Tol Cipali Ambles Diduga Material Timbunan yang Kurang Padu, Ini Kata Ketua Laboratorium FT UI
Sabtu, 13 Februari 2021 - 11:25 WIB
SUBANG - Amblesnya Jalan Tol Cipali di Kilometer 122 arah Jakarta menjadi perhatian sejumlah pihak, termasuk Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) . Dimana PVMBG menyebut salah satu penyebab amblesnya tanah tersebut akibat material timbunan yang belum padu yang menyebabkan lokasi bencana mudah erosi.
Sementara Kepala Laboratorium Struktural dan Material Fakultas Tehnik UI, Josia Irwan Rastandi berpendapat, amblesnya jalan tersebut karena adanya sliding / longsoran pada lereng. “Kalau saya lihat dari foto-foto dan video yang beredar, keretakan disertai dengan turunnya area tersebut disebabkan karena adanya sliding / longsoran pada lereng,” katanya kepada SINDOnews.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor, kata Josia maka perlu dilakukan penelitian dulu. Namun dia menuturkan, jalan itu sudah beberapa tahun beroperasi. Dia pun menuturkan harus dilihat riwayat jalan tersebut apakah selama ini sudah ada tanda-tanda kelongsoran atau tidak.
“Antara lain misalnya adanya retak-retak pada area tersebut atau mungkin pada area tersebut memang selalu turun sehingga berkali-kali harus ditambah aspalnya,” ucapnya.
Jika ditemukan adanya tanda-tanda tersebut maka memang dari sejak awal kestabilan lerengnya sudah bermasalah dan perlu penanganan. Kemudian masalah manajemen air juga perlu ditangani dengan baik pada area lereng.
“Musuh utama area lereng adalah jika air tidak ditangani dengan baik. Jika memang dari awal sdh ada retakan-retakan kemudian retakan ini tidak ditangani,” tambahnya.
Mengenai dugaan kekurangnya pemadatan, dirinya belum bisa menyimpulkan. “Tidak bisa dipastikan juga, harus dilihat data-datanya, karena secara faktual sudah bertahan beberapa tahun,” tegasnya.
Kalau pemadatannya kurang, sambung dia, akan kelihatan tanda-tandanya dari sejak awal. “Nah, tanda-tandas seperti yang saya sebutkan tadi ada tidak. Walaupun pemadatan sudah bagus, bisa saja longsoran itu terjadi jika manajemen airnya tidak baik. Jadi banyak hal yang mempengaruhi,” pungkasnya.
Sementara Kepala Laboratorium Struktural dan Material Fakultas Tehnik UI, Josia Irwan Rastandi berpendapat, amblesnya jalan tersebut karena adanya sliding / longsoran pada lereng. “Kalau saya lihat dari foto-foto dan video yang beredar, keretakan disertai dengan turunnya area tersebut disebabkan karena adanya sliding / longsoran pada lereng,” katanya kepada SINDOnews.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor, kata Josia maka perlu dilakukan penelitian dulu. Namun dia menuturkan, jalan itu sudah beberapa tahun beroperasi. Dia pun menuturkan harus dilihat riwayat jalan tersebut apakah selama ini sudah ada tanda-tanda kelongsoran atau tidak.
“Antara lain misalnya adanya retak-retak pada area tersebut atau mungkin pada area tersebut memang selalu turun sehingga berkali-kali harus ditambah aspalnya,” ucapnya.
Jika ditemukan adanya tanda-tanda tersebut maka memang dari sejak awal kestabilan lerengnya sudah bermasalah dan perlu penanganan. Kemudian masalah manajemen air juga perlu ditangani dengan baik pada area lereng.
“Musuh utama area lereng adalah jika air tidak ditangani dengan baik. Jika memang dari awal sdh ada retakan-retakan kemudian retakan ini tidak ditangani,” tambahnya.
Mengenai dugaan kekurangnya pemadatan, dirinya belum bisa menyimpulkan. “Tidak bisa dipastikan juga, harus dilihat data-datanya, karena secara faktual sudah bertahan beberapa tahun,” tegasnya.
Kalau pemadatannya kurang, sambung dia, akan kelihatan tanda-tandanya dari sejak awal. “Nah, tanda-tandas seperti yang saya sebutkan tadi ada tidak. Walaupun pemadatan sudah bagus, bisa saja longsoran itu terjadi jika manajemen airnya tidak baik. Jadi banyak hal yang mempengaruhi,” pungkasnya.
tulis komentar anda