Tak Miliki Anak, Mbah Karsi Hidup Bersama Lima Ekor Kucing

Jum'at, 04 Agustus 2017 - 13:59 WIB
Tak Miliki Anak, Mbah Karsi Hidup Bersama Lima Ekor Kucing
Tak Miliki Anak, Mbah Karsi Hidup Bersama Lima Ekor Kucing
A A A
SEMARANG - Mbah Karsi (80), warga Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah, menghabiskan sisa hidupnya di sebuah gubuk reyot berukuran sempit. Bangunan berbahan kayu yang telah keropos tak hanya pengap, tetapi juga rawan ambruk setiap saat.

Hampir seluruh aktivitas Mbah Karsi dilakukan dalam bangunan sempit berukuran sekira 4x4 meter persegi itu. Terdapat tungku dan sejumlah ranting kering berwarna hitam yang menandakan sisa-sisa pembakaran. Lokasi tungku yang berada tepat di tengah bangunan itu mengakibatkan banyak jelaga menempel di dinding ruangan.

Di samping tungku ada sebuah kamar yang disekat menggunakan tumpukan papan. Namun kamar itu tak digunakan untuk tempat beristirahat Mbah Karsi, dan pintunya terpasang gembok. Belum diketahui isi kamar, yang pintunya terdapat celah sebagai keluar-masuk kucing.

“Memang ada beberapa kucing di sini. Saya memang sangat menyukai kucing karena tidak mempunyai anak. Kucing-kucing itu saya tempatkan di dipan ini, tepat di atas kepala saya ketika tidur. Biar mudah mengawasi, kasihan masih anak-anak takut kalau jatuh,” ujar Karsi, Jumat (4/8/2017).

Dia mengatakan, sudah sejak lama memelihara kucing yang telah dianggap sebagai anggota keluarganya sendiri. Hingga sekira sebulan lalu, kucing hitam peliharaannya bernama Sireng beranak empat ekor kucing mungil. Masing-masing diberi nama Surip, Petak, Pawit, dan Temon.

“Di sini banyak tikus. Ukurannya besar-besar, sejak ada kucing ini tikus itu sudah tidak berani lagi masuk rumah. Jadi ya beruntung ada kucing-kucing ini. Sejak pagi ibunya (Sireng) belum pulang, masih cari makan di luar, jadi anak-anaknya belum disusui,” katanya sambil mengusap Temon.

Selain bersama kucing-kucing, Mbah Karsi tak dapat menikmati masa tuanya. Untuk itu dia dengan senang hati berbagi tempat tidur di kasur butut, dan merelakan kain lusuh yang biasa digunakannya sebagai selimut kucing-kucing mungil agar tak kedinginan.

Tubuh yang makin renta digerogoti usia membuatnya tak bisa memasak meski untuk dimakan sendiri. Apalagi, dia juga tak memiliki penghasilan setiap hari untuk menyambung hidup. Untuk kebutuhan makan, tetangga yang iba biasanya mengirimkan makanan.

“Sudah tua, tidak kuat lagi kalau untuk memasak. Kalau memasak juga asapnya memenuhi ruangan ini. Makanya saya sering batuk kalau memasak,” lugasnya.

Meski demikian, Mbah Karsi harus kuat berjalan jauh ke sungai untuk mandi setiap hari. Terkadang, jika terlalu capai atau kondisi kesehatan menurun, dia menumpang mandi ke rumah kakaknya, Karsini, yang berada di sebelahnya.

Sementara itu, Kasi Pemerintahan dan Pembangunan Kelurahan Tambangan Mukti Purnomo, mengatakan, pemerintah akan segera merenovasi rumah Mbah Karsi. Bangunan itu akan dirobohkan dan dibangun ulang dengan konstruksi yang lebih kuat dan layak sebagai tempat tinggal.

“Rumah ini kan belum ada jamban, makanya nanti sebagai salah satu fasilitas ada jamban, kamar, dan tempat memasak. Nanti Mbah Karsi terima jadi, tidak usah membayar tukang atau pekerja karena semua sudah dibiayai pemerintah,” terangnya.

Menurutnya, masih banyak warga kurang mampu yang tinggal di rumah tak layak huni (RTLH). Untuk itu, pihaknya getol mencari bantuan ke berbagai instansi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil.

“Melalui program TMMD (APBD Kota Semarang) Kelurahan Tambangan mendapatkan perbaikan RTLH 10 rumah, ini sudah dilaksanakan. Lalu melalui APBD Provinsi sebanyak 20 rumah, tinggal menunggu pelaksanaan, dan melalui dana DAK Kelurahan Tambangan mendapatkan 80 rumah,” jelasnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4144 seconds (0.1#10.140)