Komda KIPI DIY: Kematian Siswi SMP di Bantul Bukan karena Imunisasi MR

Kamis, 14 September 2017 - 21:52 WIB
Komda KIPI DIY: Kematian Siswi SMP di Bantul Bukan karena Imunisasi MR
Komda KIPI DIY: Kematian Siswi SMP di Bantul Bukan karena Imunisasi MR
A A A
BANTUL - Ketua Komite Daerah Pengkajian Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Mei Neni Sitaresmi menegaskan, kematian Nana Puspita (14), siswi SMP N 3 Kasihan Bantul, pada Jumat, 8 September 2017 lalu, bukan karena pemberian vaksin Measles Rubella (MR). Namun, karena penyakit leukimia akut lain yang diderita almarhum.

Pihaknya sudah mencari data dari pihak rumah sakit dimana siswi itu dirawat. Dari pemeriksaan, dokter di RS Bethesda Yogyakarta memberi data lengkap tentang pasien yang dimaksud.

"Dianogsis dokter yang menangani, mengarah pada penyakit leukimia akut yang timbul secara mendadak," katanya dalam keterangan pers 'Evaluasi Imunisasi MR' di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis (14/9/2017).

Kata Mei Neni, meninggalnya siswi itu bukan karena pemberian imunisasi MR di sekolah. Petugas kesehatan dsfi Puskesmas yang melakukan imunisasi sudah mendapat pembekalan dan melakukan tugasnya sesuai prosedur yang benar. Termasuk memeriksa siswa sebelum diberi imunisasi bagi yang menderita sakit.

Ia menjelaskan, terdapat delapan petugas kesehatan dan satu dokter yang terjun ke SMP N 3 Kasihan saat imunisasi itu. Dari 390 siswa, terdapat tiga siswa yang mengaku sedang tidak enak badan alias sakit.

"Sampai sekarang kami belum menerima laporan adanya kasus lanjutan setelah imunisasi dari siswa lainnya," katanya.

Sementara dokter yang memberi imunisasi pada Nana sempat meminta agar dirujuk ke rumah sakit. Sebab, melihat kondisi Nana terlihat pucat karena trombosit dan kandungan sel darah merah rendah.

"Dokter sudah melakukan tindakan lanjutan agar melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Tujuannya untuk memeriksa benar tidaknya leukimia, tapi pihak keluarga memaksa pulang dengan alasan yang bersangkutan butuh istirahat," katanya.

Kasus ini sempat mencuat di medsos dengan isu imunisasi campak dan rubella yang dinilai sebagai penyebab kematian siswi itu. Penjelasan ini diharapkan menjadi pencerah bagi masyarakat bahwa penyebab kematian siswi itu bukan karena imunisasi MR.

"Soal vaksin kami pastikan aman, tidak sampai membuat seseorang sakit, apalagi sampai meninggal," katanya.

Sebelumnya Nana dikabarkan mengalami sakit lebih dari sepekan, setelah menerima imunisasi MR itu. Imunisasi itu diberikan petugas kesehatan setempat di sekolah pada 29 Agustus lalu.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastuti meminta masyarakat tidak perlu resah dengan imunisasi. Pemerintah berusaha mengeliminasi penyakit campak dengan melakukan imunisasi ini.

Ia mengaku hingga akhir Agustus lalu belum semua anak terimunisasi. Dari catatannya, terdapat 15.521 anak yang belum diimunisasi MR. Saat ini pihaknya masih terus melakukan imunisasi hingga akhir September nanti.

Alasan belum semua siswa mendapatkan imunisasi, karena tidak masuk sekolah saat imunisasi digelar. Pihaknya akan melakukan pemanggilan pada siswa yang belum mendapatkan imunisasi untuk datang ke Puskesmas didampingi oleh pihak sekolah.

Dari 199.201 balita yang terdata, pelaksanaan imunisasi MR sudah mencakup 60.871 balita. Pihaknya menargetkan dari total 778.118 sasaran imunisasi MR, siswa dan balita, 83,5%-nya sudah mendapatkan vaksin.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5258 seconds (0.1#10.140)