Butuh Rp500 Miliar untuk Menjadi Gubernur Jawa Timur

Rabu, 13 September 2017 - 21:06 WIB
Butuh Rp500 Miliar untuk Menjadi Gubernur Jawa Timur
Butuh Rp500 Miliar untuk Menjadi Gubernur Jawa Timur
A A A
SURABAYA - Menjadi pemenang dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Timur tak cukup dengan popularitas dan elektabilitas tinggi. Sebaliknya, para calon juga harus punya dana cukup besar untuk merengkuh sukses dalam kontestasi itu.

Pandangan ini disampaikan bakal calon gubernur (Bacagub) Golkar Ridwan Hisjam. Menurut Ridwan, untuk menjadi pemenang, seorang calon minimal harus punya dana Rp500 miliar. Sebaliknya, tanpa dana sebesar itu, mustahil seorang calon akan menang.

"Saya berprediksi seperti ini berdasarkan pengalaman. Dua kali saya ikut pemilihan gubernur dan kalah. Karena tak punya cukup uang. Pilgub 2008 lalu, saya hampir habis 200 miliar. Ternyata itu belum cukup," tegas politikus Partai Golkar ini.

Tingginya biaya politik tersebut, lanjut Ridwan, karena wilayah Jawa Timur yang cukup luas. Sehingga, dana operasional untuk menggalang dukungan juga sangat tinggi. Mulai dari biaya operasional untuk menemui konstituen, mendapatkan rekomendasi partai, menggerakkan massa, belanja alat peraga kampanye hingga meng-hire lembaga survei.

Alokasi dana penyelenggaraan Pilgub Jatim yang cukup besar menurut Ridwan juga bisa menjadi gambaran tingginya kebutuhan dana di pilgub tersebut. Untuk Pilgub Jatim 2018 misalnya, Pemprov Jatim menganggarkan dana hingga Rp800 miliar.

"Kegiatan riwa-riwi (wira-wiri/mondar-mandir, red) sebelum coblosan itu butuh biaya besar. Belum lagi untuk mendapatkan rekomendasi partai. Itu besar sekali. Sebab, partai pengusung juga perlu menggerakkan mesin partai hingga di tingkat bawah. Kalau tidak ada uang, tidak mungkin bisa jalan," tegasnya.

Kondisi seperti ini, kata Ridwan, akan menyulitkan kandidat baru. Ini karena hampir semua kebutuhan pencalonan harus dibiayai sendiri. "Sudahlah, kalau calon punya Rp500 miliar, pasti jadi (menang). Dengan catatan, persoalan agama seperti Pilgub DKI tidak terjadi. Di sana, uang kalah dengan sentimen agama," tegasnya.

Namun, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) tidak sependapat dengan kalkulasi Ridwan tersebut. Gus Ipul berkeyakinan bahwa kemenangan seorang calon ditentukan oleh tingginya kepercayaan masyarakat, bukan oleh uang.

"Kata siapa uang menjadi penentu. Ibarat orang naik haji. Belum tentu orang berduit bisa berangkat. Sebaliknya, kadang justru yang miskin yang berangkat. Jadi gubernur juga begitu. Cukup sering-sering datang ke konstituen saja," katanya menganalogikan.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9221 seconds (0.1#10.140)