Bukan Keinginan Rusia, Dolar AS Dibuang Karena Sangat Bermasalah

Senin, 04 September 2023 - 14:36 WIB
loading...
Bukan Keinginan Rusia, Dolar AS Dibuang Karena Sangat Bermasalah
Rusia menyebut gerakan dedolarisasi global terjadi akibat alat pembayaran internasional itu kini dinilai sarat masalah. Foto/Ilustrasi/europeanconservative
A A A
JAKARTA - Semakin banyak negara meninggalkan dolar Amerika Serikat (AS) dan beralih menggunakan mata uang nasional untuk perdagangan antarnegara. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, terjadi bukan karena hasutan Rusia, melainkan semakin banyak negara menyadari bahwa dolar AS telah menjadi alat pembayaran yang "sangat bermasalah".

Hal itu diungkapkan Maria Zakharova dalam sebuah wawancara dengan outlet berita Turki Aydinlik, seperti dilansir Russia Today, Senin (4/9/2023). Menurut Zakharova, pada awalnya Amerika mungkin mengusulkan dolar sebagai mata uang internasional dengan tujuan untuk membuat kehidupan setiap orang menadi lebih baik, lebih mudah, dan nyaman.



"Mereka sangat bersikeras mengenai hal ini, dengan mengatakan bahwa hal ini akan membawa perekonomian dunia ke tingkat yang baru dan menyederhanakan transaksi dan hubungan kita. Dan pada saat itu, para pembuat kebijakan di AS mungkin memang bertujuan demikian, sebagai langkah pertama menuju globalisasi dengan jujur," kata Zakharova.

Namun, sambung dia, yang terjadi saat ini adalah dolar kini digunakan untuk menekan lawan politik Washington. "Apa yang kita hadapi tahun lalu adalah sesuatu yang sangat berbeda," katanya, mengacu pada banyaknya sanksi Barat yang dikenakan terhadap Rusia terkait konflik Ukraina, termasuk larangan efektif terhadap Rusia menggunakan dolar dalam transaksi internasional.

"Mata uang digunakan sebagai alat hegemoni dan kolonialisme jenis baru, digunakan untuk menghukum, memisahkan, dan membuat hidup kita menjadi mimpi buruk," cetusnya. Karena itu, lanjut Zakharova, proses dedolarisasi, yang dilakukan Rusia dan sejumlah negara lain dalam perdagangan lintas batas, bukanlah sebuah tujuan, melainkan sebuah fakta sederhana. "Ini bukan target kami. Ini hanyalah sebuah kenyataan, dolar adalah mata uang yang sangat bermasalah saat ini. Ini bukan pandangan politik saya, ini adalah fakta ekonomi yang obyektif," tandasnya.

Zakharova mencatat, sebagian besar permasalahan ekonomi global berasal dari Amerika, termasuk krisis ekonomi global tahun 2008. Sebaliknya, mata uang nasional lebih stabil, itulah sebabnya semakin banyak negara yang memilih meninggalkan mata uang tersebut.



"Mereka ingin membangun dan menciptakan semacam jaminan keuangan agar tidak lagi menjadi korban krisis Amerika. Terserah pada negara-negara tersebut untuk memutuskan (bagaimana melakukannya), tapi seperti yang saya pahami, karenanya semakin banyak negara yang ingin melakukan sesuatu untuk menghindari menjadi korban sistem keuangan Amerika," tegasnya.

Rusia telah mengurangi penggunaan dolar dalam perdagangan luar negeri sejak tahun 2014, namun sanksi tahun lalu memaksa negara tersebut untuk meningkatkan upaya ini. Misalnya, pangsa mata uang nasional dan mata uang yang bersahabat dalam perdagangan Rusia dengan Uni Ekonomi Eurasia tumbuh hampir 80% pada tahun 2022, dan diperkirakan akan mencapai 90% pada akhir tahun ini.

Pekan lalu, muncul laporan bahwa kelompok negara berkembang BRICS - yang saat ini terdiri dari Rusia, Brasil, India, China, dan Afrika Selatan, dan akan menambah enam anggota baru pada tahun depan - juga mempertimbangkan untuk mengalihkan semua perdagangan lintas batas menggunakan mata uang nasional.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0990 seconds (0.1#10.140)