Bermodal Pedati Pustaka, Robi Ajak Anak-anak Mengakrabi Buku

Jum'at, 10 Maret 2017 - 15:00 WIB
Bermodal Pedati Pustaka, Robi Ajak Anak-anak Mengakrabi Buku
Bermodal Pedati Pustaka, Robi Ajak Anak-anak Mengakrabi Buku
A A A
CIREBON - Pedati Pustaka. Begitulah Robianto atau akrab disapa Robi, warga Desa Bayalangu Lor, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menamai sebuah benda mirip gerobak, dengan rangka kayu dan atap rumbia, yang dibawanya berkeliling.

Dimodifikasi sedemikian rupa, gerobak itu menyatu dengan sebuah sepeda motor yang kemudian dikendarainya. Di dalam pedati itu, sekitar 150 buku dengan beragam jenis dan genre, mulai dari komik, novel bagi anak-anak, remaja, hingga dewasa, tersimpan. Maka itulah dia menyebut gerobak itu Pedati Pustaka, yang berjalan layaknya perpustakaan keliling.

Robi meletakkan buku anak-anak di deretan paling bawah, sedangkan buku-buku remaja dia tempatkan di bagian tengah pedati. Lain halnya dengan buku bacaan untuk dewasa, Robi menempatkannya di atas sebuah boboko atau wadah dari anyaman bambu yang biasa digunakan sebagai tempat nasi.

Dengan membawa Pedati Pustaka, Robi berkeliling ke beberapa titik di Desa Bayalangu Lor. Pusat keramaian anak-anak dia datangi untuk menawarkan buku-bukunya agar dibaca. Kegiatan itu dia lakukan hingga malam hari.

"Koleksi saya memang baru 150 buku, hasil donasi dari beberapa teman dan pihak lain yang sebelumnya tak saya kenal. Saya sendiri memang hobi baca," ungkap dia di tengah aktivitasnya.

Robi menginginkan koleksi bukunya bertambah. Karena itu dia hingga kini berusaha mengumpulkan buku-buku lain. Harapannya, masyarakat dapat menambah wawasan dengan koleksi yang banyak dan beragam.

Robi berkisah, sejak sekitar setahun lalu, sebelum memiliki pedati itu dia meminjam sebuah sepeda motor yang memiliki tempat untuk menyimpan buku. Saat itu koleksinya baru sekitar 30 buku. Namun, ketika akhirnya harus mengembalikan sepeda motor itu kepada sang empunya, Robi harus rela berjalan kaki menawarkan buku-bukunya kepada masyarakat agar dibaca.

"Kalau ada sepeda, ya saya pinjam sepeda. Kalau ada motor, ya saya pinjam motor. Kalau tak ada kendaraan, ya saya jalan kaki," tuturnya.

Aktivitas Robi dan Pedati Pustaka-nya dilatari keprihatinan pria itu melihat sikap anak-anak yang banyak berpaling ke gadget. Buku-buku banyak disingkirkan setelah mereka mengakrabi game atau apa pun yang ada dalam gadget.

Robi menceritakan pengalamannya bertemu seorang anak kelas 4 SD yang dia minta menuliskan namanya sendiri di atas kertas. Yang mengejutkan, anak itu tak bisa melakukannya.

Dengan Pedati Pustaka-nya, Robi mengamati, minat baca anak-anak mulai tergugah. Hasil itu bukan sekejap layaknya membalik telapak tangan, mengingat Robi seringkali harus memancing anak-anak dengan aneka permainan menjadi kegemaran mereka.

"Misalnya saya pancing dulu dengan kegiatan mewarnai. Lama-lama saya sodorkan buku untuk dibaca dan akhirnya mereka mau membaca," katanya.

Tak hanya melawan kebodohan dengan mengajak membaca buku, dia pun berencana membuka kelas untuk berhitung, membaca, dan lainnya. Robi akan mengajak teman-temannya secara sukarela untuk mengajar di kelas tersebut. Menurutnya, tak menutup kemungkinan bila kelak kelas itu membidik pula para orang tua.

"Teman-teman saya sudah bersedia diajak untuk mengajar sukarela, lokasi kelas pun sudah tersedia. Target kelas akan saya buka minggu depan," janjinya.

Dia pun menyiapkan aneka jenis mainan tradisional, seperti congklak. Dia berharap, melalui mainan tradisional anak-anak akan kembali bermain sewajarnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0851 seconds (0.1#10.140)