Cucu dan Cicit Pakubuwono X Berkumpul di Makam Imogiri

Kamis, 26 April 2018 - 22:14 WIB
Cucu dan Cicit Pakubuwono X Berkumpul di Makam Imogiri
Cucu dan Cicit Pakubuwono X Berkumpul di Makam Imogiri
A A A
BANTUL - Wajah BRAy Koes Siti Marliyah, BRM Muhammadi Munier Tjakraningrat dan BRM Mochamad Malikul Adil Tjakraningrat, Kamis (26/4/2018) terlihat sumringah. Bersama dengan anak dan cucu, mereka berkumpul di kompleks makam Raja-Raja Mataram Surakarta Kapingsanga Imogiri, Bantul.

Hari itu memang momen yang membahagiakan bagi trah keturunan Raja Kasunanan Surakarta Pakubuwono X (PB X) itu. Mereka berkumpul di makam leluhur untuk berziarah sekaligus momen merayakan berkumpulnya keluarga setelah “kisruh” konflik silsilah keluarga mereka.

Mengenakan Beskap warna putih gadih, BRM Munier Tjakraningrat dan BRM Malikul Adil Tjakraningrat terlihat gagah. Sesekali keduanya terlihat tertawa dan ngobrol dengan keponakan dan saudara-saudaranya. Sekitar pukul 11.30 WIB rombongan trah keluarga dari Madura juga datang. Mereka saling memberi hormat dan berangkulan.

“Hari ini saya benar benar bahagia. Berkumpul bersama anak, cucu, cicit dan canggah GKR Pembajoen,” terang Munier.

Apa yang disampaikan oleh Munier ini memang bukan mengada-ada. Belum lama ini trah keturunan Raja Kasunanan Surakarta ini tengah diguncang dengan ahli waris ‘abal-abal’.

Selain mengaku sebagai ahli waris PB X. “Beberapa bulan lalu Raja Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII juga telah memberikan secara langsung surat silsilah kepada kami. Jadi sudah jelas mana yang asli dan mana yang palsu,” terangnya.

Acara ziarah kemarin dimulai sekitar pukul 12.30 WIB. Rombongan terdiri dari laki-laki, wanita dan anak-anak. Ada sekitar 40-an orang yang datang. Ziarah diawali dari makam Sultan Agung, Tjakraningrat, Pakubuwono VI, Pakubuwono IX, Pakubuwono VII, Pakubuwono VIII, Pakubuwono X dan GKR Pembajoen.

Dengan didampingi abdi dalem Kasunanan Surakarta dan abdi dalem Keraton Yogyakarta, rombongan pertama kali berdoa di makam Sultan Agung. Doa dipimpin oleh abdi dalem khusus. Usai memanjatkan doa satu persatu rombongan masuk ke dalam makam.

Usai dari makam Sultan Agung rombongan kemudian berdoa di depan makam Tjakraningrat I yang letaknya di bawah makam Sultan Agung. “Selain sukuran atas jelasnya silsilah keluarga juga dalam rangka nyadran. Dari sini terlihat jelas kok mana yang ahli waruis beneran dan mana yang abal-abal,” terang Andre Tjakraningrat, cicit PB X.

Anak sulung GKR Pembajoen, BRAy Koes Siti Marliyah mengaku momen berkumpulnya seluruh anak cucu, cicit dan canggah GKR Pembajoen ini adalah momen yang langka.

Dirinya mengaku sangat senang dan haru melihat keluarga besarnya berkumpul. Terkait adanya klaim dari pihak lain terkait silsilah keluarganya BRAy Koes Siti Marliyah mengaku pasrah kepada Yang Maha Kuasa. “Kita pasrahkan kepada Allah saja. Biarlah Allah yang membalasnya nanti,” ujarnya lirih.

Seperti diketahui kisruh ahli waris ini berawal dari gugatan Suwarsi Dkk perihal tanah tanah calon bandara di Kulonprogo.

Suwarsi dkk mengaku sebagai ahli waris GKR Pembajoen dan mengugat kepemilikan lahan calon bandara Kulonprogo yang selama ini diklaim milik Kadipaten Pakualaman.

GKR Pembajoen adalah anak dari Raja Kasunanan Surakarta Pakubuwono X (PB X) dengan GKR Emas yang memiliki nama kecil Moersoedarinah anak dari Sultan HB VII.

Kasus ini tengah disidangkan oleh PN Yogyakarta. Di PN Yogya, Suwarsi dkk menggugat KGPA Paku Alam X terkait lahan bandara seluas 128 hektare di Kulonprogo.

Tanah itu adalah bagian dari 1.200 hektar tanah yang selama ini diklaim sebagai tanah Pakualamanaat Grond (PAG). Menurut Suwarsi lahan tersebut adalah milik GKR Pembajoen sesuai dengan eigendom No 674 verponding No 1511.

Belakangan Kubu Munier Tjakraningrat menilai bahwa Suwarsi dkk itu adalah ahli waris abal-abal. Munier menjelaskan, Raja Kasunanan Surakarta atau PB X yang tak lain adalah kakeknya menikah dengan GKR Emas yang memiliki nama kecil Moersoedarinah anak dari Sultan HB VII. Dari pernikahan itu mereka memiliki satu anak yakni GKR Pembajoen (GKR Pembayun).

Kemudian GKR Pembajoen menikah dengan Muhammad Sis Tjakraningrat pada 3 Desember 1945 dan memiliki empat anak.

“Anak pertama BRAy Koes Siti Marliyah, BRAy Koes Sistiyah Siti Marinaa, saya sendiri Muhammadi Munier Tjakraningrat dan adik saya Mochamad Malikul Adil Tjakraningrat,” tegasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4256 seconds (0.1#10.140)