Flu Burung Merebak di Kamboja, Jabar Waspadai Penularan ke Manusia

Rabu, 01 Maret 2023 - 12:45 WIB
loading...
Flu Burung Merebak di Kamboja, Jabar Waspadai Penularan ke Manusia
Pemprov Jawa Barat mewaspadai merebaknya penularan flu burung pada manusia.Foto/ilustrasi
A A A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat mewaspadai penularan Avian Influenza (AI) atau flu burung H5N1 varian 2.3.4.4b menyusul merebaknya virus tersebut di sejumlah negara Amerika, Eropa bahkan Kamboja (Asia) serta telah menular ke manusia.

Meski begitu, Pemprov Jabar memastikan bahwa belum menerima laporan kasus flu burung di Jabar. Adapun yang terdeteksi adalah varian H5N1 biasa yang relatif masih belum berbahaya, yaitu di Kota Cirebon dan Kota Cimahi.

Kabar adanya flu burung tersebut berdasarkan hasil laboratorium Balai Veteriner Subang. Laporan itu lantas dikirimkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar, Arifin Soedjayana mengatakan, diperlukan kewaspadaan baik dari jajaran kesehatan hewan, peternak unggas, maupun masyarakat untuk mengantisipasi H5N1 varian terbaru.

Menurut Arifin, kewaspadaan diperlukan agar kerugian ekonomi akibat kematian massal unggas dapat dihindari. Selain itu, memastikan kebutuhan daging unggas masyarakat cukup, serta penularan virus dari unggas ke manusia (zoonosis).

"Kepada seluruh jajaran kesehatan hewan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berkembangnya penyakit AI," kata Arifin, Rabu (1/3/2023).

Baca juga: Wabah Difteri Serang Warga Garut, Jabar Gencarkan Imunisasi

Arifin menjelaskan, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah untuk mencegah flu burung varian baru 2.3.4.4b. Pertama, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dan peternak unggas agar segera melapor kepada petugas kesehatan hewan terdekat bila menemukan unggas sakit atau mati mendadak.

Kedua, jajaran kesehatan hewan segera merespons laporan masyarakat dengan prinsip '3 Cepat' yaitu Deteksi Cepat, Lapor Cepat, dan Respons Cepat, sesuai SOP pengendalian flu burung.

Ketiga, meningkatkan pembinaan dan pendampingan peternak untuk menerapkan tindakan biosekuriti guna mencegah masuk kuman penyakit ke peternakan unggas.

"Peternakan unggas komersial skala kecil dan menengah agar menerapkan Biosekuriti 3 Zona sebagai model percontohan bisekuriti sederhana, hemat, praktis dan efektif," jelas Arifin.

Keempat, pendampingan peternak untuk melakukan 'Vaksinasi AI 3 Tepat' yaitu Tepat Vaksin, Tepat Program Ulangan, dan Tepat Teknik Vaksinasi.

Arifin menambahkan, vaksinasi AI pada itik dianjurkan menggunakan vaksin AI Subtipe H5N1 clade 2.3.2. Pada ayam petelur vaksin clade 2.1.3, atau clade 2.3.2, atau vaksin kombinasi clade 2.1.3 dan clade 2.3.2 produksi nasional.

Tak kalah penting, meningkatkan pembinaan penerapan sanitasi pada sepanjang rantai pemasaran unggas guna memutus rantai penyebaran virus. "(Dan) Meminimalkan risiko penularan ke masyarakat umum," ujarnya.

Kepada masyarakat peternak, Arifin mengimbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menggunakan masker saat menangani unggas hidup atau mati. Setelahnya, mencuci tangan dan kaki dengan air dan sabun.

Langkah ketujuh, pengadaan anak ayam atau DOC (Day Old Chick) diimbau berasal dari kompartemen breeding Farm yang telah memiliki sertifikat bebas flu burung.

Kedelapan, berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota jika ditemukan masyarakat yang mengalami gejala mirip flu di sekitar tempat kejadian kasus yang diduga AI.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner DKPP Jabar, drh. Supriyanto mengatakan, pengendalian petugas dan peternak untuk antisipasi flu burung, masih dilakukan seperti dalam Surat Edaran Kewaspadaan AI dari Kepala DKPP Jabar.

Pihaknya pun bersyukur H5N1 varian 2.3.4.4b belum dan jangan sampai muncul di Indonesia. "Vaksin khusus H5N1 clade 2.3.4.4b belum ada di Indonesia," tandasnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0878 seconds (0.1#10.140)