Jelang HUT Ke-72 TNI, Panglima Jenderal Gatot Ziarah ke Makam Soeharto

Selasa, 19 September 2017 - 13:34 WIB
Jelang HUT Ke-72 TNI, Panglima Jenderal Gatot Ziarah ke Makam Soeharto
Jelang HUT Ke-72 TNI, Panglima Jenderal Gatot Ziarah ke Makam Soeharto
A A A
KARANGANYAR - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berziarah ke makam Presiden kedua RI Soeharto di Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah. Ziarah yang diwarnai upacara militer ini dalam rangkaian HUT ke-72 TNI.

Gatot didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Ade Supandi dan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Hadi Tjahjanto tiba di Astana Giribangun. Setiba di makam penguasa Orde Baru itu, Panglima disambut putra Soeharto, Ari Sigit, Selasa (19/9/2017).

Gatot dan pendampingnya disambut upacara militer untuk menghormati Soeharto. Setelah memberi penghormatan militer, Gatot beserta Kasal dan Kasau serta Ari Sigit masuk ke area makam tempat Soeharto dan Ibu Tien dimakamkan. Mereka lalu berdoa, bertahlil, dan dilanjutkan tabur bunga.

Gatot mengatakan, ziarah ke makam Soeharto merupakan salah satu bukti bila TNI tak pernah melupakan sejarah. Tak hanya ke makam Soeharto, Gatot pun mengatakan bila dirinya pun menziarahi makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur.

"Ini sudah menjadi tradisi yang dilakukan TNI menjelang HUT ke-72 TNI. Di mana, sebelum HUT kami menziarahi para tokoh bangsa. Tak hanya ke makam alharhum Pak Harto, kami pun menziarahi makam Bung Karno di Blitar,Panglima Besar Jenderal Sudirman," papar Gatot di Astana Giribangun, Selasa (19/9/2017).

Menurut Gatot, dirinya bisa melihat langsung masyarakat masih menghormati para pemimpin bangsa ini. Dari 3 mantan Presiden yang didatangi, kata Gatot, makam Bung Karno, Gusdur dan Soeharto, rata-rata dikunjungi minimal 1.000 orang. "Ini tokoh hebat yang harus kita teladani," ujarnya.

Menyangkut wacana pemutaran kembali film 30 S/PKI, ungkap Gatot, Tujuannya bukan untuk mendiskreditkan. Namun agar peristiwa itu bisa diketahui generasi muda sehingga tidak mudah terprovokasi dan tidak terpecah-pecah lagi.

Generasi muda, kata Gatot, harus tahu bahwa pernah terjadi gerakan adu domba di Indonesia. "Kalau tidak kita ingatkan dalam kejadian seperti ini dikhawatirkan sejarah akan terulang. Karena ada kecenderungan sejarah selalu berulang," pungkasnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1334 seconds (0.1#10.140)