Sosok Joni Warsito, Aktivis yang Nekat Tempuh Jarak 3.500 Km Pakai Motor Demi Anak-anak Nias Bisa Masuk PTN

Kamis, 06 Juli 2023 - 17:25 WIB
loading...
Sosok Joni Warsito, Aktivis yang Nekat Tempuh Jarak 3.500 Km Pakai Motor Demi Anak-anak Nias Bisa Masuk PTN
Joni Warsito Waruwu, aktivis dari Kepulauan Nias, yang nekat naik motor menempuh jarak 3.500 km ke Jakarta, untuk menyampaikan tuntutan Nias menjadi tempat ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Foto/MPI/Jonirman Tafonao
A A A
NIAS BARAT - Penampilannya sederhana, dan sangat santun. Namun dari tatapan matanya, pemuda ini selalu memancarkan semangat yang berkobar. Pemuda penuh semangat asal Kepulauan Nias tersebut, memiliki nama lengkap Joni Warsito Waruwu (27).



Baru-baru ini, Joni Warsito membuat gempar dengan aksi nekatnya mengendarai motor menempuh jarak 3.500 km dari Nias, menuju Jakarta. Perjalanan darat itu, dia selesaikan dalam waktu sembilan hari.



Dia datang ke Jakarta, untuk menyampaikan aspirasi ke Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemdikbudristekdikti). Pemuda dari keluarga petani penderes karet ini, menuntut Kemdikbudristekdikti untuk menjadikan Nias sebagai tempat tes masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).



Anak pertama dari enam bersaudara itu, berasal dari sebuah pelosok desa, yakni Desa Ononamolo II, Kecamatan Mandrehe Utara, Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara (Sumut). Meski dari keluarga miskin, sejak belia Joni menunjukkan karakter sebagai petarung dan pembelajar. Ia memilih untuk tidak terbenam dalam kubangan kemiskinan.

Saat duduk di bangku SMP Negeri 2 Mandrehe Utara, ia jadi Ketua OSIS dan juara kelas. Semasa menempuh pendidikan di SMA Negeri 3 Gunungsitoli, pernah jadi Ketua OSIS dan juara umum. Setamat SMA pada 2014, ia mampu menembus Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU) di Kota Medan.

Ia kuliah sambil mencari nafkah di Kota Medan. Berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai operator warnet, jual jus, hingga menjadi pelayan kafe. Pulang kerja bisa jam dua pagi. Pagi-pagi dia sudah harus berangkat untuk kuliah.

Di USU, ia sempat memimpin satu organisasi mahasiswa Nias, bernama Forum Mahasiswa Nias USU (Forman USU). Berdasarkan pengalamannya, Joni menaruh perhatian yang serius untuk membantu anak-anak Nias, yang hendak melanjutkan studi di PTN.

Beberapa tahun terakhir, lewat Lembaga Haga Pendidikan Ono Niha, Joni mencoba membantu anak Nias lewat beberapa kegiatan, di antaranya sosialisasi tentang PTN dan KIP Kuliah di puluhan sekolah di Kepulauan Nias; try-out utk mengikuti test PTN; menggembleng dan memfasilitasi anak Nias untuk bisa mengikuti tes masuk PTN di Medan.

Sosok Joni Warsito, Aktivis yang Nekat Tempuh Jarak 3.500 Km Pakai Motor Demi Anak-anak Nias Bisa Masuk PTN


Usahanya itu tak sia-sia, dan sudah mulai menunjukkan hasil. Tahun ini, ada sekitar delapan pemuda asal Kepulauan Nias yang lolos PTN dari 12 orang yang difasilitasinya. Dia bermimpi semakin banyak anak Nias yang ikut tes PTN, agar peluang mereka lolos dan menempuh pendidikan di PTN berkualitas semakin terbuka.

Akses pendidikan tinggi yang berkualitas dan terjangkau biayanya, tentu amat dibutuhkan oleh warga Nias. Semakin banyak anak-anak Nias yang menikmati pendidikan terbaik, maka akan membuat sumberdaya manusia (SDM) Nias, semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Dibenaknya, SDM Nias yang semakin meningkat itulah yang akan mengangkat Nias dari status termiskin dan daerah tertinggal. Selama ini, belasan ribu tamatan SMA dan SMK di Kepulauan Nias, terkendala jarak, waktu dan biaya untuk mengikuti ujian masuk PTN.

Padahal, kesempatan untuk kuliah di PTN merupakan impian anak-anak Nias yang sebagian besarnya berasal dari keluarga miskin dan sederhana. Tahun 2023 ini, ada sekitar 17.492 anak Nias lulus SMA dari 242 sekolah. Sebagian besar di antaranya sulit dan gagal mengikuti seleksi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) pada Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) PTN.

Untuk bisa ke Medan, harus melewati jalur laut semalaman dari Gunungsitoli ke Sibolga, lalu harus menempuh perjalanan darat selama delapan jam dari Sibolga, ke Medan. Naik pesawat, tentu sangat mahal. Pulang pergi dibutuhkan biaya sekitar Rp2,5 juta. Belum lagi biaya penginapan. Tentu tidak mudah bagi anak kampung menembus belantara Kota Medan, terutama yang tidak punya keluarga atau kenalan.



Selain itu, berbagai program bantuan pendidikan untuk kalangan tidak mampu, belum banyak dinikmati oleh anak-anak Nias, baik KIP Kuliah atau Program Indonesia Pintar. Padahal bantuan pendidikan tersebut sangat dibutuhkan oleh anak-anak Nias, dari kalangan tidak mampu.

Empat kabupaten di Kepulauan Nias itu bertahun-tahun menyandang status daerah tertinggal. Berdasarkan data statistik, empat kabupaten di Kepulauan Nias, berada di peringkat teratas dalam hal tingkat kemiskinan dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Keterpurukan di bidang pendidikan, menjadikan Nias tidak cepat bangkit dari status sebagai daerah tertinggal dan termiskin.

Mengamati keadaan tersebut, sehingga ia mengambil keputusan ingin bertemu ke Menteri Kemdikbudristekdikti, dan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dengan naik motor dari Nias ke Jakarta. "Ke Istana Negara, bertemu Presiden Jokowi, dan Menteri Pendidikan Nadhiem Makarim, untuk memperjuangkan keadilan di bidang pendidikan bagi anak-anak di Kepulauan Nias," ungkapnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1829 seconds (0.1#10.140)