Kurs Rupiah Sentuh Rp15.615 per USD Dipengaruhi Dua Hal Ini

Jum'at, 19 Januari 2024 - 16:40 WIB
loading...
Kurs Rupiah Sentuh Rp15.615 per USD Dipengaruhi Dua Hal Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau USD hingga sore ini masih mencoba merayap naik, usai bertengger di posisi Rp15.615. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau USD hingga sore ini berakhir merayap naik, meski masih berada di kisaran Rp15.600/USD. Kurs rupiah di akhir pekan menguat 8 poin ke level Rp15.615 dari sebelumnya Rp15.623 per dolar AS.



Penguatan rupiah juga terlihat pada data JISDOR BI (Bank Indonesia), dimana hari ini terangkat ke Rp15.628/USD. Pada hari kemarin rupiah bertengger di posisi Rp15.630 per USD.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah didorong sentimen global tentang klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 16.000 menjadi 187.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 13 Januari, level terendah sejak September 2022, kata Departemen Tenaga Kerja pada hari Kamis, lebih rendah dari ekspektasi para ekonom yang disurvei oleh Reuters sebesar 207.000.

"Data penjualan ritel yang kuat dan serangkaian komentar yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed minggu ini memicu meningkatnya keraguan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Maret 2024," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (19/1/2024).



Presiden Federal Reserve, Atlanta Raphael Bostic mengatakan, pada hari Kamis bahwa ia terbuka untuk menurunkan suku bunga AS lebih cepat dari kuartal ketiga yang ia antisipasi jika ada bukti yang “meyakinkan” dalam beberapa bulan mendatang bahwa inflasi turun lebih cepat dari perkiraannya.

Pelaku pasar juga terlihat secara tajam mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga di bulan Maret, menurut alat CME Fedwatch. Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 51,9% untuk pemotongan suku bunga di bulan Maret, turun tajam dari 68,3% yang terlihat pada minggu lalu.

Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Bank juga kemungkinan besar tidak akan mengubah suku bunga sampai inflasi berada dalam target tahunan 2% – dengan pembacaan CPI bulan Desember yang menunjukkan sedikit kemajuan.

Dari sentimen domestik, utang pemerintah sampai 31 Desember 2023 ditutup di angka Rp8.144,69 triliun. Jumlah itu naik Rp 103,68 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp 8.041,01 triliun. Pertambahan utang itu membuat rasio utang pemerintah akhir 2023 menjadi 38,59% terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari bulan sebelumnya yang di level 38,11% namun turun dibandingkan akhir 2021 dan 2022.

Nilai rasio utang tersebut lebih rendah dibandingkan akhir 2022 (39,70% PDB) dan pada puncak pandemi COVID-19 di 2021 (40,74% PDB). Rasio utang ini masih di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2023-2026 di kisaran 40%.

Utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni berbentuk surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah sampai Desember 2023 masih didominasi oleh instrumen SBN yakni 88,16% dan sisanya pinjaman 11,84%.

Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah hari ini menguat, selanjutnya untuk perdagangan pekan depan diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup lanjutkan pelemahan di rentang Rp15.590 - Rp15.650.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1392 seconds (0.1#10.140)