Kenduri Idulfitri, Tradisi yang Terus Dijaga Warga Batu Limau Karimun
loading...
A
A
A
TANJUNGPINANG - Lantunan doa dan pembacaan Al-Qur'an dengan penuh khusyuk dipanjatkan, dan diikuti oleh belasan orang yang berkumpul di dalam rumah. Usai doa-doa dipanjatkan, para warga yang diundangan atau juga disebut jemputan dipersilahkan menyantap hidangan yang disuguhkan.
Hidangan yang disuguhkan sangat khas, yakni ketupat, lauk rendang, dan kue-kue yang disusun dalam satu hidangan menggunakan nampan besar. Setiap hidangan dapat disantap empat sampai lima orang. Mereka duduk melingkar dan makan bersama.
Tradisi kenduri Idulfitri, masih terus dijaga oleh warga Desa Batu Limau, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau (Kepri). Mereka akan selalu menggelar tradisi tersebut, setiap perayaan Idulfitri.
Acara kenduri Idulfitri ini, sudah diwariskan secara turun-temurun dari para pendahulu mereka. "Ini rutin dilakukan warga Batu Limau. Kenduri biasa digelar sejak memasuki akhir bulan Ramadan, hingga usai salat Idulfitri sampai selesai," kata seorang warga Batu Limau, Sudir.
Sudir menjelaskan, kenduri atau yang dikenal acara selamatan sudah menjadi tradisi bagi penduduk sekitar, dan masih dilestarikan sampai saat ini. Umumnya, digelar pada peringatan hari-hari besar keagamaan Islam, seperti Ramadan hingga Idulfitri.
Kenduri dilakukan secara bergantian, dari satu rumah ke rumah warga. Memang tidak semua yang melaksanakannya, karena menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu. Tapi sebagian besar masyarakat Batu Limau, menggelar kegiatan selamatan tersebut.
Kenduri, kata dia, adalah salah satu wujud rasa syukur atas limpahan rezeki dan rahmat yang diberikan Allah SWT, selain rasa gembira menyambut kedatangan bulan Syawal. Dalam praktiknya, kenduri di rumah-rumah warga dihadiri belasan hingga puluhan orang atau jemputan.
Mereka bersama-sama membacakan doa yang terkandung dalam ayat suci Al-Quran, dengan dipandu seorang juru doa atau disebut modin. "Doa-doa yang dibacakan bertujuan menolak segala bala atau musimbah, termasuk bacaan doa arwah untuk keluarga atau sanak saudara dari tuan rumah yang punya hajatan kenduri," kata Sudir.
Usai doa dibacakan, tuan rumah lantas menjamu jemputan yang hadir ke rumahnya dengan aneka hidangan. Nasi ketupat, dan lauk rendang, acap kali menjadi hidangan utama saat kenduri Idulfitri.
Hidangan utama itu, juga akan disandingkan dengan kue-kue yang disusun dalam satu nampan besar. Setiap hidangan dapat disantap empat sampai lima orang. "Kenduri bisa meningkatkan tali silaturahmi, serta merajut kebersamaan dan kekompakan antarwarga," ucap Sudir.
Sementara, salah seorang warga Batu Limau lainnya, Azli, mengatakan rumahnya ikut mengadakan hajatan kenduri setelah salat Idulfitri 1 Syawal 1444 H. Ia dan keluarga rutin melaksanakan kenduri Idulfitri setiap tahun, khususnya pada pagi hari usai salat Idulfitri.
"Setiap tahun kita gelar kenduri Idulfitri, sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang Allah SWT anugerahkan. Salah satunya dipertemukan dengan bulan Syawal yang mulia tahun ini," ucap Azli.
Di Kepri, secara umum tradisi kenduri Idulfitri masih tetap terjaga sampai hari ini. Hampir semua kabupaten atau kota di tanah Melayu itu, giat melestarikan acara kenduri dengan berbagai aneka jenisnya, mulai dari kenduri doa selamat, tahlil, pindah rumah, dan bertunangan.
Hidangan yang disuguhkan sangat khas, yakni ketupat, lauk rendang, dan kue-kue yang disusun dalam satu hidangan menggunakan nampan besar. Setiap hidangan dapat disantap empat sampai lima orang. Mereka duduk melingkar dan makan bersama.
Tradisi kenduri Idulfitri, masih terus dijaga oleh warga Desa Batu Limau, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau (Kepri). Mereka akan selalu menggelar tradisi tersebut, setiap perayaan Idulfitri.
Acara kenduri Idulfitri ini, sudah diwariskan secara turun-temurun dari para pendahulu mereka. "Ini rutin dilakukan warga Batu Limau. Kenduri biasa digelar sejak memasuki akhir bulan Ramadan, hingga usai salat Idulfitri sampai selesai," kata seorang warga Batu Limau, Sudir.
Sudir menjelaskan, kenduri atau yang dikenal acara selamatan sudah menjadi tradisi bagi penduduk sekitar, dan masih dilestarikan sampai saat ini. Umumnya, digelar pada peringatan hari-hari besar keagamaan Islam, seperti Ramadan hingga Idulfitri.
Kenduri dilakukan secara bergantian, dari satu rumah ke rumah warga. Memang tidak semua yang melaksanakannya, karena menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu. Tapi sebagian besar masyarakat Batu Limau, menggelar kegiatan selamatan tersebut.
Kenduri, kata dia, adalah salah satu wujud rasa syukur atas limpahan rezeki dan rahmat yang diberikan Allah SWT, selain rasa gembira menyambut kedatangan bulan Syawal. Dalam praktiknya, kenduri di rumah-rumah warga dihadiri belasan hingga puluhan orang atau jemputan.
Mereka bersama-sama membacakan doa yang terkandung dalam ayat suci Al-Quran, dengan dipandu seorang juru doa atau disebut modin. "Doa-doa yang dibacakan bertujuan menolak segala bala atau musimbah, termasuk bacaan doa arwah untuk keluarga atau sanak saudara dari tuan rumah yang punya hajatan kenduri," kata Sudir.
Usai doa dibacakan, tuan rumah lantas menjamu jemputan yang hadir ke rumahnya dengan aneka hidangan. Nasi ketupat, dan lauk rendang, acap kali menjadi hidangan utama saat kenduri Idulfitri.
Hidangan utama itu, juga akan disandingkan dengan kue-kue yang disusun dalam satu nampan besar. Setiap hidangan dapat disantap empat sampai lima orang. "Kenduri bisa meningkatkan tali silaturahmi, serta merajut kebersamaan dan kekompakan antarwarga," ucap Sudir.
Sementara, salah seorang warga Batu Limau lainnya, Azli, mengatakan rumahnya ikut mengadakan hajatan kenduri setelah salat Idulfitri 1 Syawal 1444 H. Ia dan keluarga rutin melaksanakan kenduri Idulfitri setiap tahun, khususnya pada pagi hari usai salat Idulfitri.
"Setiap tahun kita gelar kenduri Idulfitri, sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang Allah SWT anugerahkan. Salah satunya dipertemukan dengan bulan Syawal yang mulia tahun ini," ucap Azli.
Di Kepri, secara umum tradisi kenduri Idulfitri masih tetap terjaga sampai hari ini. Hampir semua kabupaten atau kota di tanah Melayu itu, giat melestarikan acara kenduri dengan berbagai aneka jenisnya, mulai dari kenduri doa selamat, tahlil, pindah rumah, dan bertunangan.
(eyt)