Bunuh Ibu Kandung dan Istri, Psikolog: Agus Diduga Idap Gangguan Mental

Senin, 04 September 2017 - 08:21 WIB
Bunuh Ibu Kandung dan Istri, Psikolog: Agus Diduga Idap Gangguan Mental
Bunuh Ibu Kandung dan Istri, Psikolog: Agus Diduga Idap Gangguan Mental
A A A
Psikolog dari Universitas Kristen Maranatha Bandung Efnie Indriyani menduga Agus Supriyatna, tersangka pelaku yang membunuh ibu kandung dan istri mengalami kombinasi personality disorder atau gangguan kepribadian dan kerusakan limbic system.

Agus belum sampai skizofrenia atau gangguan mental alias gila. Sebab pelaku masih bisa berhubungan dengan realita dan bersosialisasi dengan baik.

Menurut Efnie, pemicu seseorang melakukan tindakan sadis rata-rata atau pada umumnya ada personality disorder, artinya pelaku mengalami ganguan kepribadian.

Kalau dilihat dari struktur otak pengidap personality disorder ini, lymbic system-nya mengalami kerusakan. Khususnya di bagian amigdala. Bagian otak ini berperan untuk mengendalikan emosi dan perilaku seseorang. Juga mengendalikan rasa kasih sayang, marah, benci, dan sedih.

Jika bagian ini (limbick system) rusak, individu yang mengalaminya akan sulit mengendalikan diri. Saat marah, emosinya akan sulit diredam, bahkan bisa melakukan tindakan di luar kendali. Limbic system membajak kendali yang bersangkutan.

"Pelaku melakukan kejahatan secara sadar tetapi tanpa nalar. Dia sadar melakukan itu tetapi pelaku tak mampu mengontrol tindakannya. Kalau gangguan jiwa skizofrenia, pengidap mengalami halusinasi setiap saat dan memiliki dunianya sendiri sehingga dia terhambat berkontak dengan realitas dan bersosialisasi. Sedangkan pengidap personality disorder tidak. Dia masih bisa bersosialisasi dengan baik," kata Efnie.

Kerusakan limbic system bisa terjadi sejak kecil karena dia pernah menjadi korban kekerasan atau penyiksaan, terpapar informasi tentang agresi, kekerasan, atau melihat lingkungan sekitarnya yang penuh dengan tindak kekerasan.

Kondisi itu (kerusakan limbic system) bisa juga diturunkan secara genetis. Namun genetis umumnya lebih ke arah tempramen. Itu terkunci dalam DNA.

"Namun untuk memastikan apakah pelaku ini mengalami personality disorder dan kerusakan limbic sytem atau tidak, memang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," ujar Efnie.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5139 seconds (0.1#10.140)