Viral di Medsos, Foto-foto Perairan di Raja Ampat Diduga Tercemar Limbah Tambang

Senin, 07 Mei 2018 - 21:35 WIB
Viral di Medsos, Foto-foto Perairan di Raja Ampat Diduga Tercemar Limbah Tambang
Viral di Medsos, Foto-foto Perairan di Raja Ampat Diduga Tercemar Limbah Tambang
A A A
WAISAI - Sejumlah foto yang memperlihatkan perubahan warna air laut di Perairan Pulau GAG menjadi coklat diduga akibat limbah tambang nikel PT GAG anak perusahaan PT Antam Tbk, mendadak viral di media sosial Facebook. Foto-foto yang memperlihatkan kondisi terkini adanya dugaan pencemaran lingkungan hidup di perairan pulau GAG tersebut berjumlah 10 foto itu, diunggah ke media Sosial Facebook oleh seorang Netizen dengan
Viral di Medsos, Foto-foto Perairan di Raja Ampat Diduga Tercemar Limbah Tambang
akun Aaron Blenda.

Dari penelusuran, tentang profile akun netizen tersebut, Aaron Blenda diketahui merupakan salah seorang pekerja pada bagian Maintenance Supervisor, di PT GAG Nikel.

Dalam unggahannya tersebut, Aaron Blenda selain mengunggah foto-foto dugaan pencemaran lingkungan hidup di Perairan Pulau GAG, juga menuliskan kata-kata "Dampak sudah mulai nampak" dengan menggunakan tagar #pulaugagraja4 dan #pt gagnikel.
Viral di Medsos, Foto-foto Perairan di Raja Ampat Diduga Tercemar Limbah Tambang

Dalam foto tersebut juga diperlihatkan salah seorang nelayan tengah memancing di lokasi Perairan Pulau GAG yang terlihat warna air laut telah berubah warna menjadi kecoklatan mirip air tanah. Perubahan warna air laut tersebut diduga akibat limbah eksplorasi dan eksploitasi tambang Nikel PT GAG Nikel.

Sontak unggahan tersebut mendapat respon beragam dari para netizen lainnya. Simon Petrus Balagaize misalnya menanggapi unggahan tersebut dengan komentar, pariwisata Raja Ampat hancur. Warna air laut yang jernih berubah menjadi air susu.

"Pariwisata Raja Ampat hancur sudah, air jernih jadi air susu," ungkap Simon Petrus Balagaize, dalam komentarnya pada unggahan Aaron Blenda tersebut.

Selain Simon, salah seorang netizen dengan akun Pace Pantura juga memberikan komentarnya pada kolom komentar bahwa kejadian tersebut (pencemaran lingkungan air laut) sudah terjadi dan kehadiran perusahaan tambang sudah memperlihatkan dampaknya, namun pihak Pemkab Raja Ampat belum juga turun tangan.

"Sudah terlihat dampak buruk, tapi belum ada kebijakan dari Pemda, nanti masyarakat demo untuk tutup (lokasi tambang) baru dong (mereka) pura-pura kaget," ujar Pace Pantura dalam komentarnya.

Pernyataan atau komentar netizen lainnya yakni, Richard Mnsen mengatakan, stop akan perusakan daerah wisata alam Raja Ampat tidak hanya dinikmati oleh generasi saat ini, tapi masih ada generasi akan datang. Hal ini karena Raja Ampat sudah terkenal ke penjuru dunia untuk itu alam Raja Ampat jangan dirusak dengan tagar #saverajaampat.

Unggahan foto-foto tentang pencemaran lingkungan di Perairan Pulau GAG yang menjadi lokasi eksplorasi dan eksploitasi tambang nikel tersebut telah dibagikan dan ditanggapi dengan suasana sedih oleh ratusan netizen dan mendapatkan puluhan komentar.

Kondisi dugaan pencemaran lingkungan hidup di Perairan Raja Ampat tepatnya di Perairan pulau GAG kini tengah menjadi sorotan utama di Raja Ampat. Pasalnya, lokasi Pulau GAG masuk dalam dengan wilayah konservasi perairan Raja Ampat.

Tidak itu saja, dari informasi yang didapatkan, hingga saat ini pihak perusahaan PT GAG Nikel belum mempunyai smelter. Dimana pihak perusahaan hingga saat masih mencari mitra kerja untuk pembangunan Smelter di lokasi tambang tersebut.

Pihak PT GAG Nikel melalui Humas PT GAG Nikel, Rudi Sumampouw yang dikonfirmasi MNC MEDIA GROUP belum dapat memberikan penjelasan dengan alasan sedang mengikuti ibadah.

"Saya masih ibadah pak, nanti saya telepon kembali untuk menjelaskan soal kondisi tersebut,"ungkap Rudi dalam sambungan telepon seluler, Senin (7/5/2018).

Terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemda Raja Ampat, Wahab Sangaji hingga saat ini belum dapat ditemui di kantornya. Ketika dihubungi melalui telepon selulernya juga tidak aktif.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.1149 seconds (0.1#10.140)