Ada Kampanye Negatif Sawit di Soal Ujian SD di Kampar, Formasi Protes

Selasa, 08 Juni 2021 - 10:56 WIB
Forum Mahasiswa Sawit (Formasi) memprotes adanya soal ujian di salah satu SD di Kabupaten Kampar, Riau yang dinilai menyudutkan tanaman kebun sawit. Foto SINDOnews
PEKANBARU - Forum Mahasiswa Sawit (Formasi) memprotes adanya soal ujian di salah satu SD di Kabupaten Kampar, Riau yang dinilai menyudutkan tanaman kebun sawit . Mereka menilai itu bagian dari kampanye negatif sawit.

Mahasiswa menilai kampanye negatif sawit telah berlangsung secara sistematis di Indonesia dengan menyasar anak-anak sekolah, sementara tanaman palma dan produk turunannya itu telah menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar negara di tengah krisis pandemi COVID-19.

"Kami protes keras soal ujian di salah satu SD di Riau yang mendiskreditkan sawit. Kami menilai itu upaya penggiringan yang terstruktur, sistematis, dan massif agar anak-anak Indonesia membenci sawit. Itu bahaya, kalau anak sekolah dasar pun telah dicekoki hal semacam itu," kata Ketua DPP Formasi Indonesia di Pekanbaru, Selasa (8/6/2021).



Ia menjabarkan pertanyaan dalam kertas ujian SD tersebut berada pada soal nomor 17. Soal ujian itu tertulis degan ujian Tema 6 kelas V. Ujian itu tertulis Kelompok Kerja Kepala Sekolah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Dengan jenis soal pilihan ganda, pertanyaan dalam lembar kerta ujian itu berbunyi 'Dampak negatif interaksi manusia dengan lingkungan pada perkebunan kelapa sawit adalah...? A. Meningkatkan lapangan pekerjaan, B. Meningkatkan pembangunan daerah, C. Berkurangnya sumber daya air, dan D. Pemukiman penduduk semakin banyak.

Aripin memastikan bahwa cukup banyak penelitian yang mementahkan bahwa sawit merupakan tanaman boros air. Stigma itu merupakan bagian dari kampanye negatif yang dihembuskan pihak tertentu, termasuk menuduh bahwa sawit tidak ramah lingkungan.

"Begitu banyak penelitian yang jelas menunjukkan sawit adalah tanaman yang efesien dalam pemanfaatan air dibandingkan dengan kelapa, kedelai, jagung, bahkan rapeseed sekalipun, yang merupakan bahan baku minyak nabati dominan di eropa. Saya tekankan, justru saat ini sawit merupakan penopang ekonomi bangsa yang sangat signifikan," tuturnya.

Untuk itu, Aripin dan Formasi berharap hal yang sama jangan sampai terulang kembali, apalagi disaat yang bersamaan ekonomi bangsa Indonesia sangat tergantung dari sektor ekonomi kelapa sawit. Bahkan, kata dia, Presiden Jokowi memberikan perhatian serius perihal perkelapasawitan Indonesia selama tujuh tahun terakhir.

“Kami minta agar Bapak Menteri Pendidikan mengevaluasi dan menegur pihak SD itu. Agar hal semacam ini tidak terulang lagi di seluruh sekolah di Indonesia. Dinas Pendidikan itu tugasnya mendidik anak-anak sekolah, bukan malah sibuk berkampanye negatif dengan memanfaatkan anak didiknya," ujarnya.

Lebih jauh, Amir mengatakan dirinya akan memberikan pengertian kepada pihak sekolah tidak memahami sawit dan menuangkannya menjadi pertanyaan kampanye negatif. Namun, ia mewanti-wanti jika ternyata yang menyusun pertanyaan justru merupakan bagian dari kelompok tertentu yang terus menerus mengampanyekan sawit secara negatif.

"Harusnya kita sebagai bangsa Indonesia bangga bahwa sawit Indonesia adalah anugerah untuk Dunia. Sudah menjadi tugas kita untuk terus sosialisasi, memberikan pemahaman yang sebenarnya tentang kelapa sawit ," tukasnya.

Sejauh ini belum ada klarifikasi dari Dinas Pendidikan terkait soal ujian tersebut.
(don)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content