Misteri Vila Isola: Kemewahan, Intrik, dan Nasib Tragis Berretty

Jum'at, 22 Desember 2017 - 05:00 WIB
Misteri Vila Isola: Kemewahan, Intrik, dan Nasib Tragis Berretty
Misteri Vila Isola: Kemewahan, Intrik, dan Nasib Tragis Berretty
A A A
BANGUNAN Vila Isola saat ini terletak di Jalan Setiabudi 229, Kota Bandung, Jawa Barat. Tepatnya berada dalam kompleks Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di tepi jalan raya menuju Lembang.

Mungkin nama Vila Isola saat ini tidak banyak yang mengenalnya, karena sudah diganti dengan Bumi Siliwangi yang sekarang menjadi gedung rektorat Kampus UPI (dulu dikenal dengan IKIP Bandung). Namun, bentuk bangunan Vila Isola mudah dikenali dengan gaya arsitektur art deco dan dikelilingi dua taman yang rindang, yakni taman Partere dan taman Barrety.

Vila yang didesain oleh arsitektur legendaris zaman kolonial Belanda, Charles Prosper Wolff Schoemaker, banyak menyimpan kisah misteri. Salah satunya, proses pembangunan yang menggunakan jasa biro arsitektur AIA di Batavia ini cukup cepat, mulai Oktober 1932 hingga Maret 1933 atau sekitar 5 bulan. Tak kurang sekitar 700 pekerja dikerahkan untuk membangun vila yang anggun seluas 12.000 meter persegi berikut taman 6,3 hektare berdiri di lahan 7,5 hektare di tengah persawahan dan tanah kosong yang luas.

Apalagi sang pemilik bangunan, Dominique Willem Berretty, sanggup mengeluarkan uang 500.000-600.000 gulden (saat ini sekitar Rp250-350 miliar) untuk membangun Vila Isola. Padahal ketika awal tahun 30-an seluruh dunia mengalami krisis ekonomi global. Dari mana Berretty, raja media yang nyentrik ini mendapatkan uang sebanyak itu?

Berretty yang berdarah campuran Jawa-Italia dan lahir di Yogyakarta pada 20 November 1890, menjadi sosok terkenal setelah mendirikan agen press Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap (ANETA) di Batavia. Mungkin dari sini Berretty mendapatkan uang cukup banyak dan kaya raya karena ANETA sejak didirikan pada 1 April 1917 memonopoli pengadaan berita tentang Hindia Belanda. Apalagi Berretty yang sejak muda sempat bekerja di surat kabar Java Bode dan membangun usaha jasa telegraf dikenal ambisius.

Banyak pihak yang kurang suka dengan Berretty yang memiliki kekayaan besar dan gaya hidup mewah. Banyak jurnalis dan politisi tidak senang dengan monopoli yang dilakukannya, termasuk Gubernur Jenderal Jonkheer Bonifacius Cornelis de Jonge (1875-1958).

Melihat keadaan keuangan Berretty, banyak pihak menduga kemungkinan uang yang dipakai mendirikan vila ini berasal dari hasil usaha yang tidak sah. Dugaan ini muncul dari sikap agresif Jepang yang giat membangun kekuatan dan mulai menunjukkan kecenderungan untuk melakukan penjajahan pada tahun 30-an.

Monopoli yang dilakukan Berretty dalam hubungan telegraf dan cara komunikasi lain antara Jawa dan Jepang membuat, dia menjadi mata rantai yang penting bagi dinas rahasia Jepang. Diduga dari kegiatan ini Berretty bisa mendapatkan uang yang banyak. Tuduhan ini tak mendasar dan belum bisa dibuktikan.

Setelah selesai dibangun, Vila Isola menjadi tempat favorit Berretty beristirahat dan menghindar dari hiruk pikuk kehidupan. Maklum, dikisahkan, kehidupan Berretty yang glamor dan mewah dipenuhi intrik politik dan gosip. Kemewahan gaya hidup Berretty tergambar dari dua mobil mewah miliknya untuk beraktivitas, yaitu Mercedes dan Aston Martin.

Kehidupan mewahnya membawa dia hidup dalam banyak intrik dengan pemerintahan Hindia Belanda. Apalagi Berretty dikenal dekat dengan pemerintah Hindia Belanda dan medianya pun disinyalir sering menjadi corong pemerintah Belanda. Uniknya, dia pun memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah Jepang, sehingga membuat geram pemerintah Belanda.

Soal kehidupan pribadinya pun tidak kalah menariknya dan banyak memunculkan gosip. Berretty pernah menikah 6 kali dan membuat 2 wanita hamil dan melahirkan 3 anak. Bahkan, sebelum 1934 dia menjalin asmara dengan seorang putri Gubernur Jenderal BC de Jonge, sehingga membuatnya berang dan memutuskan untuk menghabisinya. Sang Gubernur Jenderal menganggap Berretty berbahaya bagi kehidupan pribadi dan politiknya.

Tidak heran jika Vila Isola yang tenang dan damai dijadikan semacam tempat untuk berdiam diri oleh Berretty. Di bagian dalam vila tertulis “M’ Isolo E Vivo” yang artinya kurang lebih: Menyendiri untuk Bertahan Hidup. Nama Vila Isola yang disematkan untuk vila ini juga berarti Vila Terpencil.

Misteri Vila Isola: Kemewahan, Intrik, dan Nasib Tragis Berretty

Namun, Berretty tak bisa berlama-lama menikmati dan menyendiri di vila miliknya yang anggun tersebut. Kehidupannya yang penuh intrik dan gaya hidupnya bak selebritas, berakhir tragis. Pada 20 Desember 1934, pesawat DC-2 Uiver milik Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM) Royal Dutch Airlines yang ditumpangi Berretty jatuh di perbatasan Suriah-Irak.

Pesawat dengan penerbangan regular rute Amsterdam-Batavia ini membawa 4 awak pesawat, kargo berupa 350 kg surat, dan 3 penumpang yang salah satu di antaranya adalah Berretty yang akan pulang ke Indonesia setelah melakukan perjalanan bisnis. Namun, pesawat ini tak pernah sampai tujuan karena jatuh dan seluruh penumpangnya meninggal.

Kematian Berretty yang tragis juga menyisakan misteri yang belum terjawab. Ada yang menyatakan sebagai kecelakaan murni, namun ada yang menduga terselip sebuah konspirasi. Menurut keterangan resmi para ahli dari komisi penyelidikan yang dibentuk pemerintah Belanda, kecelakaan akibat mesin pesawat terkena terjangan kilat yang hebat. Kemudian pesawat terempas ke tanah, terguling, dan terbakar, sehingga menewaskan semua penumpangnya.

Namun, banyak juga pakar penerbangan yang menganggap keterangan tersebut untuk menutup-nutupi keadaan sebenarnya. Sebab, beberapa saksi mata melaporkan melihat pesawat tempur militer di dekat kilang minyak Rutba, Irak. Diketahui di kilang minyak Rutba ada basis militer Inggris.

Mengapa menimbulkan kecurigaan, misi resmi penerbangan pesawat DC-2 Uiver adalah membawa surat dari Eropa ke Jawa sebelum Hari Natal 1934. Pesawat itu dijadwalkan akan tiba di Batavia pada 22 Desember 1934 atau 1 hari sebelum akhir pekan. Namun, pada 1930-an di Batavia tidak ada kereta pos yang beroperasi pada akhir pekan.

Nah, di sini disimpulkan misi tersebut adalah misi yang tidak mungkin. Atau mungkin boleh disebut misi yang palsu. Ini adalah satu dari sekian banyak hal misterius terkait kejatuhan pesawat Uiver, pesawat legendaris yang memenangi perlombaan Udara London-Melborne pada Oktober 1934. Berretti dimakamkan di kompleks kuburan Inggris di Bagdad, Irak, pada 23 Desember 1934.

Diolah dari berbagai sumber:
geospotter.org
silviagalikano.com
infobandung.co.id
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1728 seconds (0.1#10.140)