Murid SD Viral di Pelosok Sulsel Gerakkan Hati Emak-emak Pendukung Ganjar
Sabtu, 09 Juli 2022 - 01:54 WIB
BONE - Kicauan burung dan semilirnya tiupan angin selalu menyapa Desa Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone , Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) di pagi hari. Belantara hutan dengan rimbanya pepohonan membuat suasana selalu terasa alami. Belum lagi suara riuk aliran sungai yang tampias ke batu-batu di lereng Gunung Samara.
Namun di balik indahnya tanah Desa Tapong, terdapat satu kisah yang menyayat hati, tetapi memiliki nilai perjuangan di sisi lainnya. Adalah Yuddin dan Nursabbi, dua bersaudara yang kisahnya banyak diperbincangkan alias viral di media sosial belakangan ini.
Di usia yang masih belia, dua siswa SD Inpres 5/81 Tapong itu sudah harus merasakan peluhnya perjuangan layaknya orang dewasa. Betapa tidak, pada pagi pukul 03.00 WITA sebelum menuju sekolah, Yuddin dan Nursabbi harus menyiapkan parang untuk dibawa. Bukan tanpa alasan, keduanya hanya berjaga-jaga jika bertemu hewan buas di jalan yang mereka lewati.
Ya, jalan menuju ke SD Inpres 5/81 Tapong dari kediaman Yuddin dan Nursabbi memang sangat terjal dan tak ramah. Infrastruktur jalan ke dusun yang ditempati memang sering menjadi kendala karena rimbunnya hutan belantara. Sebab itu akses jalan menuju dusun tersebut belum bisa dilalui kendaraan.
Belum lagi jauhnya jarak yang Yuddin dan Nursabbi lalui untuk menuju sekolah. Mereka harus menempuh hutan belantara, perbukitan, dan enam anak sungai yang berjarak 7 kilometer. Yuddin yang baru kelas 5 dan Nursabbi yang satu tingkat di bawahnya seakan punya tenaga lebih setiap hari.
Sebelumnya mereka sering berangkat ke sekolah berempat, bersama dua orang kakaknya. Namun karena kedua kakaknya ini sudah tamat sekolahnya, keduanya kini berangkat dan pulang sekolah hanya berdua saja.
Perjuangan tersebut bukan tanpa alasan. Yuddin memang punya semangat belajar tinggi untuk meraih cita-citanya sebagai polisi suatu hari nanti. Sementara sang adik, Nursabbi, punya misi mulia menjadi seorang guru suatu hari nanti. Untuk mewujudkan mimpi besarnya tersebut, keduanya rela tertatih-tatih dan bahkan mempertaruhkan nyawa.
Perjuangan belajar Yuddin dan Nursabbi akhirnya menarik banyak simpati dari berbagai golongan masyarakat, salah satunya kalangan emak-emak. Ratusan emak-emak yang tergabung dalam Mak Ganjar Sulsel bergerak membantu dua pejuang kecil itu. Para emak-emak juga sekaligus menggelar bakti sosial (baksos) di Desa Tapong.
Namun di balik indahnya tanah Desa Tapong, terdapat satu kisah yang menyayat hati, tetapi memiliki nilai perjuangan di sisi lainnya. Adalah Yuddin dan Nursabbi, dua bersaudara yang kisahnya banyak diperbincangkan alias viral di media sosial belakangan ini.
Di usia yang masih belia, dua siswa SD Inpres 5/81 Tapong itu sudah harus merasakan peluhnya perjuangan layaknya orang dewasa. Betapa tidak, pada pagi pukul 03.00 WITA sebelum menuju sekolah, Yuddin dan Nursabbi harus menyiapkan parang untuk dibawa. Bukan tanpa alasan, keduanya hanya berjaga-jaga jika bertemu hewan buas di jalan yang mereka lewati.
Ya, jalan menuju ke SD Inpres 5/81 Tapong dari kediaman Yuddin dan Nursabbi memang sangat terjal dan tak ramah. Infrastruktur jalan ke dusun yang ditempati memang sering menjadi kendala karena rimbunnya hutan belantara. Sebab itu akses jalan menuju dusun tersebut belum bisa dilalui kendaraan.
Belum lagi jauhnya jarak yang Yuddin dan Nursabbi lalui untuk menuju sekolah. Mereka harus menempuh hutan belantara, perbukitan, dan enam anak sungai yang berjarak 7 kilometer. Yuddin yang baru kelas 5 dan Nursabbi yang satu tingkat di bawahnya seakan punya tenaga lebih setiap hari.
Sebelumnya mereka sering berangkat ke sekolah berempat, bersama dua orang kakaknya. Namun karena kedua kakaknya ini sudah tamat sekolahnya, keduanya kini berangkat dan pulang sekolah hanya berdua saja.
Perjuangan tersebut bukan tanpa alasan. Yuddin memang punya semangat belajar tinggi untuk meraih cita-citanya sebagai polisi suatu hari nanti. Sementara sang adik, Nursabbi, punya misi mulia menjadi seorang guru suatu hari nanti. Untuk mewujudkan mimpi besarnya tersebut, keduanya rela tertatih-tatih dan bahkan mempertaruhkan nyawa.
Perjuangan belajar Yuddin dan Nursabbi akhirnya menarik banyak simpati dari berbagai golongan masyarakat, salah satunya kalangan emak-emak. Ratusan emak-emak yang tergabung dalam Mak Ganjar Sulsel bergerak membantu dua pejuang kecil itu. Para emak-emak juga sekaligus menggelar bakti sosial (baksos) di Desa Tapong.
tulis komentar anda