Cerita Menegangkan Tim Evakuasi Jenazah Erri dari Kawah Merapi

Rabu, 20 Mei 2015 - 09:52 WIB
Cerita Menegangkan Tim Evakuasi Jenazah Erri dari Kawah Merapi
Cerita Menegangkan Tim Evakuasi Jenazah Erri dari Kawah Merapi
A A A
BOYOLALI - Evakuasi jenazah Erri Yunanto (21), mahasiswa Universitas Atmajaya yang jatuh ke kawah Gunung Merapi berjalan dramatis dan menegangkan.

Bakat Setyawan (29), alias Lahar, warga Desa Kembang Kuning, Kecamatan Cepogoro, salah satu anggota SAR base camp Boyolali yang turut menggapai jenazah Erri di kawah merapi berbagi cerita menegangkan tersebut.

Keberhasilan evakuasi jenazah yang dilakukan tim SAR gabungan berjumlah ratusan orang disambut suka cita. Jabat tangan dan ucapan selamat mengalir dari rekan dan berbagai pihak setelah jenazah Erri tiba di posko induk evakuasi di kaki Gunung Merapi. "Ini sesuatu yang luar biasa, seluruh tim mengeluarkan semua kemampuan dan peralatan," ujar Lahar.

Minggu malam, Lahar bersama lima anggota rescue mulai naik ke Merapi untuk evakuasi. Senin pagi sekitar pukul 10.00 WIB, mereka mulai turun ke kawah.

Yang menjadi patokan untuk turun adalah perhitungan cuaca. Sebab gas beracun Co2 hanya terbakar oleh sinar matahari. Sehingga ketika turun harus mencari posisi tegak lurus matahari dengan kawah.

Dengan demikian, gas Co2 berkurang karena terbakar oleh matahari. Sehingga tim SAR yang turun benar-benar aman. Kondisi kawah Gunung Merapi memiliki luas sekitar dua kali lapangan bola.

Enam orang yang turun ke kawah dipandu oleh tim yang berada di atas. Diantaranya mengenai kondisi suhu yang dapat dipantau dengan alat pemantau suhu dari BPPTKG Yogyakarta.

Selain itu, tim yang ada di atas selalu memantau setiap pergerakan melalui alat komunikasi handy talky (HT). Perlengkapan yang dibawa saat turun harus lengkap.

Diantaranya tabung oksigen dan masker, dan peralatan keselamatan lainnya. Namun mereka tidak memakai baju dan sepatu anti api. Sebab alat-alat itu dinilai justru terlalu memberatkan.

Sementara, tim yang turun ke kawah membutuhkan pergerakan yang cepat dan berpacu dengan kondisi kawah. "Saya hanya memakai pakaian dan sepatu biasa," ujar Lahar.

Saat di bawah sekitar pukul 14.00 WIB sempat ada kabut dan tim evakuasi pun menggunakan peralatan emergency selama satu jam.

Meski telah melewati waktu batas aman, enam orang tim SAR tetap melanjutkan untuk menggapai korban yang ada di bawah."Sebab tidak mungkin turun untuk kedua kalinya. Sehingga hari itu harus selesai," lanjut Lahar.

Lahar berhasil menyentuh tubuh korban bersama Endro, anggota tim evakuasi lainnya. Sedangkan empat anggota tim evakuasi berada di blank 50 di kawah. Proses evakuasi korban dengan perlengkapan khusus membutuhkan waktu satu jam.

Setelah itu, kemudian jenzah korban diikat agar bisa ditarik vertikal ke atas bibir kawah dengan ketinggian 170 meter. Setelah dapat ditarik hingga 50 meter, evakuasi dihentikan sementara karena asap sulfatara sudah naik.

Selanjutnya, tali yang menarik korban dikunci dari atas untuk evakuasi hari berikutnya. Dia menyebutkan bahwa jalur evakuasi tubuh korban yang ditarik vertikal dengan tim SAR jalurnya berbeda.

Tim SAR melewati sisi timur lokasi jatuhnya korban. Kesulitan yang dihadapi saat di kawah adalah batu tidak bisa dijadikan tancapan patok.

Setelah berhasil menggapai korban sekitar pukul 11.30 WIB, tim tetap melanjutkan evakuasi sekitar satu jam. Mereka tetap melanjutkan evakuasi meski telah melewati batas aman. Sebab mereka tidak mungkin turun lagi.

Tim evakuasi bisa naik ke bibir kawah sekitar pukul 17.00 WIB. Sementara, suhu kawah di lokasi korban terpantau 46 derajat.

Korban ditemukan dalam kondisi tengkurap dan jasadnya masih utuh. Saat itu juga ada tas dompet berisi identitas korban."Setelah cocok kemudian dibisa ditarik naik," terangnya.

Resiko gagal diakui cukup besar karena faktor keberhasilan hanya 1% dan lainnya adalah keberuntungan mencapai 99%."Jika tidak berhasil, resikonya tim evakuasi yang akan dievakuasi," kata Lahar sembari tersenyum.

Selama turun ke kawah, Lahar membawa banyak coklat untuk energi dan 600 liter air. Tim yang turun masing-masing menggunakan tali terpisah.

Satu orang menggunakan dua tali untuk keamanan. Proses membawa naik korban juga tidak mudah dan karena harus pelan pelan dan memakan waktu lama.

Pengalaman turun ke kawah Gunung Merapi bukan pertama kali oleh Lahar. Dirinya telah tiga kali turun ke kawah gunung teraktif di dunia tersebut.Yang pertama pada Mei 2014 dan yang kedua pada Nopember 2014.

Saat itu, dirinya turun untuk memetakan daerah rawan guna mitigasi bencana. Sedangkan yang ketiga adalah evakuasi korban yang jatuh ke kawah. "Sebelumnya saya sudah menduga bakal ada kejadian semacam ini (orang jatuh ke kawah)," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.3227 seconds (0.1#10.140)