Di Tengah Pandemi, Perang Medsos Tak Produktif Masih Terjadi
Rabu, 27 Mei 2020 - 18:41 WIB
"Selain itu, kami juga melakukan penanganan COVID-19 dengan melakukan rapid test massal dan yang reaktif diajukan untuk melakukan tes swab. Ini semua kami buka karena kami tidak ingin seperti gunung es, kami buka tabir ini semuanya," jelasnya.
Makanya, katanya, ketika ada salah satu pihak, termasuk pembuat utas ini, yang masih kurang puas dan barangkali memiliki ide, maka Fikser berharap untuk datang langsung ke Balai Kota Surabaya untuk berdiskusi dengan tim Gugus Tugas Surabaya.
Apalagi, jika melihat profilnya pembuat utas tersebut adalah tenaga medis, sehingga pemikiran-pemikirannya itu bisa langsung disampaikan kepada gugus tugas, karena persoalan wabah ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah kota, tapi seluruh elemen yang harus terlibat.
Selain itu, pembuat utas itu bisa juga melalui organisasi kedinasannya. Sebab, selama ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya selalu melakukan koordinasi dengan baik bersama Gugus Tugas Surabaya (Pemkot Surabaya). Terutama tentang bagaimana penanganan dan pencegahan yang harus dilakukan untuk melawan wabah ini.
"Jadi, kami sangat menyayangkan kalau itu disampaikan di media sosial karena akhirnya akan menimbulkan persepsi atau pemahaman yang kliru di masyarakat. Kasihan yang terlibat di dalam penanganan ini begitu banyak orang, termasuk dari medis, teman-teman beliau juga," tegasnya.
Sementara itu, Jubir RS Royal Surabaya, Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan, sehubungan dengan beredarnya thread yang dibuat oleh akun twitter @cakasana (Aditya C Janottama), maka pihak Rumah Sakit Royal Surabaya perlu mengklarifikasi serta menyatakan sikap.
Dewa pun memastikan bahwa yang bersangkutan merupakan karyawan Rumah Sakit Royal Surabaya yang bekerja di bagian IGD, sebagai Dokter Jaga IGD. Sehubungan dengan pernyataan bahwa Rumah Sakit Royal Surabaya tidak mendapatkan bantuan dari Pemkot Surabaya, dipastikan bahwa hal tersebut tidak benar dan menganggap peryataan tersebut adalah pendapat pribadi yang bersangkutan tanpa didukung data yang valid.
"Pihak Rumah Sakit Royal Surabaya tidak bertanggung jawab terhadap apapun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan rumah sakit di media sosial maupun media lainnya," katanya.
Namun demikian, pihak rumah sakit menyayangkan adanya insiden tersebut yang dilakukan oleh karyawan rumah sakit di media sosial. Oleh karena itu, pihak rumah sakit akan menindaklanjuti dengan melakukan investigasi kepada yang bersangkutan.
"Dalam hal ditemukan adanya dugaan pelanggaran etik dan disiplin yang dilakukan, maka pihak rumah sakit akan melanjutkan kasus ini ke Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Royal Surabaya," tegasnya.
Makanya, katanya, ketika ada salah satu pihak, termasuk pembuat utas ini, yang masih kurang puas dan barangkali memiliki ide, maka Fikser berharap untuk datang langsung ke Balai Kota Surabaya untuk berdiskusi dengan tim Gugus Tugas Surabaya.
Apalagi, jika melihat profilnya pembuat utas tersebut adalah tenaga medis, sehingga pemikiran-pemikirannya itu bisa langsung disampaikan kepada gugus tugas, karena persoalan wabah ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah kota, tapi seluruh elemen yang harus terlibat.
Selain itu, pembuat utas itu bisa juga melalui organisasi kedinasannya. Sebab, selama ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya selalu melakukan koordinasi dengan baik bersama Gugus Tugas Surabaya (Pemkot Surabaya). Terutama tentang bagaimana penanganan dan pencegahan yang harus dilakukan untuk melawan wabah ini.
"Jadi, kami sangat menyayangkan kalau itu disampaikan di media sosial karena akhirnya akan menimbulkan persepsi atau pemahaman yang kliru di masyarakat. Kasihan yang terlibat di dalam penanganan ini begitu banyak orang, termasuk dari medis, teman-teman beliau juga," tegasnya.
Sementara itu, Jubir RS Royal Surabaya, Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan, sehubungan dengan beredarnya thread yang dibuat oleh akun twitter @cakasana (Aditya C Janottama), maka pihak Rumah Sakit Royal Surabaya perlu mengklarifikasi serta menyatakan sikap.
Dewa pun memastikan bahwa yang bersangkutan merupakan karyawan Rumah Sakit Royal Surabaya yang bekerja di bagian IGD, sebagai Dokter Jaga IGD. Sehubungan dengan pernyataan bahwa Rumah Sakit Royal Surabaya tidak mendapatkan bantuan dari Pemkot Surabaya, dipastikan bahwa hal tersebut tidak benar dan menganggap peryataan tersebut adalah pendapat pribadi yang bersangkutan tanpa didukung data yang valid.
"Pihak Rumah Sakit Royal Surabaya tidak bertanggung jawab terhadap apapun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan rumah sakit di media sosial maupun media lainnya," katanya.
Namun demikian, pihak rumah sakit menyayangkan adanya insiden tersebut yang dilakukan oleh karyawan rumah sakit di media sosial. Oleh karena itu, pihak rumah sakit akan menindaklanjuti dengan melakukan investigasi kepada yang bersangkutan.
"Dalam hal ditemukan adanya dugaan pelanggaran etik dan disiplin yang dilakukan, maka pihak rumah sakit akan melanjutkan kasus ini ke Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Royal Surabaya," tegasnya.
tulis komentar anda