Kapal Pesiar Octopus Masuk ke Raja Ampat Pemda Perketat Pengawasan

Kamis, 16 November 2017 - 11:37 WIB
Kapal Pesiar Octopus Masuk ke Raja Ampat Pemda Perketat Pengawasan
Kapal Pesiar Octopus Masuk ke Raja Ampat Pemda Perketat Pengawasan
A A A
WAISAI - Kapal Pesiar Octopus berbendera Inggris dengan panjang 416 kaki menghebohkan masyarakat Raja Ampat. Pasalnya, Senin 13 November 2017 lalu Kapal pesiar itu menguasai bagian depan Pelabuhan Waisai. Sehingga Dinas Perhubungan harus mengatur posisi labuh tambat kapal lain yang akan sandar di pelabuhan.

Kapal pesiar itu dinahkodai oleh Andreas Sironen dengan Gross Toune (GT) 9932 dan berisikan 49 crew kapal tanpa penumpang. Diketahui, Kapal Octopus asal Singapura akan berlabuh di Pelabuhan Waisai selama tiga hari dan akan lepas sandar pada Kamis (16/11/2017)

General Agent dan Local Agent, Ahadi mengatakan, Kapal pesiar itu memiliki sisi menguntungkan bagi masyarakat Raja Ampat. Bahkan, kedatangan Kapal Pesiar itu akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Pasalnya, seisi Kapal Octopus yang sandar di Pelabuhan Waisai sudah memesan salah satu warung makan yang siap menyajikan makanan khas Daerah Raja Ampat dan berbelanja acesories Raja Ampat.

“Kami terjun langsung menjadi General Agent dan Local Agent agar tidak ada lagi kesalahan yang dilakukan oleh pihak kapal pesiar seperti kejadian yang lalu. Seisi kapal itu stay di Waisai agar dapat menopang perekonomian masyarakat dan Waisai dapat menjadi Kota Wisata yang dikunjungi wisatawan Internasional,” kata Ahadi.

Menurut Ahadi, Kapal Octopus menjadi salah satu percontohan agar kiranya setiap kapal yang masuk harus memperdayakan Waisai sebagai pusat Kota dan menggunakan speedboat wisata Pemerintah Raja Ampat untuk mengunjungi sejumlah spot wisata yang menakjubkan. Dengan begitu, masyarakat lokal akan lebih bergairah untuk berkreatif di bidang kuliner hingga dibidang jasa.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Raja Ampat, Backy Rahawarin mengatakan, Kapal Pesiar Octopus melakukan sandar di Dermaga Waisai dikarenakan kondisi Pelabuhan Saonek maupun Kampung Jefman tidak memenuhi persyaratan. Disamping itu juga pelabuhan masih kurang safety untuk kapal-kapal pesiar mewah yang ingin melakukan wisata ke Raja Ampat.

"Ini kapal sangat besar, jika dilihat dari kondisi dari Dermaga Saonek Monday maupun Jefman tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, kita ambil keputusan sandar di Port Of Waisai agar penanganan dan pelayanan bagi kapal pesiar bagus. Soalnya ini juga menyangkut nama Raja Ampat tentang daerah destinasi pariwisata,”terang Backy kepada MNC Media di Waisai.

Dijelaskannya, semua kapal yang ingin bersandar di Port Of Waisai, baik kapal pesiar dan reguler akan mendapatkan pelayanan yang sama dari pemerintah daerah Raja Ampat.

Hal ini, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk Raja Ampat. Hanya saja, pemerintah tinggal pembenahan di sekeliling wilayah Port Of Waisai tersebut.

“Kita tahu ke Waisai untuk pariwisata makanya pemerintah harus membuka ruang. Sehingga kita atur agar semua memperoleh pelayanan yang sama. Kita sudah rapat dengan instansi terkait, semua kapal mendapat pelayanan yang di pelabuhan Port Of Waisai. Artinya, kita lanyani bagus supaya investor maupun turis tidak kecewa,”jelasnya.

Dia mengatakan, Kapal masih menjajaki dan belum ada penumpang alias tamu wisata. Kasus Kapal Caladonian Sky pelajaran buat pemerintah Raja Ampat makanya semua harus chek-point di Port Of Waisai. Tidak boleh langsung ke spot wisata. Oleh sebab itu, selama kapal tetapi stay di Port Of Waisai dan harus menggunakan speed wisata atau speedboat milik masyarakat lokal ke lokasi wisata.

“Kita sudah ingatkan ke agen agar kapal tetap stay, selesai wisata pulang. Kalau mau ada aktivis gerakan tambahan kita tahan. Kapal akan sandar tiga hari masalah diving urusan dari pariwisata. Kita hanya melayani. Izin kapal langsung dari Jakarta bukan dari daerah apalagi daerah,”ungkapnya.

Becky mengatakan, pihak Pemerintah Raja Ampat tak mau kecolongan lagi seperti kasus Caledonian Sky yang sempat merusak.puluhan ribu hektar terumbu karang di Raja Ampat beberapa bulan lalu, untuk itu pengawasan terhadap kapal pesiar berbobot besar harus diawasi pergerakannya selsma di daerah raja ampat.

Paul Allen adalah pendiri vendor software terbesar dunia, Microsoft. Dia mempunyai sebuah kapal super besar yang dinamakan Octopus.

Octopus ini harganya di kisaran USD200 juta. Kapal tersebut mulai digunakan pada tahun 2003, dan pada masanya adalah kapal pesiar terbesar di dunia.

Octopus bisa menampung dua buah helikopter. Dan fasilitasnya pun luar biasa banyak. Dari kolam renang, klub malam, lapangan basket, bioskop dan kapal selam mini untuk menjelajah kedalaman lautan.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3898 seconds (0.1#10.140)