Isu SARA Timbulkan Ketidaksukaan pada Pelaku

Rabu, 30 Mei 2018 - 19:48 WIB
Isu SARA Timbulkan Ketidaksukaan pada Pelaku
Isu SARA Timbulkan Ketidaksukaan pada Pelaku
A A A
MAKASSAR - Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Sukri Tamma menilai isu SARA dalam mendukung paslon pada pilkada justru akan menimbulkan rasa tidak suka pada pelaku dan kandidat yang dikampanyekan.

Sukri Tamma yang dihubungi mengatakan, saat ini peluang kemenangan kolom kosong maupun pasangan Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) hampir sama.

Untuk pendukung kolom kosong, yang menjadi penentu saat ini adalah, adanya isu, simbol, atau figur sentral, yang akan menjadi pemersatu bagi kesamaan sikap mereka dalam memobilisasi suara dukungan untuk kolom kosong.

"Dalam situasi ini memang sangat mungkin muncul isu-isu atau perilaku tertentu dari orang-orang yang dapat diasosiasikan dengan kandidat atau gerakan pendukung kotak kosong," paparnya, Rabu (30/5/2018).

Mengenai dugaan adanya video berbau SARA, yang dilakukan oleh salah seorang oknum istri camat di Makassar, saat menyosialisasikan paslon yang ada, Sukri menegaskan, isu SARA sangat mungkin menyebabkan ketidaksukaan.

"Dalam konteks masyarakat Makassar yang plural, kehadiran isu berbau SARA yang diindikasikan sebagai bagian dari dukungan terhadap kandidat dalam pilkada, sangat mungkin akan menyebabkan ketidaksukaan dan rasa tidak simpati masyarakat terhadap pelaku isu SARA tersebut," paparnya.

Efek yang sangat mungkin terjadi akibat hal itu adalah image negatif dari masyarakat kepada kandidat terkait. "Dalam hal ini Appi-Cicu, jika betul peristiwa itu sangat terkait dengan keberadaan dukungan bagi mereka," imbuhnya.

Sukri menambahkan, pada intinya saat ini kedua kubu menunggu isu-isu atau peristiwa besar, yang memungkinkan menimbulkan efek positif maupun negatif pada posisinya dalam Pilkada Makassar.

Pendukung kotak kosong maupun Appi-Cicu saat ini sedang berupaya semaksimal mungkin meraih dukungan suara, sambil berharap adanya 'lucky issue', yang akan menguntungkan mereka dan merugikan pihak lawan.

"Dalam waktu yang singkat ini, salah satu aspek yang sangat mungkin menggerakkan kecenderungan pilihan rakyat, terutama bagi mereka yang masih ragu-ragu atau bahkan belum menentukan pilihan adalah lucky issue," jelasnya.

Menurutnya, saat ini pemilih cenderung mendukung isu yang menurut mereka baik atau menvonis isu dan peristiwa yang menurut mereka tidak baik. Khususnya yang dianggap sangat prinsipil.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena tidak adanya wacana tanding, yang memperbandingkan visi misi dan tawaran program dari pasangan kandidat yang ada.

"Jadi undecission voters masih sangat mungkin dipengaruhi oleh isu-isu tersebut, sebagai bagian dari bentuk alasan untuk memilih atau reason to vote," pungkasnya.

Dihubungi terpisah, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Alauddin Makassar Firdaus Muhammad menyatakan, terkait video tersebut, perlu diidentifikasi kebenarannya.

"Perlu diidentifikasi keasliannya dan muatannya. Sebab kalau unsur SARA tidak dibenarkan dalam kampanye dan sensitif. Tapi isu SARA secara politik ada yang diuntungkan juga sebaliknya," jelasnya melalui pesan WhatsApp.

Firdaus juga menilai, tidak ada unsur SARA pada video yang dimaksud. Namun ia membenarkan bahwa materi dalam video merupakan kampanye.

"Tidak ada unsur SARA-nya. Jelas itu kampanye. Kalau bukan PNS tidak masalah."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4996 seconds (0.1#10.140)