Kisah Sulami, 'Manusia Kayu' Asal Sragen

Selasa, 24 Januari 2017 - 22:16 WIB
Kisah Sulami, Manusia Kayu Asal Sragen
Kisah Sulami, 'Manusia Kayu' Asal Sragen
A A A
SRAGEN - Sulami (37), warga Selorejo, Kedawung, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menderita penyakit tergolong langka dan sampai saat ini tidak jelas penyebabnya. Penyakit yang dikenal dengan ankylosing spondylitis itu membuat tubuh wanita itu kaku seperti kayu.

Sulami mengaku mulai menderita penyakit tersebut sejak usia 10 tahun dan saat usia Sulami saat ini sudah menginjak 37 tahun. Kala itu, muncul benjolan di bagian leher belakang yang disertai rasa sakit.

Rasa sakit itu kemudian menjalar sampai tulang belakang dan perlahan-lahan sebagian tubuhnya tidak bisa digerakkan. Beruntung, bagian kaki Sulami tidak ikut kaku, sehingga dia masih bisa berjalan, meskipun saat hendak bangun dari tempat tidurnya ia harus dibantu oleh anggota keluarganya yang lain.

Saat ini ia juga masih bisa makan dan minum sendiri, namun alat makan yang digunakan dimodifikasi terlebih dahulu agar sesuai dengan kondisi tubuhnya. Selain itu ia juga masih bisa beraktivitas lain seperti salat lima waktu dan juga mengaji.

Mulai Selasa (24/1/2017) pagi, Sulami mendapat perawatan di RS Ortopedi Prof Dr Soeharso Solo. Perawatan dilakukan untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh Sulami puluhan tahun terakhir ini.

Dokter Spesialis Ortopedi Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr Soeharso Solo Pamudji Utomo mengatakan, penyakit yang diderita oleh Sulami tersebut merupakan salah satu penyakit genetik.

Menurutnya, penyakit itu diturunkan oleh orang tua yang bersangkutan, entah itu dari jalur ayah atau ibu. Jika orang tuanya menderita penyakit seperti itu, kemungkinan anaknya akan terserang penyakit yang sama.

Ia menambahkan, selain faktor genetik ada juga orang yang menderita penyakit yang sama, namun persentasenya cukup kecil. Dari kacamata kedokteran, menurutnya, penyebab penyakit itu masih belum jelas, sehingga pengobatan dan cara menangkalnya juga susah untuk dilakukan.

Pengobatan yang bisa dilakukan adalah memperlambat parahnya penyakit tersebut. Pengobatan antinyeri atau radang bisa diberikan dengan ditambah melatih otot-otot yang masih bisa digerakkan secara terus menerus. "Penyakit itu belum jelas penyebabnya dan pencegahannya tidak spesifik," ucap Pamudji.

Pihaknya mengatakan, faktor kemiskinan dan kekurangan gizi bukanlah penyebab penyakit itu. Sebab, selama ini juga ditemukan kasus orang yang menderita penyakit tersebut berasal dari kalangan mampu.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3456 seconds (0.1#10.140)