Jelang Penutupan Lokalisasi di Kobar, PSK dan Mucikari Diberi Bimbingan Spiritual

Rabu, 25 April 2018 - 15:56 WIB
Jelang Penutupan Lokalisasi di Kobar, PSK dan Mucikari Diberi Bimbingan Spiritual
Jelang Penutupan Lokalisasi di Kobar, PSK dan Mucikari Diberi Bimbingan Spiritual
A A A
PANGKALAN BUN - Puluhan Pekerja Seks Komersial (PSK) dan mucikari dari sejumlah lokalisasi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, diberi motivasi dan bimbingan mental spiritual jelang penutupan lokalisasi secara permanen. Acara digelar di Aula Kantor Bupati Kobar, Rabu (25/4/2018).

Puluhan PSK ini berasal dari Lokalisasi Dukuh Mola (Kalimati Baru) dan Simpang Kodok, Kecamatan Arut Selatan serta Lokalisasi Sungai Pakit, Kecamatan Pangkalan Banteng.

Bupati Kobar Nurhidayah menyampaikan, hampir semua wanita tuna susila beralasan tindakan dan perbuatannya karena kemiskinan yang membelenggu keluarganya. Karena itu, menyelesaikan masalah wanita tuna susila salah satunya adalah dengan mengentaskan kemiskinan.

"Berdasarkan data Kementerian Sosial di Indonesia terdata 165 lokalisasi selama tiga tahun terakhir. Kini sudah ada 33 lokalisasi yang berhasil ditutup," ujar Nurhidayah di sela-sela kegiatan.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Sosial pada Maret 2018, di Kabupaten Kobar terdapat tiga lokasi prostitusi dengan jumlah PSK sebanyak 240 orang, dengan rincian Dukuh Mola ada 59 orang, Simpang Kodok 56 orang, dan Sungai Pakit sebanyak 125 orang.

"Pemkab Kobar berkomitmen mendukung program nasional dalam menyukseskan Indonesia bebas lokalisasi prostitusi pada 2019," katanya.

Nurhidayah menambahkan, upaya yang dilakukan Pemkab Kobar menjelang penutupan lokalisasi adalah dengan memberikan motivasi, bimbingan spiritual, bantuan usaha produktif dan jaminan hidup, serta pelatihan kerja.

"Harapannya dengan acara ini dapat memberikan motivasi kepada para penyandang masalah sosial ini agar dapat beralih profesi dan dapat menjalani kehidupan pribadi dan keluarga ke arah yang lebih baik di masa mendatang," pungkasnya.

Motivator dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Arief Alamsyah Nasution mengatakan, terpaksa menjadi PSK ini sebenarnya tidak semata-mata masalah ekonomi. Sebab, banyak perempuan bisa terjerumus menjadi penjaja seks. "Memang faktor ekonomi menjadi penyebab utama, tapi ada juga karena awalnya ditipu orang dan akhirnya ketagihan. Untuk itu saya ke sini memberi spirit kepada mereka supaya bisa kembali menjadi manusia yang lebih baik lagi," ujarnya.

Sementara itu, PSK asal Malang, Jawa Timur, V (21) yang bekerja di Lokalisasi Sungai Pakit mengatakan, dirinya menjadi PSK karena kebutuhan ekonomi. Janda beranak satu ini mengaku sudah berada di Lokalisasi Sungai Pakit, Pangkalan Banteng, Kabupaten Kobar sejak dua tahun silam.

"Ya karena terimpit kebutuhan dan akhirnya saya merantau ke Kalimantan. Awalnya saya penjual kopi, namun akhirnya terjerumus juga."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.6022 seconds (0.1#10.140)