Pesan Harmoni dari Bumi Kenambai Umbai

Senin, 19 Juni 2017 - 22:36 WIB
Pesan Harmoni dari Bumi Kenambai Umbai
Pesan Harmoni dari Bumi Kenambai Umbai
A A A
Tak Ada Bunyi Tifa
Tak Ada Kehidupan di Bumi Sentani
Lestarikan Danau Sentani
Danau Sentani Ibu Kami


Iring-iringi perahu sarat muatan hasil panen melaju perlahan dari deretan pulau di tengah Danau Sentani. Ratusan masyarakat adat pedalaman bumi Sentani yang menumpangi puluhan perahu itu, terlihat bersuka cita, bergembira bersama. Semua berpesta, sebagai tanda syukur hasil panen yang berlimpah.

Ritual adat Isosolo di atas turut menyemarakkan festival terbaik yang dihadirkan warga dan Pemerintah Kabupaten Jayapura. Festival Danau Sentani (FDS) 2017, resmi dibuka kemarin, oleh Gubernur Papua Lukas Enembe, berpusat di Pantai Kalkhote, Kampung Ohei, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Festival yang berlangsung lima hari (19-23 Juni) itu menampilkan kekayaan budaya suku-suku yang hidup di sekeliling Danau Sentani.

Penampilan tersebut berupa atraksi budaya di darat maupun di atas kapal, kesenian dan kerajinan, seperti seni ukir kulit kayu dari Kampung Assei, dan lomba menganyam rambut dan lomba suling tambur serta lomba tari pergaulan Yisom Pancar.

Satu dasawarsa FDS yang mengambil tema “Cipta Harmoni Budaya” dengan ikonnya adalah Rumah Suku Sentani, menyimbolkan upaya menciptakan keharmonisan budaya dalam bingkai NKRI.

Festival ini sendiri menghadirkan beragam acara menarik untuk warga maupun wisatawan yang hadir berupa atraksi budaya dan kuliner dari 19 distrik di Papua. Pawai budaya Nusantara juga menampilkan aktraksi, karnaval budaya, pameran serta beragam lomba.

Puncak acara ditandai pertunjukan sendratari “Harmoni Budaya di Pagar Nusantara" yang sarat pesan keberagaman dan harmoni dari kabupaten berjuluk Kenambai Umbai ini.

FDS sendiri telah menjadi sebuah tradisi di Papua sejak 2007 untuk mempromosikan pariwisata berbasis kekayaan alam dan budaya masyarakat setempat.

Festival ini menjadi momentum khusus untuk menampilkan sejumlah budaya asli Sentani yang selama ini nyaris hilang. Akan ada pula slide promosi daya tarik wisata di Papua setiap harinya.

Danau Sentani yang dijadikan sebagai tempat berlangsungnya festival, disulap dan didekorasi sedemikian rupa menjadi indah dan ramah terhadap para wisatawan. Khusus untuk pertunjukan tari-tarian, dibangun ‘panggung’ khusus berupa perahu yang diberi nama Isosolo. Semua pertunjukan berbasis tari berlangsung di atas perahu Isosolo. Tahun ini festival juga mengagendakan tour wisata ke Pulau Asei dan Pulau Ajun yang menampilkan ritual budaya setempat.

"Kita senantiasa mengoptimalkan potensi yang ada. Kita berdayakan masyarakat yang tinggal di sekeliling Danau Sentani, agar mereka bisa berkembang dan memiliki penghidupan yang layak, yang salah satu wadahnya melalui Festival Danau Sentani," kata Bupati Jayapura Mathius Awoitauw.

Danau Sentani merupakan salah satu danau terbesar di Papua yang lokasinya tidak jauh dari Jayapura, ibu kota Papua. Rumah panggung dengan kolam dan jaring penangkap ikan adalah pemandangan umum di danau ini.

Danau Sentani juga merupakan rumah bagi setidaknya 33 jenis ikan yang hampir separuhnya adalah asli danau tersebut. Wisatawan biasanya akan memberanikan diri berenang di danau atau berbaur dengan masyarakat lokal yang ramah sambil melihat proses pembuatan sagu, makan papeda, atau mencicipi buah matoa yang biasa dijajakan di pinggir jalan atau di pasar tradisional.

Akses menuju ke Danau Sentani juga terbilang mudah karena berada dekat dengan Bandara Sentani, pintu masuk jalur udara kawasan Jayapura. Festival Danau Sentani sendiri bersama dengan Festival Lembah Baliem dan Festival Asmat selama ini telah berhasil mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan Nusantara ke Provinsi Papua.

"Ketiga festival tersebut dinilai impresif menampilkan keunikan budaya masyarakat adat selain keindahan alam Papua tentunya," ujar Gubernur Lukas Enembe.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7012 seconds (0.1#10.140)