Jelang Musim Hujan, Pemkot Bandung Lakukan Pengerukan 48 DAS
Jum'at, 17 September 2021 - 13:58 WIB
BANDUNG - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melakukan berbagai upaya untuk meminalisir genangan air. Salah satunya rutin memelihara 48 Daerah Aliran Sungai (DAS) saat musim kemarau. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) juga bersiaga selama 24 jam mengantisipasi datangnya musim hujan.
"Awal tahun renovasi saluran perbaikan dan sejenisnya. Kemarin sudah hujan, pengerukan sedimen dan sampah di titik-titik banjir. Kita lakukan di banyak lokasi hingga ratusan titik," ucap Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Yul Zulkarnaen.
Yul menuturkan, pengerukan sedimentasi dan pengangkutan sampah menjadi hal yang rutin dilakukan. Sebab, masih saja banyak masyarakat tetap membuang sampah ke sungai. Utamanya barang-barang non organik yang kerap ditemui dengan ukuran sangat besar.
Menurut Zul, pengangkutan sampah dan pengerukan sedimentasi menjadi langkah sangat efektif untuk mengurangi terjadinya luapan air saat datang musim hujan, karena membuat air sungai mengalir lebih lancar dari hulu ke hilir.
"Pengerukan sedimen berpengaruh sekali. Rutin dilakukan di titik tertentu. Kita pantau sedimennya. Jika sudah tinggi kita keruk. Setahun bisa empat atau lima kali," ujarnya.
Yul memaparkan, saat ini hanya tinggal 10 titik yang masuk dalam daftar pemantauan ketat lantaran kerap terjadi luapan air sungai saat musim hujan tiba. Sebelumnya, di Kota Bandung ini tak kurang dari 68 titik kerap terjadi genangan air cukup tinggi.
Dari pendataan terakhir pada 30 Juli 2021, Yul menyebutkan, 10 titik tersebut yakni di Jalan Cibaduyut, tepatnya di dekat terowongan batas kota. Di Kopo Citarip (dengan 13 kejadian) dan Terusan Pariskoja-Soekarno Hatta (10 kejadian).
Selanjutnya, di Simpang Soekarno Hatta-Gedebage (6 kejadian), Pasar Induk Gedebage (4 kejadian), Jalan Rumah Sakit (4 kejadian), Margacinta di depan Komplek Bunga Bakung (4 kejadian), dan Jalan A.H. Nasution tepat di kawasan Cikadut (4 kejadian). "Sisanya itu ada di Rancabolang daerah Margacinta. Itu ada laporan tiga kejadian dan di depan apotek Jaya juga tiga kejadian," ungkap Yul.
Selain pengangkatan sampah dan pengerukan sedimen secara rutin, Yul memastikan, titik luapan air sungai ini juga semakin berkurang seiring masifnya pembuatan kolam retensi dan optimalisasi lahan perbukitan dalam tiga tahun terakhir.
Yul menyatakan, petugas DPU di setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) tetap siaga selama 24 jam penuh apabila memerlukan penanganan mendadak ketika terjadi luapan air sungai.
"Kita punya banyak perlatan yang bisa digunakan penanganan banjir. Backhoe untuk pengerukan dan pengangkatan sampah, loader mobile pump untuk menyedot air. Kita ada tim siaga banjir piket 24 jam apabila terjadi hujan," katanya.
"Awal tahun renovasi saluran perbaikan dan sejenisnya. Kemarin sudah hujan, pengerukan sedimen dan sampah di titik-titik banjir. Kita lakukan di banyak lokasi hingga ratusan titik," ucap Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Yul Zulkarnaen.
Baca Juga
Yul menuturkan, pengerukan sedimentasi dan pengangkutan sampah menjadi hal yang rutin dilakukan. Sebab, masih saja banyak masyarakat tetap membuang sampah ke sungai. Utamanya barang-barang non organik yang kerap ditemui dengan ukuran sangat besar.
Menurut Zul, pengangkutan sampah dan pengerukan sedimentasi menjadi langkah sangat efektif untuk mengurangi terjadinya luapan air saat datang musim hujan, karena membuat air sungai mengalir lebih lancar dari hulu ke hilir.
Baca Juga
"Pengerukan sedimen berpengaruh sekali. Rutin dilakukan di titik tertentu. Kita pantau sedimennya. Jika sudah tinggi kita keruk. Setahun bisa empat atau lima kali," ujarnya.
Yul memaparkan, saat ini hanya tinggal 10 titik yang masuk dalam daftar pemantauan ketat lantaran kerap terjadi luapan air sungai saat musim hujan tiba. Sebelumnya, di Kota Bandung ini tak kurang dari 68 titik kerap terjadi genangan air cukup tinggi.
Dari pendataan terakhir pada 30 Juli 2021, Yul menyebutkan, 10 titik tersebut yakni di Jalan Cibaduyut, tepatnya di dekat terowongan batas kota. Di Kopo Citarip (dengan 13 kejadian) dan Terusan Pariskoja-Soekarno Hatta (10 kejadian).
Selanjutnya, di Simpang Soekarno Hatta-Gedebage (6 kejadian), Pasar Induk Gedebage (4 kejadian), Jalan Rumah Sakit (4 kejadian), Margacinta di depan Komplek Bunga Bakung (4 kejadian), dan Jalan A.H. Nasution tepat di kawasan Cikadut (4 kejadian). "Sisanya itu ada di Rancabolang daerah Margacinta. Itu ada laporan tiga kejadian dan di depan apotek Jaya juga tiga kejadian," ungkap Yul.
Selain pengangkatan sampah dan pengerukan sedimen secara rutin, Yul memastikan, titik luapan air sungai ini juga semakin berkurang seiring masifnya pembuatan kolam retensi dan optimalisasi lahan perbukitan dalam tiga tahun terakhir.
Yul menyatakan, petugas DPU di setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) tetap siaga selama 24 jam penuh apabila memerlukan penanganan mendadak ketika terjadi luapan air sungai.
"Kita punya banyak perlatan yang bisa digunakan penanganan banjir. Backhoe untuk pengerukan dan pengangkatan sampah, loader mobile pump untuk menyedot air. Kita ada tim siaga banjir piket 24 jam apabila terjadi hujan," katanya.
(don)
tulis komentar anda