Jejak Soetomo di Gedung Nasional Indonesia Surabaya

Jum'at, 08 Desember 2017 - 05:00 WIB
Jejak Soetomo di Gedung Nasional Indonesia Surabaya
Jejak Soetomo di Gedung Nasional Indonesia Surabaya
A A A
Siang itu, suasana di Jalan Bubutan, Surabaya, Jawa Timur, berisik. Bunyi klakson yang terus bersahutan dan ruas jalan yang sempit membuat antrean kendaraan begitu panjang. Pohon-pohon pule yang berdiri tegap di sepanjang jalan memberikan sedikit keteduhan bagi pengguna jalan.

Seorang warga Surabaya, Lis Savitri (42), bersama dua buah hatinya mampir ke Gedung Nasional Indonesia (GNI) yang terletak di Jalan Bubutan Nomor 85-87. Surabaya yang panas membuat peluh bercucuran dari tubuh Lis dan kedua buah hatinya. Keringat di dagu anaknya yang masih berusia lima tahun diusapnya dengan sapu tangan kecil berwarna merah.

Lis langsung duduk di pendopo besar yang menjadi bagian utama GNI, untuk berteduh. Di bawah 34 pilar persegi dari kayu jati yang membuat nuansa lama terekam begitu jelas, dia seperti menerobos perjalanan sejarah yang panjang. Deretan foto perjalanan Dr Soetomo bersama teman-temannya di era kolonial berjejer rapi di bagian tengah ruangan, lengkap dengan penjelasan detail fotonya.
Jejak Soetomo di Gedung Nasional Indonesia Surabaya

Pada bagian dinding pendopo, terdapat plakat yang berisi kalimat Soekarno, bertanggal 17 Agustus 1961. "Kami bangsa Indonesia sadar, bahwa para pahlawan telah menjumbangkan bagiannja jang njata pada tertjapainja kemerdekaan nusa dan bangsa. Maka atas djasa para pahlawan itu bangsa Indonesia dengan penuh chidmat dan hormat mempersembahkan suatu bangunan sebagai tanda terima kasih dan penghargaan jang setinggi-tingginja...." begitu kalimat Bung Karno.

Jane Purbasari, anak Lis yang bungsu, tertarik untuk melihat mesin stensil yang ada di tengah ruangan dengan bingkai kaca tebal di tiap sisinya. Mesin itu dahulu dipakai untuk mencetak Majalah Penjebar Semangat yang sangat legendaris di Surabaya. Apalagi, pada zaman Jepang semua mesin stensil milik Yayasan Penjebar Semangat dirampas oleh Nippon.

"Baru tahu juga kalau ada mesin seperti ini untuk membuat majalah," ujar Lis ketika ditemui di GNI Surabaya, Senin (4/12/2017).

Matanya lalu tertuju pada meja panjang yang berada di podium depan. Meja yang terbuat dari kayu jati itu dikelilingi 10 kursi dengan ornamen Jawa yang unik. Meja tersebut sering dipakai Soetomo rapat pergerakan. Di atasnya, lambang burung garuda bertengger dengan gagah, diapit oleh foto Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden M Jusuf Kalla.

Di pendopo utama GNI itu, lantai dan dinding marmer membalut suasana yang sejuk di dalamnya. Makam Soetomo berada tepat di sisi barat gedung.
Jejak Soetomo di Gedung Nasional Indonesia Surabaya

Seperti diketahui, pahlawan nasional yang lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 itu pada 1903 menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Batavia. Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah Soetomo mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo pada 1908.

Pada 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Studyclub. Lalu, pada 1930 dia dan teman-temannya mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Partai Indonesia Raya (Parindra). Makanya, di sisi kanan Gedung Nasional Indonesia diukir tulisan 'tempat pusat pergerakan nasional Partai Parindra di bawah pimpinan Dr Soetomo'.

GNI juga tempat pembentukan Komisi Nasional Indonesia (KNI) serta pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jatim pada Agustus 1945. Selain itu, GNI waktu itu juga menjadi Karesidenan Kota Surabaya serta salah satu lokasi terjadinya pertempuran 10 November antara Arek-arek Suroboyo dan tentara Sekutu.

Kini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mulai mengubah peruntukan GNI menjadi Museum Dr Soetomo. Hal ini tentu tak terlepas dari peran Soetomo dalam pembangunan gedung ini pada Juli 1930. Selain itu, sepak terjang Soetomo yang mampu menanamkan fondasi nasionalisme harus dikenalkan secara luas pada masyarakat, terutama anak-anak di sekolah.
Jejak Soetomo di Gedung Nasional Indonesia Surabaya

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, Museum Dr Soetomo berada di bangunan GNI yang menjadi satu bagian dengan makam Dr Soetomo bisa dikunjungi oleh semua orang. Pihaknya berharap, dengan adanya museum ini, generasi muda dapat mengenal lebih dalam sosok Soetomo.

"Pemanfaatan GNI supaya lebih berguna untuk pengenalan sosok pahlawan nasional yang sudah diberikan pada Dokter Soetomo," ujar Risma.

Ia melanjutkan, selama ini GNI memang belum menjadi museum yang sempurna. Pihaknya mulai melengkapi dengan menambah koleksi sejarah, sehingga keberadaan GNI bisa dijadikan museum yang bisa dimanfaatkan oleh warga Surabaya sebagai destinasi wisata sejarah yang menarik.

"Kami masih menambah koleksinya. Jadi tak berhenti dengan koleksi yang ada sekarang. Ini akan bergerak terus, jika ada koleksi serta informasi yang baru akan kita beritahukan kepada masyarakat," katanya.

Di GNI saat ini, katanya, terdapat koleksi foto dan barang-barang pribadi milik Soetomo yang berhasil dikumpulkan dari berbagai pihak. "Kami dapatnya dari kolektor barang dan keluarga Dokter Soetomo sendiri," jelas mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) ini.

Selain menghadirkan barang-barang peninggalan Soetomo, Pemkot Surabaya juga menyediakan galeri foto di pendopo yang dilengkapi kode barcode pada setiap pigura. Tujuannya tentu memudahkan pengunjung mengakses arsip foto dan artikel sejarah Soetomo.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3235 seconds (0.1#10.140)