, Kartu Sejahtera, peningkatan program pariwisata, ekonomi, dan pemberantasan korupsi.

“Djarot-Sihar fokus menjelaskan program, tidak sibuk menjelek-jelekkan pasangan lain,” ujar Anggota Tim Pemenangan Djarot-Sihar, Asban Sibagariang.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan bahwa masyarakat Sumut harus memilih calon pemimpinnya secara bijak. Indikator dan latar belakang figur yang akan dipilih harus dipelajari, khususnya untuk mewujudkan pemerintahan Sumut yang bersih dari korupsi karena gubernur terdahulunya sama-sama masuk penjara sebagai terpidana kasus korupsi.

“Yang harus ditegaskan adalah siapa pemimpin yang bisa menyiapkan visi-misi atau program yang jelas dan terukur,” kata Emrus secara terpisah.

Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan, hasil Pilkada Sumut bisa mengubah wajah tanah Batak menjadi lebih universal. Dia berpendapat bahwa Sumut adalah daerah yang berhasil merawat keberagaman dan percampuran budaya karena selain Islam dan Kristen yang menjadi agama mayoritas, terdapat juga pemeluk agama Katolik, Buddha, dan Hindu di sana.

Dia pun memberikan contoh, Sumut pernah dipimpin gubernur dari etnis Jawa yang diusung PKS. Meski akhirnya ditahan KPK karena korupsi, tapi terpilihnya Gatot merupakan bukti masyarakat Sumut dapat menerima figur dari luar etnis Batak.

“Ketika kita bicara suku dan agama, masyarakat Sumut sudah terbuka. Ini contoh yang baik ya, miniatur Indonesia yang mepersatukan, bukan membuat konflik,” ujarnya.

Ujang menambahkan, Sumut harus bisa menghadapi perkembangan zaman, daerah-daerahnya harus siap. "Siapapun yang terpilih nanti harus mampu membawa perubahan positif untuk Sumut,” kata Ujang.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2322 seconds (0.1#10.140)