ITB Tawarkan Teknologi Lingkungan untuk Merestorasi Sungai Citarum

Minggu, 21 Januari 2018 - 01:24 WIB
ITB Tawarkan Teknologi Lingkungan untuk Merestorasi Sungai Citarum
ITB Tawarkan Teknologi Lingkungan untuk Merestorasi Sungai Citarum
A A A
BANDUNG - Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi merekomendasikan penggunaan teknologi untuk mengatasi limbah cair dan sampah rumah tangga dalam uapaya restorasi Sungai Citarum. Rekomendasi itu disampaikan Kadarsah saat hadir dalam Sosialisasi Program Citarum Harum Tahun 2018 di Graha Tirta Siliwangi, Jalan Lombok, Kota Bandung, Sabtu (20/1/2018).

Kadarsah mengatakan, ITB memiliki dua mesin pengolah bricket yang dapat mengolah sampah rumah tangga dengan kapasitas maksimal masing-masing 25 kilogram dan 100 kilogram per hari. Mesin ini merupakan hasil riset mahasiswa dan dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB.

Kemudian pengolahan limbah cair domestik menggunakan Bio-Septik Tank yang sudah diterapkan di kompleks permukiman Dago Pojok. Sedangkan di Asrama Kampus ITB Jatinangor, ITB mengaplikasikan sistem Johkasou dari hasil riset teknik lingkungan.

“Untuk limbah peternakan dapat diolah menggunakan teknologi bio-digester yang memproses kotoran ternak atau tinja manusia menjadi biogas. Gas bio ini bermanfaat untuk keperluan memasak sebagai pengganti gas elpiji,” kata Kadarsah.

Perhatian khusus, ujar Rektor, perlu ditujukan kepada industri yang masih memproduksi limbah tak sesuai aturan. Untuk mengatasi masalah ini, Kadarsah merekomendasikan revitalisasi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) industri melalui konsultasi teknis dan modifikasi IPAL bersama para insinyur dari Teknik sipil, Teknik Lingkungan, dan Kimia.

“Pelatihan teknologi produksi limbah cair bersih agar industri mampu mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan melakukan daur ulang (recycle) sampah atau limbahnya. Ilmuwan ITB juga telah mengembangbiakkan bakteri pemakan limbah seperti immobilize alive petrophilic bacteria dan immobilized alive aerobic bacteria,” ujar Rektor yang didampingi Wakil Rektor Bidang Riset Inovasi dan Kemitraan (WRRIM) ITB Bambang R Trilaksono, dan Direktur Eksekutif Pengelolaan Penerimaan Mahasiswa dan Kerja Sama Pendidikan (DEKTM) ITB Mindriany Syafila.

Food (pangan), energi, dan water (air), tutur dia, berasal dari air Sungai Citarum. Pertanian, perikanan, dan peternakan hidup berkat aliran air anak sungai terpanjang di Jabar itu. Sekitar 20,7 juta warga dihidupi oleh aliran anak sungai Citarum. Sementara, di hilir Sungai Citarum terdapat Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang menghasilkan energi listrik sekitar 1.188 Mega Watt (MW).

Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mengemukakan, program Citarum Harum penting untuk menuju Indonesia Emas pada 2045, bukan Indonesia Cemas. Untuk membuat sungai Citarum menjadi ‘harum’ butuh kerja sama dan keterlibatan semua pihak. “Kita ingin menghasilkan mata air, bukan air mata. Dampak pencemaran sungai ini sama besarnya dengan akibat perang,” kata Doni yang pernah menjabat Panglima Kodam XVI/Pattimura ini.

Selain Rektor ITB, acara itu juga dihadiri Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo, Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Tri Hanggono Achmad, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Jabar Prima Mayatiningtias, Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto, dan mahasiswa.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6671 seconds (0.1#10.140)